#16. D-DAY
.
.
.
Bona sekali lagi mematut diri di cermin. Kerudungnya yang berwarna hitam ia benahi lagi lipatannya di rahang. Terakhir, ia tersenyum .
"Nice!"
"Haduh, mau kemana nih cantik begini?"
Kei yang baru saja masuk ke kamar dengan ustadzah Jiae menegur Bona. Yang ditegur menoleh dan tersenyum lebar yang menampilkan deretan giginya yang rapi. Khas Bona sekali.
"Mau pergi, dong. Mumpung jumat. Mau nitip apa?"
Kei menggeleng. Bona segera pamit kepada Kei dan Jiae yang ada di kamar lantas keluar dari kamar dan pergi setelah mengucap salam.
Hari ini, Bona ada janji bertemu dengan seseorang yang sudah disukainya beberapa waktu terakhir ini. Matanya berbinar memancarkan bahagia, senyum di wajahnya bahkan membuat beberapa santri yang menyapa—dengan mencium punggung tangannya—keheranan sebab Bona memang salah satu ustadzah killer di mata mereka.
Bona juga sempat menyapa ustadzah Mijoo, ibunda Dawon yang nampak sedang menunggu putrinya di ruang tamu sebelum melenggang pergi dengan motornya.
"Bismillah ...."
[*****]
Tergesa Jimin membereskan beberapa berkas milik santri kelas 3. Ia juga bingung, mengapa di hari jumat pun tugas-tugasnya seolah enggan ditinggalkan. Enggan berkurang justru seperti tak ada habisnya.
Entah sudah berapa kali laki-laki muda yang masih belum melepas sarung putihnya—untuk sholat jumat tadi—ini terus-menerus melirik jam di dinding kantor. Untuk ke sekian kalinya, Jimin melirik ke arah jam yang diletakkan di atas pintu masuk, ustadz Rowoon masuk. Si ustadz baru yang sempat mencuri perhatian para santriwati setiap rapat hari kamis di kantor pengajaran asrama putri.
"Mas Jimin beres-beres tapi resah gitu ya gak bakal cepat kelar." Rowoon yang membawa secangkir kopi mendekati Jimin. Rowoon diabaikan.
"Mau dibantu gak, Mas? Kayaknya punya acara sampai lirik-lirik jam dinding terus."
"Beneran mau bantuin?"
"Iya."
"Oke. Ini masukin ke map biru, habis itu taruh di lemari sana," Jimin menunjuk sebuah lemari berpintu kaca di salah satu sudut ruangan, "yang ini masukin di map merah, taruh di atas meja ustad Jisung. Terakhir tolong print data kelas 3 yang ada di flashdisk ini." papar Jimin panjang lebar.
Rowoon manggut-manggut, "Niat sekali ya, Mas."
"Mau bantuin gak?"
"Iya. Mas balik pondok tinggal terima beres aja. Curry puff yang BreadTalk ya, Mas. Oke?"
"Beres. Aku tinggal."
Meninggalkan pekerjaannya pada Rowoon, Jimin bergegas ke kamarnya untuk mengganti sarungnya menjadi celana. Belum sempat masuk kamar, langkahnya ditahan oleh seseorang.
"Kim Mingyu? Kenapa?"
[*****]
Sebagaimana yang telah direncanakan sejak lama, hari penentuan itu tiba; hari dimana Eunwoo akan menguji keberaniannya di hadapan Dawon.
Setelah mendapatkan persetujuan ustadz Seokjin untuk karya tulisnya dengan versi revisi paling terbaru kemarin sore, hari ini lepas sholat jumat, Eunwoo langsung melangkah pasti menuju tempat rental yang jaraknya tidak jauh dari pesantren. Tidak jauh juga dari tempat yang ia janjikan pada Dawon untuk bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[[ASTRO x WJSN FF]] SANTRI (boleh) JATUH CINTA
FanfictionDawon dan Eunwoo memang tidak seberat perjuangan Adam untuk menemukan Hawa. Tidak pula selama Zulaikhah menunggu kepastian mimpinya bahwa Yusuf adalah takdir yang benar. Dawon dan Eunwoo hanyalah dua anak manusia yang harus mengambil hikmah bahwa y...