10

320 30 17
                                    


Jiyong p.o.v

Aku masih menatap wajah Chaerin yg sembab, aku pun terduduk di pinggir ranjang.

Wajah Chaerin selalu terlihat cantik di mataku.

Bahkan saat ia tertidur seperti ini, dia tetap terlihat cantik.

Tanganku terulur menyentuh pipi Chaerin.

"Chae.. mianhaeyo.. oppa tak bermaksud melupakanmu.." Bisikku sepelan mungkin.

Aku hanya tak mau mengganggu tidurnya.

Ku dekatkan diriku perlahan pada wajah Chaerin.

Ku kecup pelan keningnya.

Dan kulihat sebuah senyuman terukir manis di bibir Chaerin.

Entah apa yg merasuki diriku untuk melakukan hal itu.

Tapi, Chaerin.. Tidurlah yg nyenyak ne.. Sampai ketemu besok.

Aku pun akhirnya tidur di apartemenku yg bertetangga dengan apartemen Chaerin. Jika nomor apartemen Chaerin 1818, nomor apartemenku 1808. Untungnya kami masih satu lantai.

Ku rebahkan tubuhku di ranjang.

"Apa yg tadi kulakukan?"

"Kenapa aku malah mengecup kening Chaerin?"

"Eoh ya.. Kiko.. Aku harus mengirim pesan padanya.."

Me :
Dear.. apa kau masih bangun?

My dear Kiko :
Masih.. Bagaimana kau bertemu dengan Chaerin?

Apa aku harus berkata yg sebenarnya?

Sepertinya lebih baik tidak.

Me :
Tidak.. Aku tidak bertemu dengannya. Besok aku akan mencoba menemuinya di agensi

My Dear Kiko :
emmbb.. Kau tak ngantuk?

Me :
Belum dear.. Kenapa? Kau ngantuk tapi tak bisa tidur?

My Dear Kiko :
Ya semacam itulah

Me :
Mau ku temani dear?

My Dear Kiko :
Boleh saja jika kau tak keberatan Ji..

Me :
Otw dear :)

Aku kembali mengenakan jaketku. Kali ini aku tak lupa membawa Baju ganti untuk kupakai esok hari.
Bicara esok hari.. Apakah Chaerin akan memaafkanku besok?

Atau haruskah aku membawakan bunga mawar untuknya?

Aku mendengus pelan.

Bingung.

Aku pun berjalan cepat menuju lift. Saat lift sedang terbuka, segera saja aku masuk. Dan didalam lift aku hanya berdua bersama seorang lelaki paruh baya.

Aku menekan tombol basement, jadi aku bisa langsung menuju ke mobilku dan pergi ke tempat Kiko.

Tak butuh waktu lama untukku sampai di basement, dan aku pun segera keluar lift dan menuju mobilku. Aku menatap jam tangan yg melingkar di tangan kiriku, dan ternyata sudah pukul sebelas malam.

Ku buka pintu mobil dan akupun segera masuk. Segera ku lajukan mobilku menuju hotel tempat Kiko menginap. Saat mataku melirik ke arah samping, ku lihat kantung plastik yg berisi makanan yg ku beli tadi untuk Chaerin.

Hatiku kembali mencelos, aku masih merasa bersalah. Ku ambil ponsel yg berada di sakuku. Dengan hati hati aku membuka aplikasi line untuk mengechat Chaerin. Tapi kali ini aku menggunakan suaraku.

Faith And Peace (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang