Sepulang sekolah, Minhyun yang masih mempunyai beberapa pekerjaan yang menumpuk akhirnya bertahan lebih lama diruangannya. Terdengar pintu ruangannya diketuk. Minhyun sedikit berteriak mempersilahkan masuk, dan pintu pun terbuka. Melihat kedatangan tamunya membuat Minhyun menghentikan sejenak aktifitasnya, ia yang semula duduk pun mulai berdiri. Dan tamu itu adalah Bora. Bora berjalan mendekati Minhyun setelah sebelumnya menutup pintu terlebih dulu.
"Hari ini tepat tujuh bulan hubungan kita, bapak tidak lupa, kan?" ucap Bora menatap Minhyun.
Minhyun mengadahkan kepalanya, jengah, "sudah kubilang kita tidak punya hubungan apa-apa. Jangan berkata seolah hubungan kita seperti itu!"
"Tapi selama ini kita melakukan banyak hal bersama.."
"Apa yang kita lakukan saat itu hanya karena kamu adalah muridku yang membutuhkan bimbingan konseling."
"Apakah tidur bersama juga bagian dari konseling? Apakah itu artinya bapak meniduri semua siswi yang membutuhkan konseling? Kita melakukannya karena sama-sama menginginkannya, bapak menginginkanku.." ucap Bora.
"Selamat ulang tahun, Pak Minhyun! Terima kasih sudah menjadi orang yang spesial untuk Bora, yang selalu mengerti Bora dan selalu ada untuk Bora disaat titik terendah Bora. Bora akan selalu mendoakan yang terbaik untuk Pak Minhyun! I love you!" ucap Bora senang sembari mengecup pipi Minhyun.
Saat ini keduanya berada dirumah Minhyun merayakan hari ulang tahun Minhyun. Hubungan Bora dan Minhyun baru berusia empat bulan, berawal dari simpati Minhyun terhadap Bora yang sering sekali melakukan konseling perihal keadaan keluarganya yang kurang harmonis dan tekanan psikis dari orangtuanya yang menuntut untuk menjadi nomor satu di bidang akademik.
"Hadiah untuk bapak!" ucap Bora sembari memberikan sebuah kotak kado berukuran besar.
Minhyun menerimanya dengan senang hati. Saat hendak membuka hadiahnya, Bora mencegah Minhyun, "tunggu!"
"Ada satu lagi hadiah untuk bapak."
"Apa?"
"Aku!" tanpa basa-basi Bora melepas seluruh kancing kemejanya.
Ia mendekati Minhyun dan mendorong Minhyun hingga bersandar pada sofa. Bora duduk diatas Minhyun. Ia mencium Minhyun. Hanya untuk sesaat, Minhyun mendorong Bora, menghentikan aktifitas keduanya. Minhyun kebingungan, tetapi matanya memancarkan keinginan yang sama dengan Bora. Mereka bersitatap untuk beberapa saat, hingga akhirnya Bora mengangguk dan tersenyum.
Tanpa menunggu lama, Minhyun membalikkan tubuhnya berganti posisi menindih Bora. Minhyun mencium dan melumat kasar bibir Bora, turun perlahan menuju rahang dan lehernya, membuat kissmark disana. Desahan-desahan kecil mulai terlepas dari bibir Bora membuat Minhyun membara.
"Ahh.."
Minhyun melepas kasar kancing kemejanya dan membuangnya. Tangannya mulai sibuk mencari pengait bra Bora dan melepasnya. Kini Bora dan Minhyun telah dalam keadaan setengah telanjang. Mereka kembali berciuman. Tangan Minhyun mulai meremas kedua payudara Bora. Ciuman Minhyun turun perlahan melewati rahang dan leher Bora, hingga sampailah lidahnya bermain diputing payudara kiri Bora. Ia menjilat dan menghisap dengan penuh nafsu, sedangkan tangan kanannya memainkan puting payudara kanan Bora, memelintir dan sesekali menariknya membuat puting Bora semakin keras.
Keduanya memulai malam yang panjang dan tabu untuk seorang guru dan murid.
Minhyun terdiam sejenak, ia mengingat kejadian malam itu, "tidak. Kamu yang melemparkan tubuhmu padaku, aku melakukannya karena aku juga butuh untuk memuaskan nafsuku selama ini, bukan karena kita sama-sama menginginkannya," ucap Minhyun.
Ucapan Minhyun sangat menyakiti Bora, Bora memberikan segalanya untuk Minhyun namun Minhyun hanya menganggapnya sampah yang dapat diambil manisnya lalu dibuang. Bora merasa terhina sekali, namun ia berusaha menahan amarahnya agar tidak meledak.
"Akhirnya saya tahu mengapa akhir-akhir ini bapak menjauhi saya, karena bapak hanya menginginkan tubuh saya tapi tidak dengan hati saya, kan?" ucap Bora, ia mengepalkan tangannya.
"Pintar sekali," ucap Minhyun.
Bora berdecih, "kalau begitu, hadiah dari saya ini mungkin bisa membuat bapak berubah pikiran."
Bora meletakkan sebuah amplop besar berwarna coklat diatas meja Minhyun, "walau bagaimanapun saya akan tetap berusaha membuat bapak untuk kembali mencintai saya, saya akan membuat bapak menjadi milik saya, walau dengan cara seperti ini."
Setelah mengatakan kalimat tersebut, Bora segera berjalan pergi meninggalkan ruangan Minhyun. Minhyun yang penasaran dengan amplop tersebut segera mengambilnya.
Dibukanya amplop tersebut, didalamnya terdapat secarik kertas dan sebuah test pack yang memiliki dua garis merah. Raut wajah Minhyun berubah, rahangnya mengeras. Dibacanya secarik kertas yang telah dikeluarkannya.
Terima kasih untuk tujuh bulannya, ini anak kita.
Minhyun tak sadar bahwa ia telah meremas kertas yang dipegangnya. Tak berapa lama ponselnya berdenting menandakan sebuah pesan masuk. Minhyun segera melempar kertas yang telah diremasnya hingga menjadi bola, dan beralih mengambil ponselnya. Tangan kirinya masih memegang test pack. Sebuah pesan dari Bora yang segera Minhyun buka.
Bora :
Jadikan aku wanitamu seutuhnya atau alat ini yang akan menghancurkanmu.Minhyun yang marah setelah membaca pesan dari Bora segera membanting ponselnya ke lantai. Dilihatnya lagi test pack itu dengan seksama, ia berdecih marah, "aku telah salah mengajarkan banyak hal pada anak itu."
YEAYYY AKHIRNYA UPDATE JUGA SETELAH SETAHUN MANGKRAK HEHEHEHEHE
HAPPY READING!
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN YAAA!
KAMU SEDANG MEMBACA
Side Of Side [Hwang Minhyun, Kang Daniel]
FanfictionMemulai kehidupan barunya sebagai seorang siswa SMA, Sandy pun memiliki sahabat baru yang sangat disayanginya, Bora dan Tesla. Mereka sudah seperti paket lengkap, Sandy dan Tesla terkenal karena cantik dan supel, sedangkan Bora merupakan anak yang c...