3 - The Fire

710 147 15
                                    

PART I

----------------------------------------------------------

Artemis menghentakkan kakinya sembari berjalan menjauhi griya Zeus.

"Cih. Dasar pak tua kurang ajar."

JDAR!

"AKU DENGAR ITU!" Raung Zeus dari langit ditemani pita-pita biru elektrik berkekuatan jutaan volt.

Artemis mengabaikan rambut perak panjangnya---dia sedang dalam mode wanita---yang sedikit terangkat akibat aliran listrik itu.

Artemis mendecih. "PERBAIKI DULU WAJAH KUDAMU ITU, PAK TUA!" seru Artemis kepada langit badai di atasnya.

"APA KATAMU?!"

JDAR!

Sebuah petir berkekuatan jutaan volt menyambar tubuh Artemis. Membuat tunik putih bergaya yunaninya hangus hingga mengekspos sebagian besar tubuh sintalnya. Jika saja ia seorang manusia biasa, mungkin kini jasadnya sudah menghilang menjadi debu yang terbawa angin.

"Persetan." rutuk Artemis.

BYUR.

Hujan deras turun di radius dua meter dari Artemis. Benar-benar deras hingga membuat tunik koyaknya langsung basah dan menempel, memetakan bentuk tubuhnya menjadi semakin jelas di taman sepi itu.

"Jaga ucapanmu, Artemis." gelegar Hera dari atas langit, membela sang suami tercinta. "Dan berendamlah untuk sementara waktu dengan holy water-ku."

Maka Artemis hanya bisa merengut dengan rambut dan baju yang kebasahan seraya berjalan menuju griya pribadinya di gunung Olympus. Tidak lupa diarak oleh hujan holy water-nya Hera.

Segera setelah dirinya berhasil berlindung dari holy water-nya Hera dan masuk ke dalam griya pribadinya. Artemis memejamkan kedua mata peraknya dan tuniknya bersinar dengan warna senada. Setelah cahaya terang itu berangsur-angsur menghilang, kini tampaklah tunik putih gading bertekstur lembut yang melekat di tubuhnya. Bebas koyak dan holy water.

Artemis menghembuskan nafasnya lega. Pakaian kering memang jauh lebih nyaman dikenakan, apalagi jika hujan holy water di luar sana masih mendera kencang.

Artemis menghempaskan tubuhnya di atas hamparan kasur beludu berbahan bulu angsa dan matanya menerawang ke langit-langit ruangan berdesain kubah. 

Sebenarnya tadi ia bisa saja membalas Zeus dengan kekuatannya sendiri dan menangkis holy water yang Hera siram ke tubuhnya. Tetapi perdebatan sengitnya bersama Zeus berwajah kuda itu cukup menguras emosi serta otaknya.

Dengan wajah mirip kuda dan mahkota berdaun dafnah yang bersemayam di atas kepalanya, Zeus mengeluarkan keputusan finalnya yang berpeluang mengakhiri perdebatan alot mereka selama beberapa puluh abad terakhir. 

Meski pun pada awalnya Artemis tidak begitu setuju, namun pada akhirnya ia hanya bisa menggambil apa yang bisa ia dapatkan. Walaupun cara itu cukup kotor.

Demi satu-satunya rembulan bagi eksistensinya.

Artemis menghela nafas berat setelah kilas balik negosiasinya bersama Zeus berakhir. Dengan tangan yang mengepal dan rahang yang bergemeletuk, Artemis mengokohkan hatinya.

"Baiklah, kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan, Zeus. Dan aku pun akan mendapatkan bagianku!"

Ucapannya menggema ke sepenjuru griya berdominasi perak itu, memantulkan riak penuh tekad dan kesedihan yang terasa kental.

[✔]  Selene || Soonhoon (BxB) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang