Melupakan caranya bernafas, aku mabuk dalam indahmu.
-Keanu"Eh, maaf kak. Ini dimana?" Alsya mengedarkan pandangannya.
Hanya terdapat satu bangku taman, luasnya rerumputan yang terawat dan satu pohon besar. Tempat apa ini? Mengingat ini adalah ibukota, mana ada tempat seperti taman di sini? Hohoho, aneh sekali. Tetapi decak kagum tetap keluar dari Alsya.
"Sini, duduk" cowok itu menepuk tempat disebelahnya yang kosong. Alsyapun menggeleng, tanda tidak mau. Melihat reaksi Alsya membuat cowok itu bertanya.
"Kenapa?"
"Nggak sopan" jawab Alsya. Bukankah tadi dia baru saja kena hukuman karena tidak sopan? Maka sekarang dia harus menolaknya bukan?.
"Tenang, nggak akan ada yang liat" ucap cowok itu meyakinkan Alsya. Perlahan Alsya berjalan dan duduk di sebelah cowok itu.
"Maaf" ucap cowok itu lagi.
"Buat? Eh, maksudnya. Untuk?" cowok itu terkekeh karena ulah Alsya.
Mungkin karena dia tipe orang yang selalu bicara frontal, makanya dia mencoba untuk sesopan mungkin sama gue.
"Santai aja kali, karena tadi udah bentak lo?"
"Oh, gapapa kak. Emang gue eh, aku yang salah"
"Lo lucu ya"
"Gue eh, aku bukan pelawak"
"Tuh kan, sumpah lo lucu banget. Asli! HAHAHA" cowok itu sudah tertawa keras sekali, hingga membuat Alsya bingung.
"Apanya yang lucu?"
"Lo nggak pantes ngomong aku kamu, pake gue-lo aja. Oke?" jawabnya. Dibalas anggukan oleh Alsya.
"Kak?" kali ini, Alsya yang memulai pembicaraan.
"Apa?" cowok itu menoleh, hingga membuat mata mereka bertemu. Entah kenapa jantung Alsya berdetak lebih cepat. Akhirnya Alsya memutuskan kontak mata tersebut dengan mengalihkan pandangannya ke arah pohon besar yang ada beberapa meter didepannya.
"Nama kakak Raka ya?" melihat reaksi cowok itu yang hanya diam saja membuat Alsya menoleh. Cepat-cepat Alsya meralat ucapannya.
"Eh, kak. Maaf deh kalo salah. Soalnya tadi pagi ada yang ngomong sama gue dan suaranya itu sama kayak suara kakak" penjelasan Alsya cukup membuat cowok itu kembali terbahak.
"Alsya, Alsya. Terus apa gunanya name tag ini?" tunjuk cowok itu pada almamaternya yang memperlihatkan jelas namanya. RAKA ADIPUTRA. Alsya benar-benar malu saat ini.
"Jadi, kakak anak OSIS?" karena merasa gemas menghadapi Alsya yang salah tingkah, Raka mencubit hidung Alsya hingga berwarna merah.
"Lo lucu banget sumpah. Gemes gue lama-lama"
Mungkin bagi Raka itu hal yang biasa. Tapi bagi Alsya itu hal yang langka. Alsya tidak pernah diperlakukan sebegitu dekatnya oleh siapapun, bahkan ayahnya sendiri. Melihat wajah Alsya yang memerah membuat siapa saja tahu bahwa Alsya sedang salah tingkah. Tetapi Raka dengan sengaja menggoda Alsya dengan pertanyaannya.
"Kok muka lo merah si?"
"Emang?"
"Iya, serius. Lo sakit?" Raka diam-diam tertawa melihat Alsya yang sibuk mengusap pipinya.
"Coba sini" Raka dengan sigap menempelkan punggung tanggannya di dahi Alsya, membuat merah di wajah Alsya semakin menjadi.
Karena tidak bisa menahan rasa panas yang ada di wajahnya, Alsya menggeser tubuhnya menjauh dari Raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKEN
RomanceApakah pantas seseorang sepertiku memiliki mu? Kamu yang bahkan tidak tahu bahwa aku hidup diantara milyaran manusia. - Alsya Qilla Mungkin sebagian orang berfikir memiliki kekuasaan dan kekayaan itu menyenangkan, bahkan bisa mendapatkan segalanya...