Langit malam yang bertajuk indah disana membuat suasana lebih sejuk terlebih di kota Seongbuk-dong dimana tempat istimewa bagi orang sepertiku, tapi siapa yang peduli. Di lanjutkan dengan terangnya bintang gemerlap mungkin lebih terang dari lampu sebuah rumah.. kurasa belum tentu. Semuannya terlihat baik dan indah sekarang, lalu apa masalahnya? karena malam gelap atau sebaliknya, benar-benar pertanyaan bodoh bukan? gumamku sekilas yang tengah melamun
Tidak ada perkara yang akan dibahas kali ini di buku harian, terus bagaimana dengan rencana selanjutnya bahkan datang di esok hari. Persiapan sangat mendukungku tapi apa lah jadi jika semua itu hanya latar. Berdiam diri dan menatap langit malam adalah hal yang menarik tanpa harus disadari mungkin itu benar.
"Malam ini hanya beberapa bintang yang terlihat, kemana yang lainnya?" Kataku sambil melihat keberadaan bintang lainnya di luar jendela. Bisa dikatakan sekarang kamarku baik untuk melihat langit malam di luar jendela tak heran kalau setiap malam aku melihatnya. Tak lama itu aku mendengar suara di tangga menuju lantai bawah.
"Wan-ah!! cepat turun ke bawah, ada temanmu datang" kata ibu setengah teriak.
"Ya bu baiklah tunggu sebentar" ujarku bersiap-siap turun kebawah dan merapikan meja belajar tempatku melihat langit malam di luar jendela. Tapi ini aneh ada apa malam begini ada seorang teman bertemuku semalam ini. Pikirku dalam hati dan mulai melihat ke arah jam dinding.
"Kamu lama sekali turunnya Wan, dia sudah nunggu dari tadi" jelas ibu padaku yang sedikit melamun..
"Iya bu tadi lagi ada kerjaan sedikit, tapi sebelumnya apa ibu mengenalnya?"
"Tidak, ibu tidak mengenalnya hanya saja dia seperti teman dekatmu.."
"Biar aku lihat bu mungkin saja ada sesuatu yang membuatnya datang"
"Ya kamu benar Wan, ibu tinggal dulu kalau ada perlu panggil ya"
"Tentu bu"
Sedikit gugup tapi aku harus melakukannya terkadang situasi tidak mengharuskan aku menemui seseorang yang tak kukenal.
"Maaf, apakah kamu mencariku?" tanyaku dengan hati-hati.
"Oh ya tentu saja. Hey tidak usah terlalu sopan ini aku Seulgi masa kamu lupa baru beberapa tahun yang lalu kita bertemu" katanya santai dan terlihat tanpa masalah dengan sedikit senyum.
Ternyata dia, tak biasanya menemuiku di malam hari pasti ada yang dibicarakan tapi aku tidak ingin membuat alasan untuk menolak ceritanya lagi. Masalahnya dia tidak mengabariku sebelumnya akan berkunjung kerumahku.
"Mau cerita apa? lagian ini sudah malam untuk bercerita dan.." sebelum aku sempat melanjutkan kataku Seulgi sudah memotongnya duluan.
"Kali ini aku bertemu dengan mu tidak untuk cerita" katanya perlahan melembut dan senyumnya memudar.
"Jadi?"
"Aku mau kasih ini padamu" memberiku sesuatu yang tak lain adalah bunga.
"Bunga? untuk apa?" tanyaku bingung dan bertanya-tanya dalam hati apa maksudnya memberiku bunga dan kali ini aku menerima bunga dengan warna yang berbeda.
"Mau kah kamu mengambilnya dan menyimpannya untukku Wendy?" katanya dengan suara lembut seperti sebuah permohonan.
Aku melihat seluruh bentuk bunga indah itu warnanya abu-abu jarang aku melihat buket bunga seperti itu dan yang lebih anehnya Seulgi memberiku dengan alasan yang belum aku pahami.
"Seulgi.. bunga ini indah tapi aku tidak tahu kenapa kamu memberiku ini" katak masih dengan kebingungan.
"Kamu pernah bilang suka sama bunga kan? sekarang biarkan aku yang memberikan bunga itu untukmu. Aku sengaja memesan di toko bunga dalam jangka waktu yang lama karena warnanya abu-abu jadi tidak masalah kamu menyimpannya untukku" jelasnya mencoba tersenyum. Entahlah tetapi raut wajahnya menunjukkan sebaliknya.
"Hmm.. baiklah aku akan menerima nya tapi.." kataku terhenti tanpa kusadari tapi aku merasa ada sesuatu yang membuatku ragu menerima bunga ini atau hanya perasaanku saja
"Sudah sudah terima saja.. jangan ragu begitu kamu pkir aku penjahat apa yang mau melukai kamu hah? hahaha kamu aneh Wendy akhir akhir ini" dengan cepat Seulgi mengambil tanganku dan memberiku bunga bewarna abu-abu itu di genggamanku.
"Eh Wendy sebenarnya ibu kamu udah tua banget ya? kok aku datang kayak gak kenal gitu" tanya nya sambil melihat kedalam rumah sekali-kali
Aku menggaruk kepalku yang tidak gatal. "Haha aku rasa begitu."
"Aku rasa hanya itu yang membuatku datang kesini dan aku berharap kamu tidak memberinya kepada seseorangpun tanpa izin ku ya.."
"Iya aku akan berusaha menjaganya dan terima kasih untuk bunganya.." ujarku lalu tersenyum melihatnya.
"Tidak masalah , aku pulang ya Wendy sepertinya ibu mu ada kerjaan salamkan salam ku padanya okay?" kata Seulgi dengan gerakan cepat melihat jam tangannya dan meliriku.
Aku memeluk bunga berwarna abu-abu itu dengan erat dan berkata padanya dan melambai-lambai dari kejauhan rumahku.
"Hati-hati di jalan Seulgi-ah!!" kataku setengah berteriak padanya dan hilang cepat begitu saja.
Aku tak habis pikir apakah barusan ini Seulgi seorang teman bahkan seperti sahabatku sendiri memberi bunga sebagus ini padaku atau apa?. Apa yang menjadi tujuannya memberiku ini ketika hari-hari tidak memungkinkan, baiklah aku suka warna abu-abu. Kataku tersenyum sendiri masuk ke dalam rumah dan menuju kamarku yang berda di lantai dua diatas.
"Seulgi aku suka bunganya.. apakah hari selanjutnya kita masih bisa bertemu dalam kesibukan kita?" gumamku dalam hati menunggu mataku terlelap di kasur ini, aku tidak tahu harus berkata apa tapi ini adalah awal untukku menerima bunga seindah ini dari seseorang terdekatku ya pastinya Kang Seulgi.
(Next episode akan segera tiba....)
Baiklah ini adalah cerita pertamaku. Untuk semua pembaca yang telah membacanya aku sangat berterima kasih dan jika ceritanya bagus silahkan di vote ya teman-teman karena akan berpengaruh ke next nya, dan jangan lupa untuk memberi saran dan kritiknya di komentar^^ Terima Kasih ~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Grey Flower
Fanfiction( Wendy RV ff ) "Aku merasa menjadi seseorang yang berbeda sekarang" "Berarti kamu orang aneh" "Tidak" "Lalu?" "Semuanya berawal dari bunga ini... ~ "