Belum genap tengah malam
Kala langit memanggut kelam
Saat fajar masih terangguk diam
Bibirku kini melengkung membentuk sebuah senyumTanganku terulur panjang
Menggapai wujud yang kosong
Nampaknya hanya seberkas bayang
Tubuhnya kasat mata itu melayangSenyumnya kembali hadir jelas
Begitu hingga ku terpukau membalas
Terkoneksi sebuah benang merah tipis
Berbincang melalui rantauan biasAku mulai bercerita tentang sakitku
Aku berkeluh kesah tentang hilangku
Kosong akibat tidak hadirnya dirimu
Semua rasa takut yang meresahkankuAir mataku jatuh terurai
Berderai basah terantuk sepi
Derit jendela yang terbuka membawamu datang lagi
Kali ini kau berucap lugasTembok-tembok berbicara padaku
Menyampaikan pesan darimu
Aku terdiam, tertunduk malu
Malu untuk kembali meracauMalu untuk menangis padahal aku seharusnya berdoa
Bodoh karena aku seharusnya mengikhlaskan
Bersyukur karena akhirnya dirimu bebas lepas
Tak ada sakit tersisa untuk kau keluhkan lagi.Ini hari saat kau pergi
Hari yang entah selalu kuperduli
Sampai kapan pun pada hari ini
Aku selalu tersenyum bodoh begini.