Chapter 2

3.5K 81 0
                                    

CHAPTER 2

Masalah



Farhan POV's

Mengapa harus seperti ini? Apa selama ini yang aku lakukan ke Shira salah? Aku melakukan itu semua karena aku sayang sama dia, tetapi dia justru mengakatakan bahwa aku cowok yang tidak pengertian lah, banyak mau lah, overprotektif lah. Apa yang harus aku lakukan Tuhan? Capek rasanya! Karena emosiku yang memuncak, tanpa di sengaja aku menggebrak meja yang ada dihadapanku. Aku menoleh ke arah Nadhira yang sedang asik memainkan iPhonenya, dia selau terlihat tenang. Apakah dia mendengar yang barusan saja aku lakukan? atau mungkin dia tidak mendengar aku mengebrak meja? Mungkin saja, karena kedua telinganya yang di sumpal dengan earphonenya. Tetapi, saat aku memandang kearah Nadhira, emosiku kian mereda. Melihat wajahnya membuatku tenang. Entah mengapa, sejak awal aku bertemu dengannya, saat aku menatapnya seperti semua masalahku hilang. Nadhira bagiku seperti mata air, sejuk dan damai saat melihatnya.


Seketika akupun berdiri dan berjalan menuju ke tempat duduknya, sepertinya aku butuh  pendapat Nadhira mengenai masalah yang sedang terjadi diantara aku dan Shira. Saat aku sampai di samping tempat duduknya, dia masih diam dan tidak menoleh sedikitpun kearahku saat aku mulai duduk disebelahnya, seperti tidak sadar akan kehadiranku disampingnya. Dia masih terlihat sibuk dengan iPhone yang berada digenggaman tangannya. "Hei." Sapaku kepadanya, dia hanya menoleh sedikit kepadaku, seperti hanya untuk mencari tahu siapa yang sedang menyapanya dan kembali sibuk dengan iPhonenya tanpa membalas sapaanku. Aku pun penasaran mengapa dia begitu sibuk dengan iPhonenya? Sebenarnya dia sedang apa? Apa aku mengganggunya? Akupun berusaha untuk mencari tau apa yang sedang dia lakukan, dengan mencoba mengintip layar iPhonenya. Sayangnya tidak terlihat sama sekali, karena screen iPhonenya digelapkan dan juga karena efek lampu yang sangat terang di kelas ini. Aku mencoba untuk membuka pembicaraan kepadanya, saat itu juga dia menoleh kepadaku "Lo kenapa?" tanya kami bersamaan. "Eh kok bareng?" tanyaku padanya, dia hanya menggelengkan kepalanya dan mengangkat bahunya tanda bahwa dia tidak tau. Aku memutuskan untuk bertanya kepadanya terlebih dahulu, "Nad, kira-kira kapan ya gue bisa ngomong sama Shira?" Tanyaku sebelum dia kembali sibuk dengan iPhonenya.


"Well, 2 hari lagi mungkin" jawabnya ketus. Selalu ketus, bahkan saat dia berbicara dengan  Shira pun, yang notabennya adalah sahabat dekatnya sendiri, dia pun seperti itu. "Lo mau gak bantuin gue? Ya sekedar info ke gue Shira gimana?" tanyaku pada sedikit berbisik, takut akan menyinggung perasaanya. "Iya" jawabnya dengan nada yang lagi-lagi ketus, seperti menandakan jika dia sedang marah mungkin padaku. Tapi mengapa Nadhira marah? Apa karena cemburu? Tidak mungkin! Kami bahkan bukan teman dekat, aku hanya sekedar mengenalnya sebagai sahabat dari kekasihku, Shira dan adik dari sahabtku, Zhura. "Lo marah ya Nad sama gue?" tanyaku sedikit berhati-hati, mungkin saja dia tidak sedang marah. Memang gaya bicaranya seperti itu Farhan! Bodoh sekali kamu Farhan, bertanya kepadanya menyangka kalau dia marah kepadaku!  "Buat apa gue marah sama lo? Emang gue ada urusan apa sama lo?" Jawabnya sangat ketus. Betul saja, memang gaya berbicaranya yang seperti itu. Bodoh sekali kau han! Dia cemburu dan jatuh hati padamu sangat lah tidak mungkin! "Hmm... abis nada lo jawab 'iya' kayak nandain kalo lo lagi marah." jawabku yang tidakku sengaja keluar begitu saja dari mulutku ini. BODOH!!! "Gak, gue gak marah." dia hanya menjawab itu dengan nada ketus. Akupu malu karena bertanya kepadanya seperti itu, aku putuskan untuk ketoilet dan membasuh mukaku dengan air dingin agar lebih fresh dan juga sedikit menghilangkan rasa maluku. "Gue ketoilet dulu ya.... See ya!" Sahutku dan benar saja dia tidak merespon apa-apa. Akupun bergegas keluar kelas meninggalkan Nadhira sendiri dikelas.


Saat aku sedang berjalan ke arah toilet, aku melihat sedang berjalannya sport day yang diselenggarakan unit SMAku. Aku penasaran akan kelangsungan sport day yang sedang belansung dan memutuskan untuk  berjalan mendekati gerbang SMA dan tanpa sengaja aku melihat pemandangan yang membuat dadaku sangat sesak. Shira? Itu Shira kan yang sedang tertawa bersama Zhura? Aku melihat Shira dan Zhura yang sedang tertawa bersama yang sedang duduk di depan gerbang sekolah. Menyakitkan. Satu kata untuk itu. Apa mungkin dia sudah bosan denganku yang terlalu perduli dengannya? Kuurungkan niatku melihat kegiatan sport day yang sedang belangsung dan pergi kamar mandi tadi dan memutuskan untuk kembali ke kelas. Namun, sampaiku di kelas, kondisi kelas sangat sepi. Tidak ada seorangpun di sana, bahkan Nadhira yang sedari tadi berada dikelaspun tidak ada. Nadhira kemana? Apa dia keluar? Sudah lah, peduli apa kamu Farhan memikirkannya. Seharusnya yang kamu pikirkan sekarang adalah Shira yang sedang bersenda gurau bersama Zhura. Shira terlihat sangat bahagia berada di dekat Zhura. Mungkin memang Zhura kebahagiannya. Aku memutuskan untuk pergi ketaman belakang sekolah, tempat yang sepi dan hampir tidak ada satupun orang di sekolah ini yang mengetahui tempat indah dibalik pintuk kecil di halaman belakang sekolah. Tempat itu merupakan tempat terbaik bagiku untuk menyediri, terutama pada situasi seperti ini.

You (Under Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang