7 - Hongseok x Barista

1K 91 77
                                    

Aku menatap ke luar jendela. Orang-orang berlalu lalang di pinggir jalan deretan toko dan cafe mungil di luar sana. Ada yang berpegangan tangan dengan pasangan, ada juga yang berjalan berkelompok dengan teman-teman atau rekan kerja. Bahkan ada juga yang sendirian dengan headset di telinga.

Karena mataku yang terfokus di luar sana, aku tidak menyadari bahwa gelas coklat kesukaanku telah datang di meja. Aku menoleh ke arah suara gelas bertemu dengan meja kayu.

Seorang pelayan yang merangkap barista mengulum senyum tipis saat menghidangkan pesanananku. Nametag yang digunakan di kemeja bernama Yang Hong Seok.

"Terima kasih," kataku sopan. Pria itu kemudian pergi setelah membungkukkan tubuhnya sedikit.

Seperti kebiasaan, barista itu yang selalu melayaniku. Bukan, memang cafe yang aku datangi ini hanya memiliki 2 pekerja. Si barista itu dan satu lagi yang merangkap menjadi manager yang berada di balik meja kasir.

 Si barista itu dan satu lagi yang merangkap menjadi manager yang berada di balik meja kasir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan seperti rutinitas, dia tidak pernah melupakan botol kaca kecil berisi garam. Apakah kalian tahu bila kita menaruh garam di coklat panas akan membuat rasanya semakin manis? Percayalah padaku. Awalnya aku meragukannya tetapi si barista yang mengajarkanku. Akhirnya hal itu malah menjadi kebiasaan yang tak pernah lepas untukku.

Aku menghirup wangi aroma coklat dengan asap yang mengepul. Menaruh sedikit garam dan mengaduknya pelan. Menyesap coklat panas sambil menghirup aromanya yang membuatku lebih tenang.

Aku hampir saja terlena dengan wangi coklat tetapi sebuah suara membuatku tersadar. Seorang laki-laki berjaket jeans memasuki cafe dengan gerakan cepat dan kasar hampir saja mendorong meja kayu di sekitarnya. Terlihat sekali kalau laki-laki itu terlihat menahan amarah.

"Aku mencarimu kemana-mana ternyata kau disini rupanya," sahut laki-laki tersebut dengan nada sedikit tinggi.

Ya, dia berkata kepadaku.

"Memangnya kenapa kau mencariku?" tanya aku yang masih menatap ke luar jendela.

"Oh, kau santai saja disini sementara aku panik seperti kebakaran jenggot saat ini."

"Apa yang ingin kau katakan sebenarnya?" tanyaku on point.

"Aku mau kau bilang ke orang tua kita kalau kita akan tetap menikah."

Sudahkah aku bilang kalau pria di sampingku ini adalah pacarku? Oh, bukan. Lebih tepatnya mantan pacarku yang baru saja aku putuskan beberapa jam yang lalu.

Dia adalah Junhyung, anak dari perusahaan elektronik terbesar di Korea. Dia adalah pria yang dijodohkan kepadaku beberapa bulan yang lalu. Tetapi aku sudah tidak tahan dengan perilakunya yang bajingan. Dia sering mabuk, berbuat masalah dengan sekitar, membawa banyak perempuan ke apartemennya.

Dan hubunganku dengan dia terikat tidak ada cinta. Lalu, wajar kan kalau aku memutuskannya?

"Tidak akan. Keputusanku juga tidak bisa diubah lagi."

Pentagon Imagine FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang