[Levi's POV]
"Hmmm"
Aku berguman kecil sambil menggosok kedua mataku saat mendengar keramaian dari luar kedai. Sepertinya saat ini kedai telah buka dan saat ini Bibi Hazel pasti sedang kewalahan melayani pelanggan dan juga merangkap memasak. Ini sudah seminggu sejak aku bekerja di tempat Bibi, sedikit banyaknya aku telah mengerti mengenai tugas-tugasku.
Segera aku menyibak selimut yang menutupi tubuhku kemudian membangunkan diri menjadi posisi duduk. Kukumpulkan nyawaku yang belum sepenuhnya stabil kemudian berdiri dan bersiap untuk bekerja.
Bibi Hazel sudah sangat baik dengan memberiku tempat tinggal. Aku tak mau hanya bersantai karena keringanan yang ia berikan, karena walau bagaimanapun aku adalah seorang pekerja di kedai ini. Aku harus melakukan tugasku.
Selimut, bantal serta kasur yang kupakai semalam telah kubereskan. Sekarang aku harus bergegas agar Bibi tak kerepotan melayani pelanggan dan memasak sendiri.
Aku menyambar handuk yang ada di atas nakas lalu berlari kecil ke arah kamar mandi yang jaraknya tak begitu jauh dari kamar yang kutempati.
Aku mandi dengan cepat dan kembali ke kamar untuk berpakaian. Seperti biasa, aku memakai kaus longgar agar perutku yang agak besar tak terlihat oleh orang lain.
Beberapa hari ini aku belum terlalu banyak bekerja sehingga rambutku tak begitu menghalangi. Tapi, kali ini aku mengikat rambutku yang cukup panjang dan mengeluarkannya dari lubang topi kerjaku. Sebenarnya aku jarang mengikat rambut karena aku tak suka jika wajahku terlalu nampak oleh orang lain, tapi jika tak kuikat, pasti rambutku akan mengganggu. Itu akan sangat merepotkan.
Aku segera keluar menuju kedai setelah mengikat tali apron coklat yang menjadi pakaian kerjaku. Kulihat Bibi Hazel sedang mencatat pesanan pelanggan yang telah ramai di dalam kedai, aku sangat kagum kepadanya. Dengan kemampuannya sendiri di usianya yang tak muda, ia bisa membangun kedai yang selalu ramai seperti ini. Benar-benar sangat hebat.
"Biar aku saja Bibi." Aku mengambil buku pesanan dari tangan Bibi kemudian mencatat pesanan pelanggan tanpa menunggu persetujuan.
"Levi?" Tanya Bibi Hazel dengan nada yang sedikit aneh.
Alisku terangkat saat tiba-tiba Bibi menatapku dengan tatapan tak terbaca. Aku bingung, dan sedikit takut. Apakah perutku begitu terlihat. Aku menurunkan pandanganku, tapi perutku bahkan tak terlihat besar. Lalu apa yang salah.
"Apa ada yang salah Bibi?" Aku memeriksa seluruh pakaianku, memeriksanya dengan seksama. Mungkin pakaianku begitu buruk, karena aku memang tak punya pakaian yang cukup layak.
"Matamu sangat indah Levi, benar-benar hijau. Kau sangat manis." Ucap Bibi berbinar. "Kuncir rambutmu, membuatmu terlihat semakin manis." Sambungnya dengan nada kagum. Apa dia baru melihat mataku sepenuhnya?
Dari dulu mataku memang selalu dikatakan indah oleh orang lain, kata mereka iris mataku yang hijau terang sangatlah indah, mereka bilang tatapan mataku sangat teduh dan menenangkan. Tapi, aku tak pernah ingin begitu mempedulikannya. Mungkin mereka hanya menghibur atau berbasa-basi untuk membuatku senang.
Bahkan, aku sedikit tak menyukai mataku. Karena ini sama sekali tak mirip dengan Ibu dan Pamanku yang memiliki mata coklat tua. Sehingga aku benar-benar terlihat berbeda dari keluargaku.
"Sudahlah, Bibi. Jangan memujiku, pergi dan memasaklah." Kataku yang diangguki Bibi Hazel kemudian berjalan ke arah dapur untuk memasak pesanan para pelanggan yang sudah sangat ramai.
Aku mencatat tiap pesanan yang dipesan oleh pelanggan kemudian berjalan ke dapur untuk memberikan daftar pesanan kepada Bibi Hazel.
"Bibi ini pesanannya, dan dua paket keluarga untuk meja nomor tujuh dan sembilan." Aku memberi daftar pesanan pada Bibi kemudian beranjak keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accident Brings Love [BoyXBoy]
Romance"Gara-gara kau, tunanganku meninggalkanku! Hubunganku hancur!" Bentakan yang agak keras nyaris membuat seisi ruang menoleh. "Hanya itu?" tanya seseorang yang sedang dibentak "Hanya itu katamu?!" Bentakan yang agak keras berubah lebih meninggi "Hanya...