Prolog

77 0 0
                                    

Hari itu adalah hari yang tenang di sebuah cafe. Gue yang sedang melamun dikagetkan dengan sebuah pertanyaan yang membuat gue harus mengingat lagi semua cerita yang pernah terjadi dalam hidup gue.

"Jadi kapan?" tanya Toto yang membuyarkan lamunan gue.

"kapan? kapan apanya?" tanya gue.

"kapan lu mau ngebuka hati lu lagi?, Lu mau selamanya kayak gini?". Gue pun diam tidak menjawab pertanyaan yang ditanyakan kepada gue. Semua kegagalan dalam hubungan gue selama ini yang membuat gue menjadi susah untuk membuka hati gue lagi untuk siapapun.

Nama gue adalah Daniel. Gue adalah cowok yang paling ahli tentang patah hati, karena seringnya gagal dalam berpacaran gue menjadi orang yang percaya bahwa akhir dari cinta adalah patah hati, karena cinta dan patah hati itu adalah sebuah paket komplit yang tidak bisa lu dapat secara terpisah,karena yang namanya jatuh sudah pasti akan sakit, apalagi jatuh cinta. semakin lu berharap semakin besar juga kekecewaan yang bakal lu dapat nanti ketika cinta lu kandas.

"Jadi kapan?" tanya Toto sekali lagi.

"Apaan sih? kapan apanya?" tanya gue yang mulai risih mendengar pertanyaan yang sama

"Jangan pura-pura bego lah, lu yakin nggak mau ngebuka hati lu lagi?".

" Mungkin. Capek kalo mau patah hati lagi. Percuma pacaran kalo nanti bakal ditinggalin lagi".

Toto adalah sahabat gue. Kita sudah temenan dari SMP. Dia adalah cowok yang kurus tingginya juga tidak jauh beda dari gue sekitar 170cm namun dia punya jiwa kepemimpinan yang tinggi sangat berbeda dengan gue yang punya jiwa pembantu yang sangat tinggi. Dia sudah gue anggap seperti kakak gue sendiri. Setiap gue ada masalah dalam hal percintaan dia selalu ada disana untuk membantu gue. Gue sempat berpikiran kalau semua kesialan gue dalam pacaran mungkin karena dia.

"Apa sih yang ngehambat lu buat jatuh cinta lagi?" Toto mulai meninggikan suaranya terlihat jelas kekesalan pada raut wajahnya.

" Gue cuman malas kalo mau patah hati lagi." Gue juga tidak kalah kesalnya waktu itu.

" Patah hati apa lagi sih?, emang lu masih belum bisa move on?"

"Move on? itu udah lama kali. Gue cuman belum mau pacaran aja. Belum ketemu aja yang bisa terima gue apa adanya".Sebenarnya gue cuman takut akan gagal lagi seperti cerita cinta gue yang lain.

"Cerita cinta yang mana yang ngebuat lu belum bisa ngebuka hati lagi?". Pertanyaan yang dilontarkan oleh Toto membuat gue mengingat lagi patah hati gue.

Semua bermula saat gue pacaran dengan Mawar. Ini adalah salah satu cerita patah hati gue. 8 tahun yang lalu gue adalah seorang aktivis di Vihara, karena hal ini gue bertemu dengan Mawar. Mawar meskipun dia kurus dan tinggi hanya 160cm namun dia sangat cantik dan baik. Saat itu gue masih menganggap Mawar sebatas junior saja tidak ada ketertarikan sama sekali pada Mawar. Saat itu ayah Mawar baru saja wafat, namun Mawar masih berusaha terlihat tegar menghadapinya. Awal mula gue bisa dekat dengan Mawar karena gue yang bertugas mengantar dia pulang setiap selesai kegiatan ditambah lagi gue yang sering smsan dengan Mawar membuat gue jadi lumayan akrab dengan dia. Banyak kabar angin yang bilang kalau Mawar suka dengan gue, namun gue yang saat itu sedang suka dengan cewek lain pun cuek saja. Saat itu gue harus mengantar Mawar ke sekolah gue karena waktu itu ada pendaftaraan murid baru dan kebetulan Mawar ingin sekolah disana, sebenarnya gue agak malas mengantar Mawar, karena gue nggak mau dianggap pacaran sama dia oleh teman sekolah gue, namun karena ibunya Mawar meminta tolong gue untuk mengantar Mawar maka pergilah kami ke sekolah. Selama di jalan gue berharap tidak bertemu dengan teman sekelas gue, namun harapan kadang tidak sama dengan realita bukan hanya satu orang saja melainkan lima teman gue lagi ngumpul bareng di depan pintu gerbang sekolah. Setelah memakirkan motor gue pun menyapa teman gue. Mawar  langsung masuk ke dalam untuk mendaftar jadi murid baru. Seperti layaknya cowok-cowok SMA pada umumnya kami ngomongin pertandingan bola, motor dan cewek .(Gue nggak ngerti sama sekali tentang pertandingan bola terakhir gue main bola dan menciptakan gol tapi pada gawang gue sendiri semenjak itu gue nggak pernah diajak main bola lagi, dan Motor yang gue tau kalo indikator bensin pada motor sampe pada "E" berarti gue harus dorong motor sampai pom bensin terdekat). Teman-teman gue pun penasaran sama cewek yang gue antar

"Pacar baru lu Niel?". tanya temen gue yang paling nggak tau malu

"Kagak lah, itu mah junior gue di Vihara".

"Halah bohong aja lu, udah ngaku aja cewek lu kan. Pajak Jadian mana nih?"

"Serius! mana mungkin gue pacaran sama papan talenan gitu, lu orang liat aja udah kurus, rata pula". Teman-teman gue langsung diem, ternyata Mawar sudah selesai mendaftarkan diri dan ada di belakang gue saat itu. Gue langsung diam tidak tahu mesti ngomong apa.

"Yuk balik, udah kelar nih" Kata Mawar mengajak gue untuk pulang

"Duluan guys" setelah gue pamit kepada teman-teman gue. Gue pun mengantar Mawar pulang ke rumah. Selama di jalan Mawar hanya diam saja. Entah dia mendengar atau tidak ucapan gue tadi, namun gue merasa bersalah sama Mawar. Sesampainya di rumah Mawar

"Kalau lu emang nggak mau sama gue enggak apa-apa, tapi nggak perlu ngatain gue seperti itu di depan teman-teman lu. Sakit tahu dengarnya". dan gue hanya bisa diam mendengar Mawar berbicara seperti itu. Ada air mata yang menetes di pipi Mawar menandakan betapa sakit hatinya saat itu. Saat itu juga gue merasa menjadi cowok brengsek yang sudah menghancurkan hati seorang gadis yang polos dan tidak tahu apa-apa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untitled Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang