*Author's*
Ada banyak hal yang Maudyne benci dari manusia. Pertama, manusia itu serakah. Kedua, manusia selalu ingin menang dan mengambil untung. Ketiga, manusia selalu menghakimi sesuai keinginan mereka. Dan mungkin masih banyak lagi yang Maudyne simpan tentang kebenciannya terhadap manusia.
“Ini rumah kita,” Maudyne mengangkat kepalanya. Ia menatap rumah sederhana di hadapannya. Padang rumput terbentang luas di sekitar rumah itu. Bermacam bunga tumbuh mengitari rumah sederhana itu.
Bunga Ashioppe. Bunga suci itu juga tumbuh di padang rumput ini? Bagaimana bisa? pikir Maudyne. “Mari masuk,” Erina melangkah terlebih dahulu, masuk kedalam rumah dengan cat putih tersebut. Jarak antara rumah ini dengan rumah lainnya terpaut cukup jauh. Tidak ingin berlama-lama, Maudyne turut masuk kedalam rumah. “Kamu bisa memilih kamarmu sendiri, Maudyne,” Maudyne, tanpa pikir panjang segera memilih kamar di lantai dua. Ya, rumah ini bertingkat. Rumah sederhana yang bertingkat. Rumah ini cukup sempit, sebenarnya.“Erina,” yang mempunyai nama menoleh. “kamu tau..., apa ini tidak terlalu berlebihan terhadapku. Maksudku--” Maudyne tidak dapat melanjutkan perkataannya. Salah satu alis Erina terangkat. Maudyne berdehem kecil untuk mengurangi kecangguangannya.
“Maudyne, sudah kukatakan padamu. Sama sekali tidak masalah. Kita bisa memulai ini bersama. Benar, bukan?” Jelas Erina. Maudyne mengangguk kaku. Bagaimanapun juga, menurut Maudyne, Erina manusia. Dan Erina tahu ia bukan berasal dari dunia ini. Apa Erina tidak akan memberikannya pada Negara? Apa manusia sepertinya dapat dipercaya?“Aku mengerti bila kamu belum sepenuhnya percaya padaku. Namun, kamu hanya perlu menjalani alur yang mengalir saat ini. Bila aku mengkhianatimu, kamu bisa membenciku sepenuhnya,” Ucap Erina. Dan ucapan itu membuat Maudyne sedikit tersentuh sekaligus tidak enak. “Aku percaya padamu.” Kata itu terlontar begitu saja dari mulutnya. “aku tidak peduli bila kamu manusia, asalkan aku dapat mempercayaimu. Benarkah begitu?” sambungnya. Erina tersenyum dan menatap Maudyne teduh. “Tentu. Kamu dapat beristirahat sekarang,”
♛♛♛
Maudyne mematung dihadapan Erina. Setelah makan malam, Erina meminta Maudyne untuk mendengarkannya sebentar. “Dan kuharap kamu mengerti,” Ujar Erina pada akhirnya diiringi senyuman tipis. Maudyne tidak tau harus merespon apa selain mematung.
Ia..., dapat mempercayai Erina, kan? “Erina, aku sedikit--mungkin sangat terkejut. Apa aku harus melakukan ini?” Tanya Maudyne.
“Ini merupakan langkah awal untuk membawamu pulang,” Jawab Erina. “dengan bersekolah, kamu juga dapat mempelajari banyak ilmu di bumi. Mempelajari sifat - sifat manusia agar kamu tidak kesulitan dalam bertahan hidup di dunia ini,” lanjutnya.
“Lantas? Apa sekolah berhubungan dengan jalan yang akan membawaku pulang? Jika benar, bagaimana mungkin?” Erina tersenyum ramah.
“Maudyne, kamu dibuang--maaf, maksudku diasingkan oleh bibimu ke bumi melalui *Tereta.Dan Tereta itu berada di kantor pusat Negara, saat ini,” Maudyne diam mendengarkan. “kamu harus mempelajari sifat yang ada di dunia ini, Maudyne. Kamu harus lebih pandai dari mereka. Dan siapa yang akan mengira kalau sifat manusia tidak seburuk yang kamu pikir. Mungkin kamu bisa menerima--”
BRAK!
Maudyne menggebrak meja di depannya. Ia menatap Erina sinis. Ia menghembuskan nafas kasar, kemudia berujar; “Aku akan tidur,” tanpa menatap Erina.
♛♛♛
Erina membuka pintu kamar yang tidak terkunci itu. Ia sudah mengetuknya berkali - kali, namun tidak kunjung mendapat sahutan. Di dalam ruangan yang gelap, Erina dapat melihat sosok Maudyne yang tengah meringkuk di dalam selimutnya.
Ia menyalakan lampu dan duduk di tepi ranjang. “Maudyne...,” Ujarnya lirih. Tidak kunjung menjawab, Erina berjuar lagi dengan nada penuh penyesalan. “Maudyne, maafkan aku. Kamu tidak perlu sekolah jika kamu tidak menginginkannya,” tambahnya.Erina dapat melihat selimut itu bergerak cepat. Naik-turun tidak teratur. Erina menahan nafasnya. Ia memastikan satu hal, Maudyne manangis. Ia merasa sangat bersalah. Ia menghembuskan nafas panjang.
“Aku tidak bermaksud buruk, maafkan--” Belum sempat perkataanya selesai, gadis itu keluar dari selimutnya. Ia menatap Erina hampa. Matanya bengkak. Berapa lama ia menangis? “Tidak perlu. Aku akan tetap sekolah,” Ujar gadis itu. Erina terkejut. Ia segera memeluk gadis itu erat. Tidak menyangka akan melihat pemandangan seperti ini. Ditambah jawaban yang terkesan mengutuknya; “Aku sangat membenci manusia. Sejak aku berusia 7 tahun, aku sudah menumbuhkan rasa ketidak- sukaanku pada manusia.” Jelas Maudyne. Erina diam mendengarkan. Ia sudah melepaskan pelukannya. “manusia menyerahkan papa kepada Negara untuk dibunuh. Mereka melakukannya karena buta oleh harta dan ambisi. Papa tidak bersalah, ia berusaha membantu para manusia di bumi yang sedang dilanda penyakit, saat itu,” Maudyne nampak tidak ingin melanjutkan topik. Matanya masih berkaca-kaca.“Tidak perlu kamu lanjutkan. Aku yang seharusnya mengerti,”
Erina tersenyum menenangkan.
“Aku--aku tidak ingin bertemu mereka. Namun aku harus melakukannya. Aku harus pulang dan menyelamatkan mama,” Ujar Maudyne penuh keyakinan. Ternyata, yang selama ini Erina pikir, sebagian salah. Maudyne bukan hanya gadis sombong yang dingin dan tidak peduli. Ia juga jarang berbicara kecuali dengan orang yang sudah dekat dengannya. Namun, itu semua untuk melindungi dirinya. Ia rapuh. Ia butuh penopang agar ia tidak mudah jatuh.
“Namun, kamu manusia yang cukup baik, menuruku?” Ada keraguan dibalik perkataannya. Erina tersenyum memahami.
“Kau selalu menganggapku manusia,” Erina mengusap puncak kepala Maudyne. “tidurlah,” dan wanita itu melenggang keluar dari kamar gadis itu. Meninggalkan Maudyne yang berusaha mencerna kata - kata Erina.
Selalu menganggapku manusia? Apa maksudnya? Pikirnya.♛♛♛
Tbc...
Thanks for reading sampai sini. Semoga suka ceritanya.
*Tereta merupakan semacam kapal terbang--ufo--tetapi berukuran lebih kecil. Tereta hanya dapat dimuat oleh satu orang. Dan bentuknya Yang seperti roket. Tenang, ini hanyalah karangan Naline, serius:v Tereta hanyalah karanganku. Sekian💖.
{857 word}
Love, Annaline
💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Maudyne White
Teen Fiction(Teen Fiction - (minor) Fantasy - Mystery) White artinya putih. Putih tidak selalu lembut seperti kapas. Putih dapat dingin seperti salju. Putih tidak suka disentuh. Ia tidak ingin terlihat rapuh. * Maudyne White. Satu nama yang cukup untuk m...