Part 5 : AKU TAHU TAPI PURA PURA TIDAK TAHU
Pagi diselimuti kabut kepiluan, memendekkan jarak pandang. Kabur terhalang kaca-kaca, bulir air mata tangisan. Aku belum beranjak dari kamar, sesaat aku merasa kehilangan semangat, lelah dengan kebohongan Mas Rama dan merasa sangat kesepian.
"Apakah Mas Rama sudah tidak mencintaiku ? Tuhan mengapa aku dilahirkan dengan suratan yang menyakitkan?...apa kesalahanku di kehidupan sebelumnya?..apa ini bagian dari karma?..Apa dosaku Tuhan?" batinku mengeluh.
Sungguh aku tak mengerti apa yang terjadi dengan Mas Rama. Aku tak merasa ada yang berbeda saat masa sebelum dan setelah menikah. Dia memang selalu bersikap baik dan manis, meski tak jarang juga aku merasa dia bersikap dingin, jika sedang kesal.
Apa memang dia berubah? Atau aku yang lupa dia yang dulu, karena semua sudah terasa baal. Apa memang aku yang tak peka, tak sadari bahwa Mas Rama sudah berpaling, dan pindah ke lain hati.
Dadaku terasa panas, sesak, ingin marah meledak tapi teriak pun rasanya tak kuasa. Aku merasakan keresahan yang akut, nalarku terus menggali ingatan kapan awalnya..kenapa bisa..apa alasan Mas Rama memilih membohongiku..Jika dia mencintainya..mengapa Mas Rama tak meninggalkan aku..mengapa tidak bersikap tegas..apakah Mas Rama mencintaiku? Apa Mas Rama takut kehilangan aku? Mengapa hanya aku yang di bohonginya?
Kemana rasa malu Mas Rama? Mengapa suara Mas Rama begitu bahagia dan bangga dengan mengakui bahwa dia baru pulang dari surga menemui sang bidadari, wanita itu kah yang Mas Rama maksud sebagai Bidadari Surganya? Lalu aku apanya Mas Rama? Suara tertawamu itu membuatku sakit..hancur..aku sungguh kecewa. Apa aku harus terus mengikuti kebohonganmu? Tak habis-habis aku berpikir dan bertanya pada diri sendiri.
" Tuhan, apa yang sebenarnya yang Kau inginkan dariku? Tuhan bantulah aku..berikan aku kekuatan menghadapi ini semua...Tuhan hatiku hancur..aku mohon selamatkanlah aku..bebaskan aku dari kesakitan derita ini...Tuhan kembalikan Ramaku.."
_______Pagi menjelang siang aku memutuskan pergi ke luar rumah sekedar mencari udara segar. Aku sengaja mengenakan kaca mata hitam, tuk sembunyikan mata sembabku. Aku putuskan untuk menikmati suasana taman yang ada di sekitar komplek, letaknya 500 meter dari rumah. Tak lupa aku bawa hp dan buku novel baru yang belum sempat kubaca.
Aku duduk di gasebo taman, disampingnya terdapat kolam dengan lansekap air terjun buatan. Suasana siang itu, sepi hanya gemericik airnya yang menemani. Sejauh mata memandang aku melihat bunga-bunga yang mulai bermekaran begitu indah dipandang, ada beberapa kupu-kupu terbang diantara bunga-bunga. Perhatianku teralihkan, setidaknya aku masih bisa menikmati siang ini dengan lebih damai. Lalu aku mulai membuka lembar-lembar halaman cerita novel.
Namun, fokusku kembali pada Mas Rama. Aku merasakan kembali sesak, sakit, marah, bingung. Aku beranjak dari tempat duduk, kuputuskan berjalan-jalan memutari taman, untuk mengalihkan perasaan yang tak karuan.Aku harus berbuat sesuatu, aku tidak bisa begini terus, aku akan bicara dengan Mas Rama, harus bicara, Aku tak sula di bohongi.
"Putri...hey Putri..!!" Aku terkejut dengan suara teriakan yang memanggilku, aku berhenti melangkah mencoba mencari sumber suara yang memanggil. Ternyata dia, Rina, lalu aku kenakan kembali kacamata yang tadi sempatku lepas, dan aku pun melangkah menghampirinya, dia juga sama berjalan menghampiriku.
"Pantas saja kamu di sini, aku tadi ke rumahmu"
"Oh..ada apa?"
"Aku butuh kendaraan, aku pinjam sepeda motor. Mobil suamiku rusak. Aku sudah bilang Mas Rama dan dia menyuruh aku mengambilnya" ketusnya menjelaskan maksudnya.
"Baik, motor ada di rumah. Aku ambilkan, kamu tunggu saja disini"
Aku sengaja menyuruhnya menunggu di taman, aku sungguh malas berinteraksi dengannya. Meskipun ada banyak pertanyaan di kepalaku yang ingin aku katakan padanya, tapi dari sorot matanya jelas sekali dia sangat membenciku.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU TAHU: Tapi Pura Pura Tidak Tahu
RomansaCerita fiksi perdananya Merepih Alam