Setelah menunggu sejenak di lobby, Kang Ade datang menghampiri kami dengan tujuan menyambut kedatangan kami. Ia adalah direktur tempatku melaksanakan PKL. Pak Sugoy dengan antusias langsung berjabat tangan seraya memperkenalkan kami kepada Kang Ade.
"Assalamualaikum." Salam Kang Ade.
"Waalaikumsalam." Jawab kami ber-empat.Pak Sugoy dengan cepat memperkenalkan kami kepada Kang Ade.
"Ini anak yang ingin PKL disini, kang. Namanya Fahri, Fauzi dan Daffi."
"Apa anak ini bisa dipercaya untuk melaksanakan PKL disini, Pak?" Tanya Kang Ade dengan wajah cemas.
"Insyaallah, Kang." Jawab Pak Sugoy dengan antusias.
"Baik, mungkin ada baiknya kita mengelilingi gedung ini untuk memberitahukan para peserta PKL tentang seluk beluk gedung ini." Ajak Kang Ade dengan begitu respect kepada kami.Kami berlima mengelilingi gedung sambil diperkenalkan ke beberapa ruangan yang nantinya akan sering aku lalui.
Tak seperti yang ku bayangkan! Ternyata di studio pertelevisian tidak sebagus pada saat on air. Sangat berantakan sekali, banyak sekali debu - debu kehampaan menempel setia pada bangku dan meja.
Semua yang tayang di tv adalah pencitraan semata. Semua furniture yang dipakai pada sebuah acara siaran, sebelumnya dibersihkan terlebih dahulu, lalu di susun sebagaimana mestinya.
Mataku terbelalak. Sungguh, aku sangat tidak nyaman bila harus berada ditempat yang bisa dikatakan 'sangat berantakan' ini. Sesekali mataku mendongak ke atas, disana pun sama halnya seperti bangku dan meja di bawah, banyak sekali debu.
***
Setelah melihat - lihat isi studio, Kang Ade membawa kami ke sebuah ruangan, ruangan kali ini terlihat begitu rapi, sangat memiliki nilai estetika yang begitu indah, sangat berbeda dengan studio yang sangat berantakan itu, bisa dibilang berbeda 180° dari studio siaran. Ruangan itu adalah ruang meeting, tempat para producer dan direktur rapat mengenai perkembangan acara.
Tepat pada jam 1 siang, murid PKL dari sekolah lain datang untuk menyiapkan acara siaran [1]. Entah mengapa aku merasa ada yang janggal ketika aku melihat dia, dia yang saat itu mengenakan kerudung merah dan baju muslim berwarna merah, wajahnya seperti tak asing bagiku. Ya! Aku baru ingat! Dia sangat mirip mantanku!
Seketika dunia merasa milikku sendiri saat dia menatap ke arahku. Hanya ada satu pertanyaan di otakku "apakah itu benar dia? Atau hanya bayang imaji saja?" Entahlah! Itu memang benar dia, dia yang meninggalkanku ketika aku pindah ke Bogor dari Jakarta dengan alasan tidak kuat LDR.
***
Tak ku sangka, ternyata Daffi sedang memperhatikanku yang sedang memperhatikannya. Daffi menepuk pundakku seraya memanggil namaku
"Ri? Apa yang sedang kau lihat? Tampak begitu dalam tatapan matamu."
"Apa? Ah tidak." Jawabku dengan wajah yang kaget.Seketika imajinasiku hancur begitu saja, namun aku masih tak percaya jika perempuan itu adalah dia. Apakah dunia begitu sempit? Sampai sampai aku harus bertemu dengan kenangan masa lalu di tempat seperti ini.
"Jangan terbawa perasaan. Ingat, kita datang jauh - jauh kesini untuk melaksanakan PKL." Daffi memberi peringatan kepadaku dengan sedikit meninggikan suaranya.Aku hanya mengangguk tanpa menyimak ucapan darinya, sebab yang ada di pikiranku hanya dia, dia dan dia. Mengapa dia datang ketika aku sudah mengikis sedikit demi sedikit kenangan bersamanya? Mengapa tuhan menakdirkan seperti ini? Apa tujuannya?
***
Semua pertanyaan muncul begitu saja dalam benakku, sampai - sampai aku tak sadar bahwa perjalanan 'mengelilingi seluk - beluk gedung' ini sudah selesai.
"Terima kasih atas kerja samanya, Kang. Jadi, kapan anak murid saya mulai melaksanakan PKL, Kang?" Tanya pak Sugoy seraya berjabat tangan dengan Kang Ade.
"Sama - sama. Besok sudah mulai masuk sesuai jadwal para produser yang akan memimpin mereka, Pak." Jawab Kang Ade dengan antusias.
"Oh, iya. Untuk kalian para murid, besok temui saya jam 10 pagi, saya akan membagi kalian dalam 3 kelompok dengan produser yang berbeda." Ujar Kang Ade sambil menepuk jidatnya karena hampir lupa memberitahu kami.
"Iya, Kang." Jawab kami serentak.
"Baik, kami pamit pulang untuk mencari kamar kost, sebelumnya kami minta maaf jika merepotkan. Assalamualaikum." Ucap Pak Sugoy berpamitan dengan Kang Ade seraya berjabat tangan kembali.***
Sudah 15 menit kami mencari kamar kost, namun belum juga bertemu kamar kost yang kosong, rata - rata sudah ditempati. Daffi dan Fauzi cemas, mereka takut jika sampai nanti malam kita belum mendapat kamar kost, lalu tidur di pinggir jalan, halah! Seperti di kisah film saja! Pikirku.
Mereka berdua cemas karena kami belum menemukan kamar kost, sedangkan aku? Aku masih mencemaskan perempuan itu, masih terngiang - ngiang di kepala. Aku masih harus menemukan jawaban, siapa dia sebenarnya? Apa benar itu mantanku yang dulu?
---
[Catatan]
[1] Jadi, sebelum sekolahku mengirim kami bertiga untuk melaksanakan PKL ditempat ini, ada sekolah lain yang lebih dulu mengirim muridnya kesini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumbuh & Rapuh
RomancePerjalanan kelam antara asa dan rasa yang mengedepankan kata cinta tanpa memikirkan dunia.