dollhouse

19 1 3
                                    


Nyanyian ballerina dari sebuah mainan boneka ballerina terdengar jelas di sebuah kamar yang di tempati seorang gadis yang tengah menutup wajah nya dengan bantal untuk meredam suara isak tangis yang ia buat.

Suara benda hancur terdengar dari balik pintu kamar sang gadis, suara yang sangat mengusik diri nya, ditambah lagi dengan suara bentakan dan teriakan yang di keluarkan dari mulut orang tua nya.

Keluarga nya benar-benar seperti rumah boneka, sempurna diluar, tapi siapa yang tau dengan isi dalam nya, kecuali kalian membuka atap ataupun jendela yang ada.

Keluarga nya terlihat harmonis di hadapan semua orang, tapi saat kembali ke rumah orang tua nya akan kembali bertengkar hebat.

Dan dirinya kembali menangis, menangis dalam diam tak ingin seorang pun tau bahwa dia sangat tersiksa.

Ceklek

Pintu di buka oleh seorang wanita yang baru selesai bertengkar dengan suami nya. Dan dengan sigap sang gadis tadi menghapus sisa air mata nya.

"Kau! ganti baju dan setelah itu pergilah ketempat les! "wanita yang berstatus sebagai ibu dari sang gadis tersebut mengucapkan kata-kata itu sambil melempar boneka ballerina yang belum berhenti mengeluarkan nyanyian sedari tadi ke dinding.

"Dan berhentilah memainkan boneka itu! Sudah berapa kali harus ku katakan hah?! "ibu dari gadis tersebut langsung keluar dari kamar sang gadis tanpa melihat keadaan anak perempuan satu-satu nya itu.

Brak!

Pintu dibanting dengan keras nya membuat gadis tadi tersentak kaget lalu turun dari kasur nya dan berjalan ke arah boneka ballerina yang di rusak ibu nya tadi, berniat untuk membersihkan serpihan dari tunuh boneka ballerina yang pecah.

'Dia bahkan tak melihat ku, sebegitu bencikah dia padaku? huh, sudahlah ini sudah biasa kau jalani Hyura, bertahanlah! 'batin gadis bernama Hyura tersebut menyemangati diri nya sendiri.

Jemari lentiknya dengan terampil memilih serpihan boneka tersebut, berhati-hati agar tak terluka.

Setelah selesai dengan boneka tersebut ia beranjak ke lemari pakaian nya.

Dilihatnya pantulan dirinya yang mengenakan hoodie dan jeans serta topi di kepalanya dari cermin .

Merasa sudah sesuai dengan cepat ia menyambar tas nya yang berada di atas kasur nya lalu pergi dengan diam-diam.

Diam-diam?
Ia selalu melakukan itu ketika hendak keluar dari rumah, lagi pula kali ini ibu nya yang menyuruhnya pergi les,paling ibu nya akan berpikir kalau Hyura sudah pergi.

*Skip

Hyura berjalan dengan kepala yang ia tundukan sedari tadi, sampai akhir nya di sebuah persimpangan ia melihat seorang laki-laki yang seperti nya sedang kabur dari kejaran seseorang.

Hampir saja Hyura jatuh karna laki-laki itu menabrak bahu nya, tapi untung nya laki-laki itu menahan dirinya dan membawa nya lari bersama.

Mereka terus berlari tanpa henti sedari tadi sehingga membuat Hyura kelelahan dan tersandung kaki nya sendiri yang membuat nya jatuh.

Bruk

Laki-laki tersebut berhenti dan segera menolong Hyura yang terjatuh.

"Kau baik-baik saja?"tanya laki-laki tersebut dengan ekspresi khawatir.

"Kau tak lihat kaki ku berdarah hah?! Kau buta?! "tanya Hyura dengan nada yang ia tinggikan.

"Yayaya, aku melihat kaki mu itu berdarah, dan aku tidak buta! "balas laki-laki itu dengan nada yang sama.

"Whatever, I don't care "jawab Hyura acuh.

"Sekarang bagaimana? "laki-laki itu bertanya sambil mencoba menggendong Hyura .

"Yak! Apa-apaan kau ini?! Seenak nya saja menggendongku! Kau pikir kau siapa hah?! "Hyura marah dengan perlakuan laki-laki tersebut.

Laki-laki itu hanya diam tidak menanggapi ocehan Hyura sama sekali, ia membawa Hyura ke sebuah bangku lalu ia menurunkan Hyura dibangku tersebut.

Laki-laki tersebut mengobati kaki Hyura yang berdarah dengan cekatan, Hyura hanya memperhatikan gerak-gerik laki-kaki tersebut.

"Siapa nama mu? "tanya Hyura.

"Jimin, Park Jimin, dan kau? "laki-laki yang bernama Jimin tersebut bertanya kepada Hyura.

"Kim Hyura"jawab Hyura singkat.

"Nah sudah, apa masih sakit? "Jimin menjauhkan dirinya dari Hyura.

"Hmm sudah sedikit berkurang"jawab Hyura sambil mencoba untuk berdiri.

Hyura mencoba untuk melangkahkan kaki nya tapi ia hampir saja jatuh kembali jika Jimin tidak menahan nya.

"Kaki mu seperti nya juga terkilir, kau mau pulang? Biar aku antar"ucap Jimin sambil memegangi Hyura.

"Tak usah, aku bisa pulang sendiri"balas Hyura sambil melepaskan pegangan Jimin.

Bruk

Hyura terjatuh karna kaki nya tak kuasa menopang tubuhnya untuk berdiri.

"Kau ini sangat keras kepala"Jimin menggendong Hyura ala bridal style.

Pipi Hyura menjadi merah padam karna perlakuan Jimin. Oh ingin rasa nya ia mati detik ini juga.

Hyura menatap wajah Jimin dalam diam, yang tanpa ia ketahui bahwa Jimin menyadari nya.

"Jangan melihat ku terus"ucap Jimin yang membuat Hyura jadi keringat dingin.

"T-tidak aku tak melihatmu, kau saja yang terlalu percaya diri"sergah Hyura.

"Sudah jelas-jelas kau melihatku dari tadi"balas Jimin .

"Ah sudahlah aku tak peduli "Hyura malas meladeni omongan Jimin.

"Dimana rumah mu? "tanya Jimin.

"Jangan!"ucap Hyura sedikit berteriak.

Jimin menoleh ke arah Hyura dan mengangkat sebelah alis nya seolah bertanya 'Kenapa?' pada Hyura.

"M-maksud ku...ak-aku harus pergi les saat ini"ucap Hyura, toh, tujuan nya memang akan pergi les.

"Baiklah terserah kau saja"ucap Jimin sambil menurunkan Hyura dari gendongan nya.

"Aku pergi dulu"Hyura hendak pergi ketempat les tetapi Jimin menahan nya.

"Apa? "tanya Hyura heran.

"Kemarikan Handphone mu"suruh Jimin dan dituruti saja oleh Hyura.

"Ini, untuk apa? "tanya Hyura penasaran.

Hyura memperhatikan Jimin yang tengah melakukan sesuatu dengan Handphone miliknya.

"Ini, telfon aku jika kau ada masalah"ucap Jimin sambil menunjukkan senyum manis nya.

"Baiklah, kalau tak ada urusan lagi aku pergi dulu ok"sekarang Hyura benar-benar pergi.

Hyura tersenyum terkadang juga di selingi dengan tawa kecil karna mengingat peelakuan Jimin padanya.

Padahal mereka baru bertemu dan itu pun tanpa sengaja tapi kenapa Hyura bisa nyaman saat dekat dengan Jimin?



Tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Silent ScreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang