Saat ini Lia sedang berada diruang musik, hanya musik yang bisa membuatnya lebih tenang. Ia memegang sebuah gitar yang biasa dipakai untuk siswa latihan. Gitar yang menjadi saksi bisu kenangan yang rasanya ingin dia ulangi kembali, namun mustahil.
"Bisa mainnya?" tanya seseorang di ambang pintu.
Lia menoleh, "Alby?"
"Bisa mainin nya?" Alby mengambil gitar itu dari tangan Lia, dari sudut matanya ia bisa melihat Lia menggeleng.
"Katanya ketua kelas musik," sindir Alby.
"Ketua kelas musik, bukan berarti semuanya bisa," ketus Lia.
"Bisa mainin apa aja?"
"Piano," singkat Lia.
"Bisa nyanyi?" Lia hanya mengangguk.
"Mau nyo--"
"Kak Lia, kata Bu Devi kelas musiknya diundur besok," ucap seorang siswi yang memotong perkataan Alby.
"Oh, makasih." ujar Lia lembut, "Bilangin sama yang lain juga ya tolong."
"Iya kak, permisi."
"Gue duluan," Lia melangkahkan kakinya keluar dari ruang musik.
"Baru mau diajak nyanyi," gumam Alby.
Segera ia menaruh kembali gitar itu ketempatnya dan bergegas keluar dari ruang musik.
Lia yang sedang berjalan menuju kelas harus menghentikan langkahnya ketika mendengar bu Wahyu memanggilnya.
"Iya bu?" Lia berbicara dengan sopan.
"Ibu boleh minta tolong nggak?" Melihat Lia mengangguk bu Wahyu meneruskan kembali kalimatnya, "Kamu ke kelas XII IPS 3 ya tolong, bilangin sama ketua kelasnya. Ulangan fisika diundur besok. Ibu mau kedinas sekarang jadi nggak sempet ke lantai tiga."
Lia tersenyum dan mengangguk, "Oke bu."
"Makasi ya, ibu pergi dulu."
"Huh, baru mau balik, gapapa deh. Itu juga kelas Vano." Lia berbalik untuk segera menaiki tangga menuju lantai tiga.
Setelah sampai, Lia melihat Vano dan Alby sedang duduk didepan kelas sambil memainkan handphone, berani sekali dia, pikir lia.
Memang sih kelas sedang tidak ada yang mengajar, tapi bagaimana jika tiba-tiba guru datang. Dengan lincah Lia mengambil handphone milik Vano dan Alby. Membuat yang punya terkejut.
Vano mendongak, karena posisinya yang duduk dan Lia yang berdiri, "Gila! Gue pikir guru."
"Siapa nyuruh kalian main hp!" ketus Lia.
Alby menunjuk Vano, Vano yang ditunjuk pun menunjuk yang disampingnya. Jadi mereka saling tunjuk satu sama lain.
"Gue ambil hp kalian!" setelah itu Lia masuk kedalam kelas Vano dengan wajah datarnya.
"Ketua kelas mana," ucapan Lia yang lantang membuat Adrian, sang ketua kelas pun menoleh.
"Lo nyari gue?" tunjuknya pada diri sendiri.
Lia mengangguk dan mengibaskan tangannya tanda agar Adrian mendekat, "Kenapa?"
"Bu Wahyu nggak masuk, jadi ulangan diundur besok," setelah mengatakan itu Lia segera pergi meninggalkan kelas yang bising karena senang mendengar kabar bahwa ulangan mereka ditunda.
Belum sepuluh langkah Lia meninggalkan kelas Vano, ada seseorang yang menahan tangan Lia sehingga ia berhenti berjalan.
Lia berbalik dan menatap tak suka pada tangan Alby yang menahan lengannya. Alby yang sadar langsung melepaskan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sherrylia
Teen Fiction"Apa gunanya lo berharap dengan masa lalu, sadar Lia! Lo harus kejar masa depan lo." "Lo dan semua orang bilang gitu, dan coba kalian diposisi gue?" "Buka mata lo, ada orang yang bener-bener mencintai lo, tulus." "Gue nggak peduli orang itu siapa!" ...