DrtDrtt
Ponsel Bintang bergetar. Sedangkan sang pemilik masih berada di alam mimpinya, dengan ditemani selimut dan bantal. Dengan mata tertutup, tangan Bintang meraih benda pipih di atas nakas.
Matanya terbuka sedikit hanya untuk menggeser tombol hijau.
"Halo! Siapa?"
"Oh My God, Bintang! Ini Kayla. Mentang-mentang gak ssekolah jam segini masih molor!"
"Oh, Kayla. Ada apa?"
"Ck. Hari ini setelah pulang sekolah, rencananya mau ke Dufan, sama lo juga."
"Emang ini hari apa?"
"Hari Jumat, Bintang... gemes deh! Ayo lah, refreshing gitu. Gak ada lo di sekolah berasa belajar di kuburan tau gak? Sepi."
"Lebay lo. Jangan hari ini, Minggu aja lah!"
"Gak, gak, gak, hari Minggu itu pasti penuh. Hari ini aja ya...."
"Kalo hari ini gue gak akan ikut."
"Ah lo mah, gak asik. Ya udah deh hari Minggu,"
"Yeay, gue menang. Ha ha ha,"
"Aish nyebelin. Eh, udah dulu, ada guru nih."
"Oke!"
Karena telepon dari Kayla, Bintang tidak bisa kembali tidur. Akhirnya, ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Beberapa menit kemudian Bintang keluar kamar mandi. Rambutnya yang basah dililit handuk kecil.
Setelah itu, Bintang turun lantai 1. Keadaan rumahnya sangat sepi. Yang Bintang lihat saat pertama kali turun adalah Kakak perempuannya, Satriana. Kakaknya itu sedang mengolesi -yang Bintang tidak tahu namanya- pewarna bewarna merah ke kukunya.
Bintang mengambil tempat duduk tidak jauh dari Satriana. Ia memandang hal yang dilakukan Satriana sambil bergidik.
"Kenapa lo?" Tanya Satriana, ketika melihat raut wajah Bintang yang tidak seperti biasa.
"Kayak darah ngeliatnya," jawab Bintang, mengambil remote televisi lalu mencari channel kartun.
"Makannya, kali-kali pake beginian dong! Bagus tau."
"Serah lo deh. Mama sama Kak Satria mana?"
"Lagi ke apartemennya tunangan Kak Satria,"
"Oh, lo kenapa gak ikut?"
"Males, banyak nanya lo."
Bintang nyengir. Ia mengingat kejadian beberapa hari lalu, saat dirinya memberikan surat skorsing kepada Mamanya. Sudah pasti Mamanya terkejut. Seharian, Bintang diinterogasi oleh kedua Kakaknya.
Karena Bintang tidak melakukan kesalahan itu. Bintang menceritakannya dengan tenang. Mamanya menghela napas panjang saat Bintang selesai bercerita. Kakak pertamanya hanya menasehati agar lebih hati-hati. Sedangkan Kakak keduanya menunjukan raut wajah marah, sambil berkata, "makannya jangan terlalu famous. Jadinya banyak haters, kan!"
Bintang melongo. Ia kira Kakaknya akan mencaci maki, mengumpat atau apalah yang membela dirinya. Ternyata, tidak.
Sepuluh menit Bintang menonton. Bukan, bukan menonton, lebih tepatnya melamun. Matanya memang menatap televisi, tapi pikirannya menjelajah ke hari kemarin, di taman kota dengan tiga pilihan yang Jesica ucapkan.
Bintang tahu dari sepupunya Jesica, Bryan. Kalo Jesica sudah berucap, pasti akan dilaksanakan. Entah Bintang harus percaya dengan ucapan Jesica atau tidak. Yang Bintang takut kan adalah keluarganya. Kalo masalah nyawa hanya Tuhan yang tahu, kan? Jadi, Bintang tidak terlalu memikirkan nyawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Jatuh [End]
Teen FictionBintang Cahya dan Rafa Aditya sudah kenal 11 tahun yang lalu. Saat mereka kecil, kejadian yang tak diduga membuat mereka terpisahkan. Setelah 11 tahun lamanya, mereka dipertemukan kembali. Tapi mereka tidak saling mengenal. Dengan cara yang tak did...