Tak jarang laki-laki yang disalahkan dalam masalah cinta, " Jangan mengetuk hati wanita kalau tak ingin menikahi. " begitu kata mereka.
Kalau begitu izinkan saya berkata, " Jangan ketuk hati laki-laki kalau tak ingin dinikahi. "
Sebagaimana wanita punya perasaan, maka begitupun dengan laki-laki. Bukankah Qabil binasa karena wanita? Bukankah Shalih sang Muadzin menggadaikan keimanannya karena wanita?
Mungkin hal itulah yang membuat saya menutup diri dari segala hal yang berhubungan dengan cinta dan wanita. Apalagi dulu saya pernah berjanji kepada Ummi untuk tidak pacaran, sebagaimana Ummi, dan saudara-saudara saya yang lain.
Tapi kenapa gadis itu tiba-tiba muncul di dalam kehidupan saya? bahkan hampir saja gadis itu membuat saya melanggar janji saya kepada Ummi, lalu setelah itu dengan entengnya dia berlepas diri dan tak mau bertanggung jawab atas segala rasa yang telah tumbuh mekar di hati saya.
Saya sadar bahwa semua ini adalah salah saya juga yang telah melanggar hukum dan batasan-batasan Allah, saya sadar bahwa ini semua adalah ganjaran atas semua pandangan yang tak terjaga, atas segala dosa saya yang sempat berharap lebih kepada selain-Nya. Ya, mungkin semua ini adalah teguran untuk saya karena sempat menduakan Allah dalam perkara cinta. Tapi saya tetap bersyukur karena Allah masih menegur saya dan tak mau melihat saya berlama-lama terjebak dalam lingkaran pengharapan yang semu kepada makhluk, saya bersyukur atas pelajaran yang sangat berharga ini, bahwa berharap lebih kepada makhluk hanya akan berakhir dengan kekecewaan.
Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Allah akan timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap kepada selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya. Ya, begitulah nasehat indah dari imam Syafi'i rahimahullah, sebuah nasehat yang harusnya saya dengarkan jauh-jauh hari sebelum saya melangkahkah kaki saya terlalu jauh untuk berharap lebih kepadanya, berharap kepada dia yang mungkin menganggap kehadiran saya hanya sebagai beban. Bagaimana tidak, dia adalah seorang gadis shalihah, lemah lembut, dan santun. Sedangkan saya hanya seorang laki-laki yang serba biasa.
Aqilah Nur Azizah Harun adalah nama dari gadis itu, gadis yang sejak tujuh tahun terakhir begitu akrab dalam setiap doa-doa saya, Izzah saya akui bahwa kehadiran saya memang mungkin hanya menjadi beban bagi kamu yang saat itu sedang menyibutkan diri dengan hafalan Al-Qur'an mu, tapi kamu harus tahu bahwa sampai saat ini saya selalu berharap bahwa suatu saat nanti saya bisa menjadi menjadi sesosok shalih yang akan membangunkan kamu dan berdiri di hadapanmu di setiap sepertiga malam, memimpinmu ketika kening, telapak tangan dan lutut kita sama-sama menyentuh bumi. Izzah, sekali lagi saya katakan bahwa saya selalu berharap bahwa suatu saat nanti saya mampu menjadi laki-laki yang pantas untuk kamu, Maka dari itu izinkan saya untuk tetap meminta nama kamu di dalam setiap doa-doa saya. Meski saya sadar bahwa saat ini mungkin kamu sendiri sedang menyebut nama laki-laki lain di dalam doa mu. Tapi tak apa-apa karena saya memang tidak punya hak untuk melarang kamu meminta nama lain dalam doa mu, karena saya sadar diri bahwa laki-laki yang mungkin saja saat ini sedang kamu minta agar menjadi pelengkap iman mu adalah laki-laki yang jutaan kali lebih baik dari saya.
🍃🍃🍃
" Mas...bangun mas. ", tepukan tangan Shofiyyah yang tepat mendarat di pundak saya berhasil membuat saya terbangun dari tidur saya, mungkin karena sakin lelahnya setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih tujuh jam dari Jepang ke Indonesia membuat saya tanpa sadar tertidur di mushollah salah satu bandara internasional di Indonesia, negeri kelahiran saya. Ya, setelah kurang lebih dua tahun akhirnya saya bisa kembali menginjakkan kaki saya di negeri ini, soalnya selama dua tahun terakhir saya menghabiskan waktu saya di Jepang tepatnya di Preksfektur Hyogo, Islam cukup berkembang di prefektur tersebut, bahkan mesjid pertama yang dibangun di Jepang berada di Prekfektur tersebut tepatnya di daerah Kobe, makanya saya memilih untuk melanjutkan studi di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Usaha Melupakan
EspiritualSatu nama yang disimpan, akan kah kita menolak yang telah berjuang dan berani datang hanya dengan alasan, " Karena bukan dia. "