Siang yang terik tentu saja, karena ini hari Senin. Bahkan jika angin bertiup semilirpun itu tak akan berarti apa-apa. Senin tetap menjadi hari yang menyebalkan bagi banyak orang tak terkecuali aku. Sejarah, guru itu bercerita sedemikian rupa seakan merasa pernah bertemu langsung dengan para pelakunya, menggebu-gebu. Jika ia mau berusaha menyapukan pandangannya ke seluruh kelas ia akan melihat betapa banyak kata-katanya yang hanya menjadi uap, saat Doni malah asik mengupil, Ado sibuk dengan game di hape nya, Meta heboh berkaca, Tara asik dengan majalah kosmetiknya, Dewa malah ngiler di pojok kelas, dan si kembar Arum dan Arumi sibuk bergosip. Sedang yang lainya mudah sekali untuk ditebak, pikiran mereka pasti sudah menyimpang dari keberadaan jasadnya dan sekarang melayang-layang di jagad angan-angan tentang rumah, café atau mungkin juga kasur.
Sedangkan aku, aku sedang menatap seonggok manusia yang sedang tertidur pulas disampingku dengan wajah yang bagaimana mungkin orang dengan tampang seperti dia bisa menjadi sangat menyebalkan. Dan kenapa aku bisa duduk bersebelahan denganya adalah takdir yang tidak pada tempatnya.
Hari damaiku sejak datangnya makhluk menyebalkan ini seperti tak ada titik terang akan kembali lagi. Entah dosa apa yang pernah aku lakukan tapi yang jelas dia sekarang duduk di sebelahku. Semuanya bermula karena kejadian sepele 3 hari lalu. Bagiku apa yang terjadi kemarin adalah hal sepele yang terlalu dibesar-besarkan. "Lan", begitu ia memperkenalkan diri ketika hendak dengan enak mencomot bangku disebelahku yang kebetulan kosong. Kosong sementara, penghuninya sedang membolos satu minggu ini entah kemana.
Ia memperkenalkan diri dengan wajah sangat tidak tulus dan langsung duduk begitu saja. Aku belum sempat memberikan alasan bahwa bangku itu sudah bertuan. Dan seharusnya kupikir lebih sopan jika ia tidak bertingkah seakan sekolah ini miliknya. Hingga ia tidak memerlukan ijin untuk duduk dimanapun.
Aku hanya menatapnya sepersekian detik dan kembali fokus dengan komik di laci mejaku. Ia mengeluarkan beberapa buku tapi tak membukanya sama sekali. Tanganya sibuk memainkan pulpen. Gerak-geriknya tak memperlihatkan bahwa ia merasa canggung sebagi murid baru, ia bahkan merasa tak perlu untuk melemparkan senyum kesetiap sudut kelas sebagai salam bahwa dia penduduk baru di kelas ini.
Bagiku ia terlihat angkuh dan menyebalkan, dari ujung kepala hingga kaki. Tatapan semua anak perempuan seperti Tara dan Meta, melihat seakan di dunia ini hanya Lan laki-laki yang tersisa. Hanya Siti Anabel yang merasa tak perlu ikut menatapnya dengan sedemikian rupa, ia tersingkir dari dunia semua anak perempuan di kelas ini, karena Siti Anabel, walaupun nama belakangnya cukup keren, ia tak mempunyai sisir atau kaca atau juga make up yang ia bawa kemanapun untuk membutanya lebih dikenal sebagai Anabel daripada Siti yang hanya diam dipojokan, setia dengan kaca mata tebal dan rambut panjang yang terkepang dua di pundaknya.
Lan membuat semua orang menjadi punya kerajaan, menggunjing. Semua anak perempuan sedang berkasak-kusuk disana-sini, membuat anak laki-laki menjadi bersungut-sungut sebal melihat teman-teman perempuan mereka menjadi latah membenarkan rambut dan penampilan. Siapa yang mengira jika mereka membatin dalam hati andai, mereka cukup keren untuk membuat semua perempuan menata rambutnya untuk mereka. Tapi bahkan dalam pewayangan selalu hanya ada satu Arjuna.
Dimataku tak ada yang bisa dilihat dari dirinya kecuali satu, dia menyebalkan dan cukup tampan. Tapi laki-laki yang menyadari bahwa dirinya tampan sangatlah menyebalkan. Sekilas ia tersenyum padaku, kurasa, sekilas saja, dan aku tak yakin. Tapi baiklah 'sekilas' itu kurasa hanya halusianasi bodoh. Aku menghela nafas pelan dan mencoba kembali fokus dengan komik doraemon ditanganku. Nah, Nobita di tangaku berubah menjadi wajah Lan yang berkacamata. Aku mengerjap cepat-cepat menutup komik ditanganku.
Hari kedua, saat jam istirahat aku membeli satu cup jus mangga. Membaca komik sambil menikmati jus kupikir ide baik untuk mengatasi kepalaku yang penat sebelum pelajaran matematika dimulai. Hari ini cukup menyenangkan, aku membuat pembukaan di pagi hari dengan cukup baik. Aku membawa satu kotak egg roll dan apel kelinci buatanku sendiri untuk kujadikan makan siang, ditambah dengan jus mangga dan komik, apa lagi yang lebih nikmat di siang yang terik ini?
YOU ARE READING
nice to see you
Teen FictionRhyanti Putri atau Rhy, tidak pernah terobsesi apapun selama 17 tahun hidupnya, hingga ia masuk SMA dan bertemu dengan Danar. Danar laki-laki yang baik, pintar, dan yang paling penting dia adalah penolongnya melewati kejadian paling memalukan dalam...