"Jadi Ayah, setelah urusan kita selesai di sini Ayah akan mengajakku ke New York? Oh yang benar saja Ayah, aku tidak perlu ikut ke sana 'kan? Aku meninggalkan Wonwoo sendirian, Ayah." Minghao menghela napas panjang ketika baru saja ia dua hari berada di China, lalu ayahnya mengajak ke New York, tentu saja untuk urusan perusahaan, memangnya apa lagi?
"Akan ada anak perusahaan kita di New York yang melakukan merger dengan salah satu perusahaan besar. Ayolah, kau anak Ayah satu-satunya. Kau yang akan meneruskan ini nantinya. Sampaikan maaf Ayah pada Wonwoo jika sudah kembali lagi ke London, Ayah bahkan belum sempat bertemu dengan anak manis itu." Tuan Xu mengelus kepala Minghao, mengalirkan jutaan afeksi pada putra satu-satunya. Ia sedikit merasa bersalah karena telah merebut masa muda Minghao dengan urusan perusahaan.
~~~
Ruangan meeting itu terasa hening, hanya terdengar suara kertas-kertas yang terserak dan gesekan bolpoin yang membelai telinga. Minghao dan ayahnya serta beberapa petinggi dan sekretaris perusahaan sedang menunggu pihak perusahaan lain yang terlibat dalam pertemuan itu. Pembahasan mengenai merger dan strategi pemasaran jangka panjang untuk kedua perusahaan. Pintu diketuk dan masuklah beberapa orang yang ditunggu.
"Ah sudah lama tak bertemu, Tuan Wen." Ayah Minghao berdiri dan menyambut tamu yang sudah ditunggunya sejak tadi.
"Tuan Xu, sahabatku. Bagaimana kabarmu, sehat?" Tuan Wen menghampiri ayah Minghao dan memeluknya erat, pelukan khas sahabat lama yang baru bertemu kembali.
Minghao tersentak melihat salah seorang dari beberapa perwakilan yang dibawa Tuan Wen, matanya bertemu pandang dengan Jun yang juga terlihat kaget. Mereka berdua mengedikkan bahu dan saling melempar senyum manis diselingi tawa kecil yang hanya mereka yang tahu. Meeting berjalan lancar hingga waktu makan siang, sebagai sahabat lama yang jarang bertemu karena kesibukan masing-masing, maka Tuan Wen dan Tuan Xu memutuskan untuk makan siang bersama, tentunya dengan putra mereka.
"Aku tidak tahu Jun bisa tumbuh segagah dan setampan ini." Tuan Xu terkekeh memberi pujian terhadap Jun.
"Dan Hao, tetap menjadi anak manis yang menggemaskan." Tuan Wen membalas pujian sahabat lamanya itu.
"Kalian pasti lelah 'kan menemani dua orang bapak tua di restoran yang juga tak kalah membosankan. Pergilah nikmati waktu kalian, pergi ke café anak muda atau ke coffee shop, terserah." Ayah Minghao berkata lembut, sedangkan Jun sudah berdiri dan mengulurkan tangannya untuk mengajak Minghao pergi.
"Mereka tumbuh dengan baik." Tuan Wen menggumam disertai senyuman yang tak pernah hilang dari wajah tuanya.
~~~
"Coffee shop sepertinya tidak buruk, Jun." Minghao membuka pembicaraan kepada pria yang berjalan di sampingnya.
"Yep! Americano Iced dengan half sugar pasti akan segar di hari yang terik ini." Jun membalas perkataan Minghao diiringi pekikan dari lawan bicaranya.
"Wow! Apa kau peramal?" Minghao bertanya penasaran.
"Maksudmu?" Jun mengernyit kebingungan.
"Yang kau sebutkan tadi persis dengan kesukaanku." Minghao menjelaskan dengan mata berbinar yang membuat Jun ikut tersenyum melihatnya.
"Benarkah? Kalau begitu, hal itu akan selalu kuingat." Jun terkekeh sambil merangkul Minghao pada siang menjelang sore di trotoar jalan kota New York.
~~~
Suara tawa dan obrolan ringan tentang berbagai macam hal menemani langkah kedua anak Adam itu. Angin dingin kota New York membelai rambut hitam Minghao yang hampir panjang dengan mullet style-nya, sedangkan Jun terlihat tampan, tatanan rambut pendeknya sangat rapi. Dengan setelan formal yang dikenakannya, tidak akan ada yang menyangka bahwa Jun hanya mahasiswa musik di salah satu universitas terkenal di London. Pada tatapan pertama, orang-orang pasti akan mengira Jun adalah pengusaha muda yang sukses yang wajahnya pantas lalu lalang di majalah Forbes.
Berbeda jauh dengan Minghao yang bergaya semi formal dan sangat fashionable, mengenakan kaus putih yang dibalut jas dengan motif kotak-kotak berwarna cokelat muda sebagai outer-nya yang senada dengan motif celananya serta sneakers putih andalannya. Gaya free spirit yang diusung Minghao membuat Jun diam-diam mengaguminya. Menurut Jun, pria manis yang berjalan di sampingnya ini adalah tipe orang yang tidak terlalu ambil pusing akan pendapat orang lain, berbeda jauh dengan si manis Jeon Wonwoo yang langsung memikirkan pendapat orang lain tentangnya. Omong-omong soal Wonwoo, Jun tiba-tiba merindukannya.
"Jun, bagaimana jika kita ke Madame Tussauds di W 42nd Street? Aku selalu penasaran dengan patung lilin yang terlihat sangat mirip itu." Tanpa sadar mereka sudah berjalan-jalan sangat lama.
"Boleh, setelah itu temani aku ke Cold Stone Creamery ya? Letaknya tak jauh dari Madame Tussauds kok. Kajja..." Jun kembali menggamit lengan Minghao untuk mempercepat jalan mereka sebelum museum lilin terkenal itu tutup.
"Omong-omong soal es krim, aku jadi ingat Wonu." Minghao berbicara refleks ketika Jun menyebutkan nama kedai es krim yang cukup terkenal itu.
"Ah iya, aku juga merindukannya. Es krim vanilla dengan taburan pistachio di atasnya." Jun tersenyum membayangkan ekspresi menggemaskan Wonwoo yang selalu berbinar jika mendengar kata es krim.
"Eiiyy... Itu 'kan es krim kesukaan Wonu. Sudah sejauh apa kau mengenalnya? Kau menyukainya ya?" Minghao mencolek-colek lengan Jun dan meledeknya.
Jun tersenyum, "Kau lucu, Wonu itu sudah seperti sahabatku sendiri dan tingkah polosnya seperti adik laki-lakiku."
"I don't believe it. He's pure and you love him!" Minghao kembali mengejek sambil menjulurkan lidahnya. "Hey! Someone is falling in love, here!" Minghao berkata lagi sambil menunjuk Jun dengan setengah berteriak membuat beberapa pasang mata menatap ke arah mereka.
"Oh sungguh kau memalukan, Hao-ya." Jun bergegas mengejar Minghao yang sedikit berlari menghindari tangkapannya. Membuat mereka berdua hampir menabrak orang-orang yang berjalan di sepanjang trotoar W 42nd Street. Jun berkali-kali membungkukkan badannya untuk meminta maaf. Dan Minghao masih saja berlari sambil tertawa mengejek. Jun mempercepat langkahnya dan berhasil menarik Minghao mendekat, lalu menggelitik pinggang pria manis itu hingga tertawa terbahak dan berkali-kali minta ampun. Ramainya jalanan kota New York akan mengubah sebuah kisah cinta.
To be continued
P.S
Manis nggak Junhao nya? Karena hari libur, gue baik hati up siang siang. Happy fasting everyone!
Selamat membuka kotak pandora!
KAMU SEDANG MEMBACA
Andante [Meanie] ✓
FanfictionAndante [ahn-dahn-tey; an-dan-tee; Italian ahn-dahn-te] adv. at a moderately slow tempo °[Wonwoo; Minghao; Junhui; Mingyu at same age]