Aku pandangi kertas bertuliskan alamat facebook Rika tersebut. Berkali-kali aku berpikir kenapa tiba-tiba aku meminta akunya. Tapi ya sudahlah, anggap saja buat menambah krakraban. Toh tak ada salahnya juga kan.
Sesampainya dirumah aku langsug menyalakan komputerku, tak kupedulikan ibuku yang memarahiku karena aku belum berbenah setelah pulang kerja. Aku masuk ke akunku dan langsung mencari akunya di kolom pencarian. Dan ya, langsung saja ketemu. Tapi ini apa? Tidak ada satupun foto atau deskripsi tentang dirinya. Kumpulan foto profilnya pun cuma berbagai macam gambar iblis dan dewa kematian. Ya, mungkin karena ini dia dipanggil seperti itu.
Aku putuskan untuk meninggalkan komentar di akunya untuk memastikanya.
Ini Rika ya? Tulisku.
Aku tinggalkan komputerku sejenak untuk berbenah sambil menunggu balasanya. Dan benar saja setelah aku kembali aku lihat ada sebuah komentar, dengan segera aku membacanya.
Iya, ini aku. Kamu siapa ya? Balasnya.
Ini aku Luna, okelah kalo beneran kamu, aku add ya?
Ok. Balasnya singkat.Beberapa hari kemudian....
Aku, Mei, Ika dan Rika sepakat untuk keluar hari ini. Kita akan pergi ke suatu taman bermain, kebetulan ayahku bekerja disana jadi aku mendapatkan tiket gratis dan mengajak mereka bertiga bersamaku. Kita berjanji berkumpul di rumahku dan berjalan kaki kesana karena tempatnya yang sangat dekat dengan rumahku.
Tidak sampai 5 menit kita berjalan sampailah kita di taman bermain tersebut. Setibanya disana kita memainkan banyak sekali permainan dan yang terakhir sebelum kita pulang kita bermain sebuah permainan bernama twin dragon. Sebuah kapal besar yang memiliki kepala naga disetiap sisinya dan diayunkan cukup tinggi.
"Aku gak ikut, kalian naik sendiri ajah." Kata Rika.
"Ah gak seru, ayolah naik!" Paksa Ika.
"Aku takut ketinggian."
"Cemen, namanya ajah iblis tapi main ginian gak berani." Sahutku.
"Bukanya gitu.."
"Ya udah naik ajah." Sahutku sebelum Rika sempat menyelesaikan kata-katanya.
Kutarik tanganya memaksanya bermain.Rika terlihat sama sekali tidak menikmati permainan itu. Dia hanya menunduk dan matanya seperti berkaca-kaca. Apa dia beneran takut ketinggian? Pikirku.
Setelah bermain Rika mengeluhkan sakit di kepalanya dan meminta untuk duduk sebentar sebelum pulang. Kami pun menurutinya. Tak berselang lama setelah kita duduk tiba-tiba aku lihat darah mengalir dari hidung Rika. Dia mimisan. Entah kenapa aku sangat khawatir padanya saat itu.
"Kamu gak papa Rika?" Tanyaku.
"Menurutmu?" Jawabnya singkat.
"Kamu sich Lun maksa dia buat naik, akibatnya gini kan." Kata Mei sambil membantu Rika membersihkan hidungya.
"Aku kan gak tau kalo bakalan kayak gini."
"Udahlah kamu diem ajah!" Kata Rika dengan nada sedikit keras padaku.Aku pun tak mengatakan apapun sejak saat itu sampai kita pulang. Hatiku begitu khawatir dengan kondisi Rika. Apa dia baik-baik saja? Bagaimana kondisinya sekarang? Tapi, ya sudahlah toh dia juga menyuruhku diam.
Hubunganku dengan Rika akhir-akhir ini semakin dekat. Kami sering bersama dan bertemu pada shift kerja yang sama pula. Aku pun semakin mengenalnya. Wajahnya yang cantik tak sepadan dengan gaya berjalanya yang seperti laki-laki. Sikapnya pun sangat tomboy bahkan cenderung seperti laki-laki. Dengan keadaan yang seperti ini aku jadi merasa tak enak hati denganya.
Apa yang harus aku lakukan??
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Kamu dan Dunia
RomanceBagaimana seseorang menjadi seorang lesbian dan kisah cintanya diantara keluarga, sahabat dan lingkungan sekitarnya.