Dua Puluh Delapan

2.9K 403 119
                                    

Mendapat senyum manis dari Naruto adalah sebuah anugrah tak terkira, jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, hubungan keduanya jauh dari kata baik meski hanya sebatas bertukar sapa, tentu saja sebelum insiden perjodohan terlaksana. Sasuke benar-  benar tidak pernah membayangkan jika dirinya akan menjalin hubungan semacam ini dengan si gadis Namikaze.

"Aku pulang?"

Naruto mengangguk seraya mengayunkan pelan tautan tangan mereka main- main. Sasuke gemas, berdiri lebih dekat dengan si pacar dan mengecup pucuk hidungnya singkat. Mumpung di teras sepi.

Lumayan, buat bekal pulang.

"Apa sih cium- cium? Ganjen," sungut Naruto kesal meski semu samar menjalari wajahnya perlahan. Tangannya yang bebas lantas mendorong dada Sasuke menjauh.

"Tidak boleh memang cium pacar sendiri? Tadi juga kau cium pipiku."

Si pirang kicep. Membuang pandangan salah tingkah dan menuai kekeh geli dari si bungsu Uchiha. Duh, manis sekali. Culik jangan ya?

"Pasti juga begitu sama pacarmu yang lain," sahut Naruto kemudian. Kembali melabuhkan netranya pada sang tunangan.

Sasuke membeo dalam sekejap. Mengerjap dua kali sebelum membalas, "Hei, bibirku masih perjaka tahu. Kau yang pertama, sumpah."

"Mana mungkin."

"Kau tidak percaya padaku? Aku ini pemuda baik hati yang tidak akan menyakiti wanita," tukasnya.

"Gembel. Tidak ingat pacarmu di sana sini?" sindir si pirang cepat.

Sasuke merengut masam. "Aku kan sedang khilaf. Lagi pula pacarku sekarang cuma tinggal seorang. Masih tidak percaya?"

"Tidak tuh."

"Duh, sakit hati abang, Neng." Dengan wajah nelangsa yang merunduk, Sasuke menyentuh dada kiri dengan telapak tangannya yang lebar. Naruto sontak terkekeh, mencubit geli pinggang si Uchiha yang kemudian mengaduh pelan.

"Apaan, wajahmu menjijikkan, Teme," tukasnya. "Sana jauh- jauh."

"Teganya. Kalau jauh betulan juga paling bakalan dicari- cari."

"Dih, ngarep."

Keduanya tergelak. Lepas.

Sasuke juga luar biasa senang malam ini. Meski makan malam yang awalnya terasa canggung karena ia harus satu meja dengan pemuda lain yang digadang- gadang Naruto sebagai pemuda paling menawan sedunianya, pada akhirnya sang mama Kushina dan papa 'ganteng' Minato berhasil mencairkan suasana dengan obrolan ringan yang mengalir begitu saja. Memang calon mertua idaman.

Sasuke tidak menyesal ikut serta dalam acara reuni temu kangen keluarga Naruto dengan si kawan lama yang mengaku- aku bakal calon suami masa depan. Buktinya mama Kushina tetap memperkenalkan dirinya sebagai calon suami sah dari si pirang Namikaze. Duh, senangnya.

Saat itu memang Kyuubi terlihat antusias dan dengan heboh memberinya selamat. Namun begitu kedua sesepuh Namikaze dan Naruto beranjak untuk meninggalkan ruang makan lebih dulu, manusia jejadian itu langsung menggeram sinis dan berucap, "Lihat saja. Pelet apapun yang kau gunakan pada keluarga ini akan ku putus dengan membunuh dan membuangmu ke lautan."

Dasar sinting.

Siapa yang pakai pelet?

Kalau jelek ya jelek saja, kenapa harus marah- marah padanya? Sasuke heran sendiri dengan kelakuan kawan main Naruto ini. Ia sadar sepenuhnya,  jika tampilan fisiknya memang jauh lebih menawan. Ibaratnya kalau sandal jepit, dia itu sandal dengan merk unggulan dan harga selangit. Pokoknya begitu.

Hingga kemudian pemuda beranting itu pamit pergi lebih dulu karena seseorang menghubunginya. Sasuke jelas lebih bersyukur lagi atas kepergiannya. Karena sekarang ia jadi bisa berduaan bersama si manis pirang di teras rumah dengan Arianna sebagai saksinya.

"Aku pulang sekarang," ujar Sasuke lagi. Mendadak berat meninggalkan si kesayangan.

"Ya sudah pulang sana. Mau apa memang di sini lama- lama?"

"Jahatnya. Tidak boleh memang melihatmu lama- lama?"

"Tadi sudah lihat lama."

"Maunya sampai besok pagi-"

"Najis. Sana pulang!" usir Naruto seraya mendorong punggung si pacar.

"Yakin tidak kangen?"

"Teme!"

..
..
..

Sasuke nyaris memasuki pekarangan rumah ketika melihat siluet seseorang tengah berdiri di seberang rumahnya dengan beberapa koper besar. Pemuda itu menghentikan laju motor, berniat menyapa atau barangkali menawarkan bantuan karena sepertinya ia sedang kebingungan.

"Maaf?" sapanya.

Seseorang bertudung mengangkat wajah.

"Ya?" dan suara lembut menyapa gendang telinga.

Sasuke lantas terpana.

.. .. ..

Hayoo, bang, ingat. Udah insyaf 😒

Ini cerita makin lama makin gajelas rasanya 😅😂😂

.  .

Met puasa ramadhan bagi yang menjalankan. 😉 ingat, puasa bukan cuma nahan haus dn lapar, tapi jg nahan nafsu dn godaan. Termasuk godaan murka buat nimpuk Sasuke yang kelakuannya bkin greget. Wkwk.

Dan met UKK buat yg melaksanakan. Gabole bnyak2 baca ff dlu.. belajar yg rajin y hehee 😀😁

Enemy, oh, my enemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang