Fakta Sebenarnya

38.6K 1.7K 175
                                    

Eit, jangan jadi siders. Bila perlu follow saya😂

Happy reading!!!

---

Kecewa timbul dari hati yang tak tulus
Seandainya kau tulus, takkan ada harapan lebih
Takkan ada kekecewaan
~Dua Cincin~

Panas matahari begitu terik siang ini. Tapi wanita itu dengan tekad bulatnya masih berdiri disana bertopikan telapak tangan.

"Pelan-pelan dong pak, nanti belanjaan saya bisa rusak kalau ditumpuk sembarangan begitu." ketus Ratna pada sopirnya.

"Iya bu." balas sang sopir pasrah. Tapi siapapun dapat melihat ekspresi kesalnya.

Ratna masih sibuk mengatur susunan belanjaannya dalam mobil. Sebenarnya Fatimah sudah membelikannya beberapa perlengkapan bayi. Hal itu karena Fatimah tidak tega kalau Ratna harus bersusah payah berbelanja dengan keadaan hamil besar seperti itu.

"Bisa lebih cepat nggak pak?!" Ratna masih berbicara dengan nada ketusnya.

Entahlah karena hari begitu panas, atau karena perayaan tujuh bulanan dua hari yang lalu, Ratna jadi lebih ketus sekarang.

Perayaan tujuh bulanan telah berlalu cukup baik. Orangtua Ratna dan keluarga besar Raka telah membuat acara berjalan sesuai rencana. Tapi berbeda dengan Raka, ia tampak tak bersemangat. Bagaimana tidak? Ia dibimbangkan dengan kehadiran Rizal.

Tak hanya itu, sikap Ningsih juga semakin memperburuk suasana hati Ratna. Kakaknya itu tampak acuh tak acuh dengan acara waktu itu. Perayaan tujuh bulananpun berlalu tak memuaskan bagi Ratna.

Dan saat ini Ratna menggeram kesal. Sang sopir tak juga selesai membereskan belanjaannya.

"Kenapa lama sekali pak?!"

"Hai nona."

Tiba-tiba sapaan seorang lelaki menghentikan ocehan Ratna. Ratna hampir saja mengumpat!

Tangan kekar itu menjamah bahu Ratna dari belakang. Ratna terperanjat. Itu refleks karena keterkejutannya, bukan karena tak nyaman disentuh lelaki.

"Kau?" mata Ratna membulat saat bersitatap dengan mata lelaki itu.

Lelaki itu menaikkan alisnya sebelah sambil menampilkan senyum jahilnya, "masih ingat ternyata."

"Mau apa kau?!" nada Ratna mulai meninggi. Sepertinya itu bentuk pertahanan dirinya saat menghadapi bahaya.

"Mengawasimu secara langsung."

Ratna menautkan kedua alisnya, "maksudmu?"

Lelaki itu melempar puntung rokoknya ke sembarang arah. Ia berdecih melihat Ratna yang mulai salah tingkah.

"Sejak pertemuan kita yang tak sengaja itu di rumah sakit, aku mulai memata-mataimu."

Ratna mengerjapkan matanya, ia tak paham.

Dua Cincin (SEBAGIAN PART DIUNPUBLISH) Baca Ceritaku Yang On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang