Bab I - Prolog

3 0 0
                                    

Malam ini begitu terasa dingin menusuk saat aku beranjak dari rumah. Tapi tak menyurutkanku untuk mengunjungi rumah sakit yang tidak begitu jauh jaraknya dari rumah. Kulihat jam di tangan menunjukkan angka 20:45. Kututup pintu rumah dan kulangkahkan kaki menyusuri jalan yang terlihat sudah agak sepi. Makin terasa dingin saat angin malam berhembus agak kuat ke arahku, yang hanya mengenakan kaos oblong, celana jeans dan sandal jepit.

"Udara sedang tidak bersahabat", pikirku. Dan kupercepat saja langkahku.

Tiba-tiba dari arah belakang, seseorang menepuk bahuku perlahan. "Tunggulah!  Jangan tergesa-gesa." Dia berkata dengan lembut.  Aku tersontak kaget,  menghentikan langkahku dan menoleh ke belakang.

Aah, pria ini lagi!

Kemudian terlintas dalam benakku, kembali memutar rekaman ingatanku akan peristiwa tadi siang. Bagaimana seorang anak kecil yang tak berdosa, kini menjadi terkulai lemah di sebuah kamar rumah sakit. Amarah dalam hatikupun kembali muncul. Memerahkan mukaku yang mencoba menahan amarah itu.
"Kamu tak pakai baju hangat. Ini, pakailah!" sambil menyodorkan jaket tebal ke arahku, dia berkata lagi. Aku tak menghiraukannya,  langsung saja kuberpaling dan bergegas pergi.

Terasa darah mengalir cepat ke otak, menahan amarah. Dia datang saat anak kecil kesayanganku terkulai lemah dengan dibantu alat-alat medis. Tak sudi melihat dia lagi. Muak!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEMBILU (Senandung Tak Merindu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang