Chapter 8 - Risk Or Fate?

539 51 0
                                    

Monday - 11.45 AM

"Hai Tiziana," suara Rita membangunkan lamunannya, "apa kamu baik-baik saja?"

"Hai, Rita, ya, ya, aku baik-baik saja," Tiziana menjawab dengan senyum tipisnya.

"Kamu serius?"

"Ya, tentu saja."

"Let's have lunch."

"Oh, terima kasih, aku masih kenyang. Aku makan banyak tadi pagi, ya, aku bener-benar kenyang."

"Apa kamu serius?"

"Yes, baby," lagi, Tiziana memperlihatkan senyum tipisnya.

"Oh OK, baiklah. Hmm, jangan lupa makan malam kita nanti malam. Patrick sangat penasaran dengan kamu."

"Ya? Apa? "Malam ini?"

Terkejut, tentu saja, Rita belum mengatakan apapun ke Tiziana mengenai hal ini.

"Jangan khawatir, aku hanya menceritakan hal-hal yang baik tentangmu."

Satu cubitan kecil di pipi Tiziana. Kebiasaan Rita, saat melihat sahabatnya terkejut seperti itu karena ulahnya.

"Kamu aman sayang," bisiknya ke Tiziana.

Dengan langkah ceria, Rita meninggalkan Tiziana untuk makan siang.

"Rita," panggil Tiziana cepat.

"Ya?"

"Mengenai nanti malam, aku pikir.."

Kalimatnya terputus, "jangan. Jangan katakan tidak, aku memaksamu Tiziana, sayang."

Hanya anggukan pelan yang diberikan Tiziana, namun mampu membuat Rita begitu senang hingga senyumnya begitu lebar.

Pikiran Tiziana melayang entah ke mana. Hanya beberapa email yang dibacanya hari ini. Sejujurnya, dia berusaha keras menghilangkan sosok tampan Gellert yang misterius dari pikirannya. Masalahnya adalah, semakin dia berusaha semakin besar rasa penasarannya.

My oh my. Poor Tiziana.

Sekali, dua kali, entah berapa kali dia melihat jam tangannya hari ini, yang pasti masih dua jam lagi dia baru bisa meninggalkan kantornya. Tepat pukul lima sore nanti.

Mungkin dia beruntung, bos besarnya memanggilnya ke ruangannya. Setidaknya dua jam berlalu begitu cepat.

Thanks to her boss!

"OK, sampai jumpa besok, Tiziana."

❄❄❄❄❄


"Cepatlah Tiziana, kita harus segera pergi, ayo, ayo cepatlah."

Rita menarik-narik Tiziana untuk segera meninggalkan kantornya. Tentu saja dia sudah tidak sabar lagi ingin bertemu dengan kekasihnya, Patrick.

"Calm, baby girl. Aku tahu, tolong beri aku lima menit, OK?"

Sepetinya Tiziana sengaja menggoda sahabat cerianya itu. Membiarkannya mondar-mandir di dekatnya saat dia masih sibuk mempersiapkan barang-barangnya untuk pulang.

"OK, selesai"

"Bagus!"

"Ke mana kita akan pergi?"

"Coba tebak!"

"Skylight Cafe, bukan?"

"Oh God, bagaimana kamu bisa tahu? Oh aku membenci ini, tidak ingin mengatakan jika kamu benar."

The Cygnus's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang