08

33 4 0
                                    


Seungjin mencoba memikirkan hari-hari yang telah berlalu, tertutama saat Ia sedang bersama Snow. Tidak banyak kenangan yang terjadi, hanya pertengkaran dan kesalah pahaman waktu itu yang bisa Ia ingat. Juga perkataan Dowoon yang menginginkan Snow menjadi pacarnya di hadapan mereka semua, tidak lupa sikap Jae yang terang-terangan menunjukan ketertarikannya pada Snow. Lalu, bagaimana denganya?

Ada sepercik rasa cemburu yang tumbuh dalam dirinya. Ia yang telah lebih dulu mengenal Snow. Ia yang telah lebih dulu berbicara pada Snow. Ia bahkan yang menyelamatkan Snow dari hantaman bola basket waktu itu. Ia juga menyukai Snow, namun mengapa hanya dirinya yang tidak bisa menunjukan hal itu semudah Dowoon dan Jae?

Seungjin menatap jauh ke depan dan melihat sosok Snow yang sedang berjalan sendirian. Inilah saatnya! Entah bagaimana caranya, Ia harus bisa mencoba membuat kenangan bersama Snow. Semoga, bersama kenangan-kenangan yang akan mereka buat itu, dapat menunjukan perasaannya pada Snow. Ia segera berlari menyusul Snow.

"Hei!" sapa Seungjin yang mengagetkan Snow setengah mati.

"Ohmygosh! Kau mengagetkanku!" kata Snow kesal.

"Maaf! Aku memang sengaja." Jawab Seungjin santai lalu menatap Snow aneh. "Hei! Pagi-pagi jangan makan es! Nanti sakit!"

"Leave me alone!"

Seungjin terdiam. Hanya sejauh ini percakapan yang bisa Ia lakukan dengan Snow. Ia tidak mempunyai bahan pembicaraan seperti Jae. Dalam suasana canggung Ia melihat jam tangannya. Ada sesuatu yang tiba-tiba terpikirkan. Ia langsung menarik Snow dan berlari ke ruang olahraga.

"Apa yang kau lakukan?!" tanya Snow kesal.

Seungjin melihat ke dalam dan Ia benar. Teman-temannya ada di sana. Ini adalah tempat Ia dan Snow pertama kali bertemu.

"Mari lihat permainan basket!" ajak Seungjin. Snow menengok ke dalam.

"Tidak."

"Ayolah... Lagipula ini masih pagi. Lima belas menit saja, bagaimana?" bujuk Seungjin.

"Lima belas menit saja." Kata Snow tegas lalu masuk.

Seungjin merasa sangat senang dan langsung berlari masuk. Ia menyapa teman-temannya sebentar lalu mulai ikut bermain. Snow duduk di tribun untuk melihat permainan basket mereka di antara riuh teriakan gadis-gadis lainnya.

Lima belas menit berlalu dan permainan selesai. Mereka bersiap untuk pergi ke kelas masing-masing. Snow juga hendak pergi saat Seungjin tiba-tiba menahannya.

"Hei, hei! Tunggu sebentar!"

"Apa lagi?!"

"Aku belum pernah melakukan ini sebelumnya, tapi aku akan secara sukarela mengajarimu bermain basket. Bagaimana?" tawar Seungjin penuh harapan.

"Tidak, terima kasih." Jawab Snow datar.

"Hei! Aku serius. Kau yang pertama aku tawari."

"Tidak usah repot-repot."

"Snow..." Kata Seungjin pelan, lebih seperti nada putus asa, saat Ia berusaha menahan Snow.

"Apa yang kau lakukan?!" tanya Snow tiba-tiba.

"Oh! Tidak... Hanya... Hanya ingin menawarimu bermain basket..." jawab Seungjin tergagap karena salah tingkah.

Snow menatapnya dingin. "Satu poin saja. Jika kau bisa memasukan bola satu poin, kita langsung berhenti. Bagaimana?" tawar Seungjin lagi, kali ini lebih seperti memohon.

Snow menatap Seungjin penuh curiga. Ia benar-benar bingung dengan sikap pemuda itu pagi ini. Mereka tidak pernah berbicara normal, namun Ia bahkan berani mengajaknya bermain basket. Snow akhirnya mengangguk pada Seungjin dan pemuda itu mulai mendrible bola di antara mereka. Satu poin saja. Satu poin, dan aku akan pergi.

Snow memperhatikan bola yang sedang didrible, sedangkan Seungjin memperhatikan wajah datar Snow yang membuatnya kehilangan pertahanan. Ia bahkan tidak menyadari saat Snow melakukan steal dan kini sedang mendrible bola ke arah ring. Seungjin berlari menyusulnya dan segera berdiri di hadapannya untuk melakukan block. Snow tidak bisa maju. Memutarpun akan membuatnya kehilangan bola jika Seungjin juga melakukan steal. Tidak ada cara lain. Ia memegang bola itu lalu berkonsentrasi pada ring di belakang Seungjin.

Seungjin cukup terkejut dengan pergerakan Snow, namun Ia cepat menyusul. Ia menutup jalan Snow. Gerakan tadi bisa saja keberuntungan pemula. Lagipula Ia baru saja melihat mereka bermain basket, Ia pasti mencoba salah satu gerakan yang Ia lihat. Namun menembak dari jarak sejauh ini, tidak akan berhasil. Setidaknya Snow harus masuk ke daerah di bawah ring. Seungjin terkejut melihat Snow yang benar-benar bersiap untuk menembak dari posisi mereka saat ini. Terlalu jauh bagi pemula.

Snow berkonsentrasi dan tanpa keraguan melompat, lalu melakukan shoot ke ring. Seungjin berbalik dan melihat bola itu masuk dengan mulus ke dalam ring dari jarak sejauh itu. Apakah gadis ini seorang professional?! Astaga!

Snow langsung berbalik dan berjalan mengambil tasnya.

"Satu poin, kan? Berarti aku sudah boleh pergi. Secara teknis, tadi itu adalah tiga poin. Untuk dua poin kekalahanmu, silahkan bereskan lapangannya dahulu sebelum pergi. Bye!" kata Snow santai lalu pergi meninggalkan Seungjin yang masih tercengang.

Seungjin segera membereskan lapangan dan berlari mengejar Snow. Harapannya untuk berjalan bersama Snow pupus, saat Ia sampai di koridor dan agak jauh di depan Ia melihat Snow yang berjalan santai sambil dirangkul oleh Young K dan ditemani oleh Jae.

"Mengapa Snow tidak ikut bersama kita untuk mengerjakan tugas?" protes Jae.

"Snow sudah memiliki guru untuk membantunya." Jawab Young K.

"Kau membayar mahal hanya untuk sebuah tugas, babe..." kata Jae pada Snow.

Gadis itu menatap Young K. "Tidak hanya untuk tugas, Jae. Guru itu juga membantunya belajar." Jelas Young K. "Dan jangan panggil dia 'babe'!" lanjutnya.

"Okay. Apa kau sedang sakit gigi? Kenapa tidak bicara?" tanya Jae lagi pada Snow.

Snow kembali menatap Young K dan membuat pemuda itu mendorong Jae menjauh. Kedua pemuda itu saling menatap lalu kemudian tertawa.

Snow memang tidak menerima ataupun menolak Jae, namun Ia tidak pernah terlihat merasa tidak nyaman di dekat pemuda itu, sama seperti saat Ia berada di dekat Seung Jin. Ia kembali mengingat kesan pertama yang Ia berikan pada gadis itu saat mereka bertemu. Memarahinya  secara tidak jelas saat menyelamatkannya dari bola basket di lapangan, memarahinya lagi saat gadis itu tidak sengaja menumpahkan minuman di seragam olahraganya, menolak bergabung dengan Young K hanya karena keberadaannya, dan terakhir salah paham tentang hubungannya dengan Young K. Semua hal itu bisa saja dijadikan alasan oleh Snow untuk merasa tidak nyaman di dekatnya, dan Seung Jin mengakui hal itu.


Jangan lupa divote ya 😊
Terima kasih 😊💛

Day6 : Melody with Snow [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang