Bertemu dengannya adalah hal yang patut di sesali.
Adinda merapikan kemejanya yang berwarna biru muda,rambutnya ia tarik ke belakang dan mengikatnya menjadi satu. Ia periksa baju yang di kenakannya. Ia menatap penampilannya pada pantulan cermin, senyumnya terkembang dengan sempurna.
"Perfect!"
Adinda mengambil tas yang tergeletak di ranjang dan menyampirkan di bahu. Tak berapa lama setelahnya, ia siap untuk berangkat. Masih dapat di jumpai genangan air di jalanan,kebetulan semalam habis hujan besar. Pantulan cahaya matahari yang menembus dedaunan membuat bayangan jatuh pada jalan yang di lalui dinda. Dinda berjalan dengan senyum terukir indah di wajah cantiknya
" Arggh! Sial!" Dinda berteriak ketika kemeja yang dia kenalan kotor karena terkena cipratan air dari ban mobil yang melintas tiba tiba.
Mobil itu berhasil membuat emosi dinda memuncak seketika.
" Berhenti!" Setelah teriakan dinda terdengar,mobil yang telah membuat bajunya kotor menepi.Dinda menghampiri mobil yang berhenti di depannya dengan amarah bergemuruh di dada. Tatapan tajamnya mengisyaratkan kekesalan yang amat mendalam. Emosinya menggebu-gebu, tangannya mengepal dengan kerasnya, begitu pun rahangnya. Sungguh,semua ini berhasil membuat mood dinda hancur berantakan.
"Siapa orang itu! Berani sekali dia membuat kemeja kesayangan ku kotor! Tidak akan kuampuni dia!" Kesal dinda
Tangannya masih mengepal dengan kuat. Dinda mempercepat langkahnya menuju mobil sebelum mobil itu kembali melaju."Buka! Cepat buka!" Dinda menggedor- gedor kaca mobil yang tertutupi rapat,napasnya masih memburu.
Dinda dikuasai amarah. Bahkan,untuk mengontrol emosinya saja dinda tidak bisa. Usaha dinda tidak sia sia.
Perlahan kaca mobil terbuka dan menampilkan sosok pria dengan kacamata hitam bertengger manis di pangkal hidung mancungnya,menutupi kedua mata pria itu. Dinda seketika terdiam, menatap kagum pada sosok pria yang ada di dalam mobil."Tampan sekali dia." Batin dinda
Entah kenapa dinda tiba tiba terpesona ketika melihat pria yang duduk di belakang kemudi. Bahkan, dinda lupa sejenak bahwa pria itulah yang telah membuat kemeja favoritnya kotor.
"Sorry, apa kamu tidak di ajarkan sopan santun oleh orang tuamu? Kenapa tiba tiba menggedor gedor kaca mobil ku?"
Dinda tersadar dari lamunannya ketika mendengar penuturan pria itu. Dinda tanpa sadar menautkan kedua alisnya, amarahnya kembali memuncak. Rasa kagumnya sudah berubah menjadi rasa benci sekarang.
"Dia yang salah,kenapa aku yang dimarahi? Gila!" Batin dinda. "Maaf,apa kau tidak menyadari jalanan ini banyak genangan air? Lihat, pakaianku jadi basah terkena cipratan ban mobil mu!" Dinda menunjuk pakaiannya yang kini ternodai dgn warna coklat lumpur.
Pria itu hanya tersenyum remeh.
"Terus? Kau menyalahkanku untuk kejadian ini? Oh, kau ini merusak moodku saja!" Pria itu tiba tiba menarik telapak tangannya."Ini,belilah pakaian yang baru. Jgn ganggu aku lagi. Aku sedang sibuk!" Pria itu menutup kaca mobilnya,lantas kembali melaju cepat.
Disisi lain,dinda hanya berdiri mematung. Mulutnya menganga heran, matanya terbelalak.
"What?! Oh, sialan!" Dinda meremas uang yg ada di tangannya. Amarahnya kembali memuncak. Dinda merasa sangat di remehkan. "Dia pikir dia siapa,bisa memperlakukanku seperti ini? Dasar pria bedebah!" Kesal Dinda seraya mengerucutkan bibirnya
👑👑
"Din,Tumben kamu?" Tanya christin,teman kerja sekaligus asisten dinda. Dinda mendegus,tangannya masih sibuk menulis bahan bahan yang harus ia beli untuk keperluan restorannya.
"Sudahlah,jangan bahas ini. Moodku hancur lagi nanti."
Dinda benar benar tidak ingin membahas masalah Keterlambatannya. Ia terlalu muak jika harus mengingat pria bedebah yang telah membuat pakaiannya kotor sekaligus membuat mood baiknya hari ini hancur.
"Hmm... Setidaknya kamu menceritakan kepadaku, din. Aku khawatir melihatmu cemberut terus seperti itu." Kata christin sambil menepuk bahu kanan dinda.