bagian tigabelas

2.4K 254 6
                                    


Disc@Mk
Warning@typo,occ dll





.
.
.






Ini bukan candaan, ini nyata, dan jika anda bertanya mengapa aku bisa tahu, jawabanya adalah karena aku bisa melihat arwah". Jujur Hinata.

Kushina mentap pancaran mata Hinata, dan tak menemukan kebohongan disana. Yang ada sebuah kepastian dan kejujuran .

"Pergilah". Usir Kushina.

"Cukup semua omong kosongmu, pulanglah". Kushina menatap tajam Hinata.

"Anda harus percaya". Kali ini Hinata memegang tangan Kushina. "Putra anda sangat menyayangi orangtuanya, dia merindukan betapa besarnya kasih sayang kalian, betapa berharganya kalian.dihidupnya, Naruto tak ingin kalian bertengkar karena dirinya, kalian yang merebutkan dirinya, kemudian kalian rujuk kembali, tapi meskipun kalian.rujuk kembali tak ada bedanya bukan, itu yang membuatnya sedih, atau pernahkah kalian berfikir jika putra anda bisa melihat anda dari dekat, atau pernahkah kalian berfikir setiap anda tertidur ada sebuah kecupan mendarat di kening kalian". Hinata menarik nafasnya perlahan.

"Naruto mengetahui semuanya, bahkan saat anda merasakan sakit perut karena usus buntu, sedang tak.ada seorangpun dirumah, Naruto sangat panik". Hinata kini meneteskan air matanya.

"Saat anda jatuh dari tangga, saat anda tiba- tiba pingsan di bathtub, semua hal itu Naruto tahu". Kushina menatap Hinata tak percaya.

"Bukankah yang menolong anda selalu orang yang sama,". Hinata meneteskan air.matanya.

"Gaara/Gaara". Ucap Hinata dan Kushina bersamaan.

"Gaara pernah bercerita jika dirinya bisa melihat arwah Naruto.sejak kecelakaan lalu, aku ingin percaya tapi aku tidak mungkin kembali berbaikan dengan ayahnya". Kushina kini memeluk tubuh Hinata.

"Minato terlalu sibuk dengan pekerjaanya". Kushina menangis terisak. Hinata menghela nafasnya.





.

.

.

Hinata telah berada di apartemen Sasuke. Memikirkan perkataan ibu Naruto tentang suaminya.

Wanita itu bercerita tentang suaminya. Bagaimana tampannya, rupanya, senyumannya, kebaikannya sampai waktu yang terbatas untuk berdua.

Hinata menjadi berfikir, jika Sasuke berubah suatu saat nanti. Saat dirinya sudah tak terlihat cantik apakah Sasuke masih mencintainya.

Pikiran itu hilang saat dering telepon terdengar. Hinata mengangkatnya senyumnya terlihat kembali.

"Tidak".

"-"

"Dia sedang ada pekerjaan,Gaara".

"-"

"Iya mungkin Sakura menghubunginya".

"_"

"Hahahaha".

Hinata tertawa kembali, menunjukkan raut kebahagian.








.
.
.

Naruto memandang ke arah rumah keluarganya. Merindukan kehidupan sebagai manusia dan jujur Naruto sangat ingin kembali.

Hanya saja banyak hal yang membuatnya tidak bisa kembali. Naruto takut kehilangan Matsuri di sampingnya sementara disisi.lain dirinya merindukan kedua orang tuanya.

"Kenapa tidak masuk". Hinata sudah berdiri.di sampingnya."kau kan tidak terlihat". Ucap Hinata asal.

"Tapi aku takut goyah". Naruto menunduk lesu.

"Bukankah kau seharusnya memang masih hidup, takdirmu berbeda Naruto". Hinata mengucapkan menyakinkan.

"Tapi aku takut kalau kedua orangtua ku kembali bertengkar". Naruto menunjukkan wajah sedihnya.

Hinata yang masih dalam penyamarannya nampak berfikir.

"Lalu bagaimana dengan perasaan Matsuri, bukankah dia akan bersedih jika melihatmu berjauhan dengan keluargamu, Naruto bukankah kau juga perlu melanjutkan hidupmu, ya walaupun keputusan berada ditanganmu". Hinata mencoba mempengaruhi Naruto. "Cobalah berfikir dari segi keluargamu, seperti ibumu yang mungkin merindukanmu". Hinata menguatkan Naruto.

"Aku tidak yakin jika mereka akan kembali utuh setelah aku bangun". Naruto psimis.

"Lalu apa kau juga yakin jika Matsuri bahagia melihatmu seperti ini,'bagaimanapun kau berbeda darinya Naruto".Hinata berusaha menyakinkan.

"Sudah saatnya kau kembali ke duniamu". Hinata menyentuh punggung Naruto walau.pada akhirnya tertembus juga.

Bukannya menjawab Naruto justru menghilang meninggalkannya sendirian..

"Dasar arwah seenaknya saja". Gerutu Hinata. Hinata beridir dan mencoba berdiskusi kembali dengan Kushina baasan.

Sudah tiga hari ini Hinata mendatangi rumah Naruto dan ibunya Naruto nampak bersahabat kali ini terlebih ayahnya Naruto nampak ikut dalam pembicaraannya kali ini.

Pasangan.suami istri itu berterimakasih padanya dan keduanya nampak harmonis kembali.seperti.pertama kali mereka bertemu.

"Kami sepakat saat kami bertengkar, kami akan mengingat saat pertama kali jatuh cinta". Ujar Minato bijak.

"Akupun menyesal telah berbuat egois, seharusnya aku tidak boleh tersulut amarah". Kushina ikut menambahkan. Hinata tersenyum dan berpamitan.

Dalam.perjalanannya pulang Hinata sedikit melirik.ke arah samping kananya. Naruto yang sedari awal ikut masuk bersamanya hanya diam. Mungkin setelah mendengar penuturan ayahnya membangkitkan sisi melankolisnya.

"Hinata mungkin aku akan pergi". Setlah mengucapkannya Naruto menghilang. Yang bisa dilakukan Hinta adalah menghela nafas panjang. Semoga awal yang baik untuk Naruto.dan. hubungan kedua orang tuanya.

.
.
.

"Sepertinya akhir- akhir ini kau sering keluar". Ujar Sasuke mengelus suari indigo Hinata.

"Maaf, aku tidak memberitahumu". Ujar Hinata menyesal.

"Tidak masalah tapi kalau Sakura mengetahui keberadaanmu yang membuatku takut". Sasuke tidak berbohong dan Hinata pun sama cemasnya.

"Aku akan baik- baik saja". Ujarnya sambil tersenyum.

"Gaara masih menghubungimu". Sasuke masih mengelus surai indigo kekasihnya.

"Iya dan kami sering bertukar pendapat". Jujur Hinata.

"Aku cemburu". Sasuke sedikit merengut.

"Aku suka Sasuke- kun yang cemburu". Hinata bangkit dan mencium pipi Sasuke.

"Kenapa begitu". Sasuke berpura- pura kesal.

"Karena Sasuke- kun yang cemburu sangat manis". Hinata tertawa dan Sasuke terkekeh. Wanita didepannya ini selalu mempunyai cara membuatnya tersenyum.



TBC






no need say good byeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang