3.

661 49 0
                                    

"Maaf, tapi aku mohon jangan bahas masalah itu lagi." Pintaku kepadanya.

"Iya. Aku mengerti."

Atmosfer kini menjadi semakin menyebalkan. Udara disini bertambah dingin setelah aku menyadari bahwa sudah 10 menit aku bersama mantanku di sebuah rooftop.

"Tapi.. mengapa kau mengambil keputusan itu? Aku tau kalau 'menyukai namja lain' bukanlah alasannya. Lalu apa?"

"Aku sudah bilang padamu, Jae. Jangan bahas itu lagi."

"Aku hanya ingin tau supaya hatiku bisa tenang. Kau tau? Selama 2 tahun ini aku terus memikirkan itu. Tidak mungkin kau menyukai namja lain, bukan?"

"Iya, aku sedang menyukai seseorang sekarang, Jae."

Setelah apa yang barusan keluar dari mulutnya, aku sedikit berpikir bahwa ia masih berharap banyak padaku. Apa ia tidak bisa melupakanku semudah itu?

Tapi kini aku sedang jatuh hati kepada Jaehyun-ssi. Jika karena bukan orang tuaku, mungkin aku dan Jaemin masih bergandengan tangan sekarang.

Aku benar benar harus mencari cara agar Jaemin bisa melupakanku. Tapi itu belum tentu benar, bukan?

"Kudengar Seolmi menyukaimu. Kalian pacaran?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan. Aku tak ingin membahas masalah itu lagi.

"Seolmi? Dia hanya anak biasa yang suka pergi ke club malam. Untuk apa aku pacaran dengan yeoja seperti itu?"

"Tapi sikapnya itu bisa diperbaiki, kan?"

Jaemin hanya tersenyum.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Kenapa kau suka sekali mengalihkan pembicaraan?"

"Jaemin-ah.. tolong jangan seperti ini. Kita sudah baikan, dan berjanji tidak akan mengungkit hal itu. Kali ini kau melanggarnya. Aku ingin kau melupakan hal itu dan anggaplah aku seperti sahabatmu sendiri. Tolonglah."

Seharusnya ini tidak terjadi. Mengapa aku kembali didekam oleh suasana seperti ini?

"Ne. Sorry." Jaemin tersenyum seraya mengacak pelan ujung rambutku.

Jujur, tatapan Jaemin adalah salah satu hal yang paling ingin kulihat semasa hidupku. Ia akan menatap kedua bibirku jika kita sedang berbicara. Entah apa yang ia pikirkan namun itu membuatku tersipu malu setiap berbicara dengannya.

Aku membalas senyumannya itu.

.
.

*tut* *tut*

"yeobosseyo?"

"Yoonbyul-ah.."

"Ah.. wae wae?'

"Kau yakin menyuruhku untuk jemput lebih awal?"

"Ne."

"Tapi.. aku ada pertandingan. Bagaimana jika kau pulang bersama temanmu?"

"Ya! Oppa! Kenapa nggak bilang daritadi? Aish."

"Aku baru dapat pengumumannya barusan, bodoh! Sudah, pokoknya aku tidak bisa menjemputmu jam itu."

"Yasudah jemput seperti jam biasa saja!"

"Tidak bisa! Aku akan pulang sekitar jam 9. Kau mau menungguku? Disekolah? Sendirian? Aigoo.."

"Ne. Aku menunggumu."

"Mwo ._. Kau yakin?"

"Iya. Sudah? Kututup."

My Little First Kiss • JenoLeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang