Abdil's PoV
(Flashback)Latsitarda
3 KRI membawaku dan semua kawan seperjuangan Akademi TNI, AKPOL dan IPDN menuju samudera luas. Tujuan Latsitarda tahun ini adalah Provinsi Lampung.
Selama tiga minggu kedepan, kami akan bahu membahu melakukan kegiatan sosial, membangun Masjid, mengaspal jalan serta mengajar disekolah-sekolah. Berbaur dengan masyarakat dan akan memiliki keluarga baru tentunya.
Sambil berlayar, aku berdiri memegang pagar batas kapal. Pandanganku terkunci pada batas lurus antara laut dan langit. Aku tidak bisa berhenti memikirkan Rasmi. Sejak minggu lalu, aku tidak bertemu dengannya. Bukan tidak mau, persiapan Latsitarda sangat menyibukanku.
Mentari yang mulai terbenam bercahaya cerah dan begitu indah. Entah kenapa aku tersenyum, teringat senyuman Matahariku. Bhanurasmi. Semoga akan ada waktu untuk kita bertemu selepas Latsitarda.
Hari ini, kelompok satgasku sedang merenovasi Masjid. Aku sedang mengaduk adonan semen saat Fajri menghampiri.
“nih, minum dulu Dul.”
Aku mengambil segelas air dari tangan Fajri dan meminumnya satu tenggakan.
“aus amat Mas! udah lu istirahat sana, biar gue yang nerusin sini.”
“alah, tanggung bentar lagi juga kelar. Tinggal ini doang..”
Sembari mengaduk adonan semen, aku dan Fajri terus mengobrol.
“cewe lu udah lu kabarin Dul?”
mendengar ini, aku berhenti sejenak dan mengusap keringat didahi.“belom, dari kemaren-maren susah sinyal..”
“usaha dong! Gw aja jalan jauh ke depan dulu, udah deket-deket bau alfamart ama indomart kecium, baru ada sinyal.”
"Lah, aki-aki jones kayak lu gini siapa yang ditelpon? "
"Emak gueeee Bedul! Tapi gue keseringan buat live instagram doang sih heuheu"
“gabut amat lu! Bisa jalan-jalan, gue sibuk ama bocah-bocah kalau udah pada maen enggak mau pada pulang.”
“hahahaha calon bapak yang baik dong lu, Dul.”
“woyajelas, gue!!”
Fajri tertawa sambil menempuk pundakku. Setelah menyelesaikan tembok, adzan Dzuhur berkumandang. Kami segera bergegas wudhu dan sholat berjamaah.Malam harinya, aku berpikir bagaimana caranya mengabari Rasmi. Aku tahu dia pasti menungguku diwaktu pesiar. Biasanya dia sudah duduk manis didepan teras pabrik batik atau berada ditumpukan kain dan baju batik yang akan dikemas.
Dia selalu menungguku untuk membantunya mengemas lusinan produk batik. Belum lagi celotehannya yang tidak pernah membuatku bosan untuk mendengarkannya.
“Dil, dicariin tuh sama emaknya Agung didepan.”
Wahyu, cadet AAL membuyarkan lamunanku. Aku segera beranjak dari ruang tengah menuju teras depan rumah. Ibunya Agung berdiri menungguku. Aku mencium tangannya.
“ada apa, Bu?” kataku sambil mempersilahkan Ibunya Agung duduk.
“eh, enggak usah disini aja. Ibu mau bilang terimakasih, Udah ngajarin Agung baca.” Aku tersenyum mendengarnya.
“iya Bu, sama-sama.. semoga Agung cepet lancar bacanya ya, Bu!”
Hari berlalu dengan cepat. Sampai h-seminggu Latsitarda usai, aku belum juga menelpon Rasmi. Sore ini, aku dan Fajri akan pergi ke minimarket untuk membeli beberapa kebutuhan sehari-sehari yang sudah habis sekaligus menelpon Rasmi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kota Jogja Saat Pesiar (TAMAT)
Fiksi UmumAda pemandangan yang tidak biasa saat Abdil melihat keluar dari bis IDAFA dikala pesiar. seorang perempuan berlari kencang. Entah sedang dikejar atau mengejar. Pada awalnya, Abdil hanya mengira mungkin perempuan itu sedang terburu-buru. Ternyata tid...