Elizabeth gadis yang malang.
Dia sudah akan menikah namun kekasihnya tak kunjung pulang, membuat paras rupawannya bermuram durja sampai binar mata eloknya meredup.
Tak ubahnya seperti badai dikala siang bolong, Reis yang akan menjadi pendamping hidupnya menghilang. Sekelebat pikiran pendek menghantui gadis cantik nan jelita itu.
Apakah Reis kabur?
Apakah Reis bersama selingkuhannya?
Apakah Reis tidak akan kembali?
Semuanya berakhir pada kesimpulan pahit ; Reis meninggalkannya. Elizabeth rasanya ingin berteriak. Reis tidak pernah seperti ini, dia akan selalu memberinya kabar, menghubungi. Setidaknya dua kali dalam sehari jika pria itu benar-benar sibuk dengan kerjaannya.
Namun kali ini berbeda. Sudah dua minggu lebih Elizabeth hidup tanpa kabar dari Reis sekalipun. Ia harus apa? Ia harus mencari kemana? Dan kenapa Reis pergi disaat mereka akan menikah seminggu lagi.
[Tok... Tok... Tok...]
"Nak... Ini sudah malam, ayo keluar. Mama buat makanan kesukaanmu."
Elizabeth tidak menjawab, dia sibuk menutupi dirinya dengan selimut. Tidak ada yang ia inginkan sekarang, selain kehadiran Reis. Selain kehadiran apa yang sudah pernah hilang darinya.
"Nak.... Kalau kau begini terus, Reis akan merasa sedih."
Elizabeth tersenyum pahit, matanya menatap langit-langit kamar. Apakah benar Reis akan merasa sedih?
Oh tuhan jika harus memilih, Elizabeth lebih baik tidak mengizinkan Reis untuk bekerja. Kendati demikian, Elizabeth tidak punya pilihan lain ketika tiba-tiba Reis meminta izin kepada Elizabeth untuk pergi.
Sampai satu tahun berlalupun Reis tak pernah muncul kembali. Keluarganya sudah angkat tangan, perusahaan tempat ia bekerja tidak tahu menahu keberadaan laki-laki yang seharusnya menikah itu, dan Elizabeth.
Dulu tampilannya bak seperti hantu disiang hari. Tatapannya kosong dan terlihat begitu menyakitkan. Namun beberapa bulan belakangan ini Elizabeth sudah menata hidupnya kembali.
"Dear.... Sudah makan?"
"Ah belum.... Baru saja mau mengerjakan desain baru."
Wanita itu menikahi pria yang selama satu tahun ini menemani Elizabeth melewati masa tersuramnya. Seizer. Kakak Reis.
Meski sudah berkeluarga, Elizabeth tidak akan pernah melupakan Reis. Baginya, Reis adalah kenangan indah sekaligus menyakitkan yang sudah ia simpan rapih-rapih diujung hatinya.
***
5 tahun kemudian
"Arthur, ingat pesan Mama. Jangan nakal dan patuhi gurumu ya..." Wanita bergaya Classy itu mensejajarkan tubuhnya. Ia mengelus pipi anak semata wayangnya, peninggalan seseorang dimasa lampau.
"Oke, Ma. Arthur paham." Lalu anak dengan wajah menyerupai Reis kecil berlari memasuki sekolahnya. Elizabeth kembali menuju mobil, mendapati suaminya ; Seizer sedang tersenyum sumringah.
"Wajahmu aneh sekali, sayang." Ujar Elizabeth.
"Melihat Arthur mengingatkan diriku pada Reis...." Seizer tersenyum, kali ini antara bahagia dan sedih. Elizabeth bukan wanita yang sering bermuram durja kini. Ia akan menjadi wanita yang selalu mendukung Seizer.
Atas kebaikan hatinya Seizer mau menikahi Elizabeth yang ternyata sudah hamil setelah berita menghilangnya Reis. Seizer meninggalkan kekasihnya sendiri demi menjaga wanita kesayangan adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kokoronashi
Short StoryKumpulan cerpen romance yang dibumbui sedikit tragedi. "Bagiku kau sudah cukup cantik, Cal. Jangan menangis...." - Sam [Missing] 'Kau spesial. Yang pertama. Tapi kau juga yang pertama kali menorehkan goresan dihatiku.' - Riz [Late] Note : Warning...