8k words guys!!
Hati-hati puyeng bacanya.
Dianjurkan membaca secara perlahan untuk menemukan inti dari cerita ini, dan bersiaplah untuk sebuah rahasia yang ada.***
5 tahun kemudian....
"gimana kabar lo?" yang ditanya hanya menunjukkan senyum manisnya sekilas dan kembali menyibukan diri dengan berkas-berkas yang berisikan angka 0 tertulis cukup banyak disana.
"gak ada yang lebih buruk selain cuman bisa duduk diruang Presiden Direktur dengan segala tetek bengek para CEO perusahan mengelilingi kehidupannya untuk manjur dalam mengembangkan bisnis mereka sampai saat gue harus mempunyai anak untuk menjadi penerus perusahaan milik Bokap gue yang sudah pensiun" jelasnya panjang lebar.
Lelaki itu tertawa ringan mendengarnya. Tak menyangka garis hidup akan sekonyol ini, kehidupan luar biasa yang digeluti perempuan dihadapannya, kini berubah menjadi konyol sekonyolnya karena menuruti permintaan sang Papa untuk mengantikannya menjadi pemilik perusahaan Toro grup.
"gak nyangka gue. Dulu lo adalah saingan gue di Akademi Kepolisian, sekarang... Ck-Nal.. Nal"
Nal. Kinal, Devi Kinal Putri Bagastoro hanya bisa tersenyum sarkas menanggapi Dhika sahabat karibnya yang saat ini sedang duduk dihadapannya dengan kaki yang diangkat tinggi dimeja kerjanya.
"5 tahun yang terlalu mengejutkan bukan? Kadang gue masih berharap gue bisa bangun dipagi hari dan gue masih bisa menggunakan seragam kepolisian dengan senjata dipinggangnya" kata Kinal dibuat agak melow yang semakin membuat Dhika tak bisa menahan tawanya.
"lucu yah takdir"
"iya, lucu. Sangat lucu" jawab Kinal dengan senyum manis diwajahnya.
Dhika yang masih berbalut seragam kepolisian mulai menurunkan kakinya dan meneggak minuman bir kaleng yang sengaja dia bawa untuk minum diruang kerja milik Kinal.
"oh iya, gue baru inget sesuatu. Gue harap lo bisa ketawa ngakak setelah baca apa yang mau gue sampein" Kinal yang tertarik dengan tawaran Dhika mulai menghentikan pekerjaannya dan mengamati Dhika yang mengambil berkas bermap coklat miliknya dan memberikanya pada dirinya.
"Steve Augusto?" tanya Kinal membaca nama depan berkas. Sudah lama dia tak mendengar nama itu setelah ketuk palu hakim pada pria itu sekitar 5 tahun lebih yang berlalu.
"iyaa dia. Gue harap otak busuk bercampur cerdik lo itu masih ingat apa yang udah lo lakuin pada dia 5 tahun yang lalu" kata Dhika memasang senyum menyebalkannya.
Kinal pun membuka berkas itu, dan benar saja, baru halaman pertama dia sudah dibuat tertawa membacanya.
"Rumah sakit jiwa?" Dhika mengganguk membenarkanya dan ikut tertawa.
"udah sejak 8 bulan yang lalu dia disana. Gangguan mental berat, dia kadang tertawa keras secara tiba-tiba tapi bisa histeris ketakutan. Halusinasinya parah banget bahkan sampai menyakiti diri sendiri, Luka disekujur tubuh serta bagian dubur yang sudah rusak karena dipaksa melakukan hubungan intim. Bahkan gue denger alat kelaminya udah jelek karena luka-luka" kata Dhika mengingat bagaimana buruknya keadaan Steve saat diantar kerumah sakit jiwa.
Kinal tersenyum mendengarnya, dan dia semakin bersemangat membolak-balik lembar demi lembar atas nama Steve Augusto tersebut.
"rencana lo emang busuk Nal. Sengaja mengatur vonis hakim biar ada masa pencobaan supaya buat dia bisa merasakan semangat untuk menghirup udara bebas yang siap menantinya. Nyatanya lo masukin dia ke sel yang berisikan manusia predator doyan sodomi sama penyuka sesama jenis. Yang parahnya mereka semua seneng banget melakukan kekerasaan sebelum berhubungan seks" kata Dhika yang sampai saat ini masih terheran dengan akal bulus sahabatnya itu.