Chapter 23

443 17 1
                                    

Napasku terengah-engah saat aku sampai didepan rumahnya. Syukurlah, ku lihat mobilnya masih terparkir didepan rumahnya. Itu artinya ia masih berada di rumahnya. Aku langsung menggedor pintu rumahnya dan berteriak memanggil namanya.

"Dave... buka pintunya Dave. Ini aku Mila....... Dave... Aku mohon buka pintunya..." Berulang kali aku berteriak memanggilnya, tapi pintu itu tidak kunjung terbuka juga. Aku mengingat bahwa saat itu Dave pernah memberikanku kunci rumahnya. Aku berharap ia belum mengganti kunci rumahnya. Aku segera merogoh tasku, dan syukurlah aku masih menyimpannya didalam tas yang aku bawa dan langsung saja aku membuka pintu rumah itu. Aku langsung berlari menuju kamarnya, dan mengetuk pintu kamarnya. Aku pikir tidak masalah jika ia menolak membukakan pintu rumahnya untukku, toh aku tetap berhasil masuk kedalam rumahnya.

"Dave... Buka pintunya Dave. Aku ingin bicara denganmu." Ucapku kembali sambil terus mengetuk pintu kamarnya yang terkunci. Sesaat kemudian pintu itu terbuka, saat aku berhasil bertemu dengannya aku langsung saja menghambur ke dalam pelukannya sambil menangis.

 Sesaat kemudian pintu itu terbuka, saat aku berhasil bertemu dengannya aku langsung saja menghambur ke dalam pelukannya sambil menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Mila.."

"Jangan pergi Dave. Aku mohon jangan tinggalkan aku. Aku sangat mencintaimu, aku ingin hidup bersamamu. Jangan pergi Dave. Aku mohon." Aku terus menangis dalam pelukannya.

"Mila..." Panggilnya kembali.

"Tidak Dave.. jangan katakan apapun. Tetaplah disisiku, hidup bersamaku. Aku sangat mencintaimu. Maafkan aku karena sudah begitu egois padamu."

"Mila..."

"Dave.."

Dave melepaskan pelukanku, dan membingkai wajahku. "Kali ini kamu yang harus dengarkan aku. Siapa yang akan pergi meninggalkanmu?"

"Kamu akan pergi ke Luar Negeri bukan? Aku mohon jangan pergi, tapi jika kamu memang ingin tetap pergi, maka bawa aku pergi bersamamu."

Dave tersenyum padaku. "Siapa yang akan ke Luar Negeri?"

Aku mengernyitkan dahiku kebingungan dengan pertanyaannya. "Bukankah Indi bilang, kamu akan berangkat ke Luar Negeri malam ini?"

Dave tersengir mendengar ucapanku. "Lihatlah, apa penampilanku terlihat akan berangkat ke Luar Negeri?" tanyanya sambil menyuruhku melihatnya. Benar saja, ia hanya mengenakan kaos putih oblong dengan celana boksernya. Bahkan, aku saja tidak menyadari kostum yang ia kenakan saat aku pertama kali melihatnya. Aku menganga tidak percaya.

"Jadi..."

"Sepertinya dia sudah membohongimu. Tapi tidak masalah, dengan ia berbohong seperti ini, Ia malah membuatmu mengatakan bahwa kamu mencintaiku." Goda Dave. Aku memukulnya karena aku merasa sudah diperolok malam itu.

"Jahat." Keluhku. Dave memegang tanganku lalu menarikku kedalam pelukannya.

"Aku sangat merindukanmu sayang." Ungkap Dave. Aku pun membalas pelukannya. Ia semakin mengeratkan pelukannya. "Jangan pernah menyuruhku untuk pergi darimu lagi, karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

Cintailah Aku...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang