"Hahaha"
Terdengar suara tawa siswa SMA di gang rumahnya. Suaranya memang terdengar jernih di telinganya, namun dirinya tak mampu keluar untuk melihat secara dekat.
"Huft...."
Lagi-lagi, ia menghela napas melihat senda-gurau orang-orang di tengah teriknya matahari. Ia selalu mendambakan pergi dan pulang sekolah bersama teman dengan matahari yang bersinar bebas di atas kepalanya.
Ia kembali membaringkan dirinya di atas kasur berlapis seprai berwarna maroon. Tak lupa ia mengambil ponselnya di nakas dan membuka instagram.
Art account demi art account ia lewati untuk mencari inspirasinya dalam melukis. Ya, hobi satu-satunya yang ia sukai dan bisa ia lakukan hanya melukis. Ia suka sekali melukis pemandangan.
Dilihatnya jam masih menunjukkan pukul 5 sore. Ia pun beranjak dari kasur dan segera mengumpulkan brush beserta palettenya ke dalam tas hitamnya.
Selagi sibuk memikirkan benda apa yang akan ia bawa selanjutnya, ia teringat bahwa ia belum makan siang tadi.
"Ah iya, aku belum makan", ujarnya sambil menuruni tangga dan menuju ruang makan.
"Eomma", panggilnya pada ibunya yang sedang sibuk di depan kompor.
Ibunya pun menoleh, "Oh, Solji-ya! Kau mau makan?", tanya ibunya menebak karena melihat anaknya sudah duduk di kursi meja makan.
Setelah mendapat anggukan dari anaknya, Ny. Kang pun mengantarkan makanan yang sudah siap disantap ke atas meja makan. Ia juga menarik kursi untuk ikut duduk di depan putrinya itu.
"Kau berpakaian rapi sekali. Mau keluar ya? Mau melukis?", tebak ibunya langsung.
"100 buat eomma", jawabnya disertai kekehan.
Setelah menyelesaikan makanannya, Solji pun kembali ke atas untuk mengambil tasnya yang berisikan peralatan melukis. Dilihatnya jam menunjukkan pukul setengah 7 malam. Ya, waktu yang pas untuk ia bepergian.
Tak lupa ia berpamit pada ibunya sebelum pergi, "Eomma, aku berangkat!", serunya di depan pintu.
Ibunya pun mendatangi arah suara, "Hati-hati, ya. Jangan pulang terlalu pagi!"
"Tenang, nanti aku bisa telepon oppa kok. Aku pergi!", pamitnya sambil menutup pintu.
Ia pun berjalan menuju halte bus dan pergi ke destinasinya yang kemarin. Kemarin, ia melukis pemandangan di sekitar taman kota. Sayangnya, ia belum menyelesaikannya akibat hujan.
Setelah sampai di taman Areumi, ia pun duduk di kursi taman yang ia tempati kemarin. Yah, supaya tidak mengubah spot lukisannya.
Karena ia sedikit malu, ia menunggu orang-orang untuk pulang terlebih dahulu. Setidaknya, hanya tersisa sedikit orang.
Pada saat jam 8 malam banyak orang yang memutuskan untuk pulang, pada jam 8 malam itulah ia baru beraktivitas. Melukis butuh waktu berjam-jam untuk selesai. Bahkan sekarang sudah jam 11 malam.
Sebenarnya, ia tidak takut dengan keadaan malam yang mencekam. Toh, ia sudah terbiasa. Tapi, tetap saja ibunya harus memastikan bahwa anak tertuanya itu pulang bersama putrinya itu.
"Oppa, aku di taman Areumi. Di tempat kemarin, ya. Aku tunggu", ucapnya mengakhiri telepon singkatnya bersama kakaknya itu.
Tak lama kemudian, lelaki berwajah putih itu datang dan duduk di sebelahnya.
"Dari jam berapa kau ada di sini?", tanya pria itu sambil melepas ranselnya.
"Jam 8 baru mulai melukis...", jawab Solji masih sambil menatap kanvas di depannya.
Pria itu mendekat ke arah kanvas untuk melihat proses lukisan adiknya, "Kau memang pandai melukis", pujinya sambil mengacak rambut adik satu-satunya itu.
"Ya! Kino-oppa!", kesalnya dengan pose hendak memukul tetapi tertahan dengan kuas dan palette di tangannya.
"Selesaikan sampai jam 12 saja. Aku ada kelas pagi besok", minta Kino tanpa penawaran.
"12.30!", tawar Solji.
"12", Kino tetap menolak.
"1!"
"12"
"2!"
"Oke, jam setengah 1", Kino memutuskan. Senyum pun terlukis di wajah Solji.
Sesuai perjanjian, mereka pun pulang jam setengah 1 dini hari. Orang tua mereka tidak marah karena memang mengizinkannya, selama tidak pulang terlalu pagi.
Sesampainya di kamar pun, Solji masih tetap melanjutkan lukisannya, "Ini kurang sedikit lagi", ujarnya sedari tadi dari jam 11 malam.
Ia pun mengerjakan sampai tuntas hingga jam 5 pagi, "Huft... selesai!", ia mengelap tangannya yang basah terkena cat.
Butuh waktu sekitar 10 menit saja baginya untuk membersihkan peralatan lukis. Selepasnya ia kembali ke kasur.
Sebelum ia tertidur, ia sempatkan melihat ke jendela. Terlihat matahari mulai terbit dari sebelah timur.
"Aku benci matahari", kemudian ia menutup gorden rapat-rapat dan terlelap.
********
TBC
Hi! Akhirnya ngepublish story ini wkwk. Ff ini terinspirasi dari diriku sendiri, cuman ditambah bumbu-bumbu ff jadilah begini wkwkw. Ntar lebih jelasnya di chapter slnjtnya ;)
Btw, tenang, soonyoung bakal muncul kok ;)
Makasih banget buat yang udah mampir ke sini, terlebih buat yg vomments. Much love from here, God bless your day! ♥♥♥
AKU CINTA BANGET SAMA KINO :*
Yang belum pernah cek pentagon, dicek kuy♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Allergic to Sunshine | Hoshi
Roman d'amourSebelum ia tertidur, ia sempatkan melihat ke luar jendela. Terlihat matahari mulai memunculkan dirinya dari sebelah timur. "Aku benci matahari", kemudian ia menutup gorden rapat-rapat dan terlelap. Ia, Solji, gadis yang terbangun saat malam dan ter...