35. Peran Antagonis

3.1K 253 31
                                    

Hallo kalian!!
Selamat berpuasa
😘
.
.
.

SATU hal yang tidak Raya ketahui dari Mondy adalah, Mondy kalau kesel suka lama. Bisa berhari hari, berminggu minggu bahkan berbulan-bulan.

Namun, kali ini kebiasaan Mondy dapat di patahkan oleh seorang Raya Aditya. Hal itu terlihat dari gerak gerik mondy yang sudah tak tahan marahan lama sama Raya.

Mondy memang kesal dengan Raya kemarin. Itu di karenakan raya yang tidak mengindahkan permintaan mondy agar tidak bertemu Leon. Sejujurnya , mondy bukanlah orang yang kaku. Raya boleh boleh saja bertemu dengan teman temanya siapapun itu asal bukan Leon! Sekali lagi asal bukan Leon!

Demi Tuhan! Mondy tidak bisa membayangkan bagaimana mata Leon menatap raya dengan tatapan memujanya yang menjijikkan. Kalau masih dalam jangkauannya pasti mata si playboy cap badak bernama Leon sudah mondy congkel dan Mondy lempar ke kubangan biaya. Agar apa? Agar mata itu tidak seenaknya menelanjangi isterinya dengan terang terangan.

Mondy tidak tahu ini perasaan apa. Tapi yang dia tahu pasti, dia tidak suka bahkan benci kalau Raya bertemu Leon. Raya boleh melakukan apa saja asal jangan yang satu itu.

Katakanlah mondy posesif. Mondy tidak peduli. Yang jelas, mondy akan melindungi apa yang sudah menjadi miliknya dan tidak akan pernah membaginya dengan yang lain.

Jujur, harga diri Mondy juga terluka saat Raya dengan kekeuhnya tetap minta persetujuannya untuk menemui Leon.

Entah ini karma atau apa. Dulu Raya memuja Mondy dan kini giliran Mondy yang memuja Raya. Tapi, ada sedikit keraguan dalam hati Mondy. Ini mengenai perasaan Raya. Isterinya itu berulang kali meminta cerai darinya hingga Mondy merasa muak bahkan frustasi. Mondy jadi berfikir, apakah Raya merasa terpaksa tetap menjadi isterinya karena anak Mondy yang sudah terlanjur ada di kandungnya?

Mondy menggeleng gelengkan kepalanya. Ia menepis pemikiran buruk yang ia pikirkan. Itu adalah hal termenyakitkan jika benar Raya terpaksa bertahan denganya karena anaknya.

Mondy mulai mencari ponselnya yang ia lempar sembarangan di tempat tidur setelah menonaktifkannya kemarin.

Mondy khawatir juga pada Raya.

"Ketemu" mondy duduk di pinggiran ranjang masih dengan pakaian kantor lengkap minus dasi.

Dahinya berkerut ketika banyak pesan mampir di ponselnya di tambah banyak panggilan tak terjawab dari Raya dan juga Mamanya.

"Anak sialan! Isterimu masuk rumah sakit!"

Mata Mondy membelo saat membuka pesan dari mamanya. Raya masuk rumah sakit?

Dengan hati berdebar dan panik, ia menelfon sang mama. Mondy bersyukur karena mamanya cepat menerima panggilanya.

"Anak sialan!!"

Mondy menjauhkan telfonya sesaat  karena suara nyaring sang mama membuat telinganya sakit.

"

Ma-"

"KENAPA KAMU MATIIN PONSELMU HAH?!"
Potong sang mama dengan suara toa nya.

"Maaf ma-"

"Pulang sekarang! Dan ingatkan Mama untuk menarik telingamu hingga putus!!"

Mondy meringis saat panggilan telfonya dimatikan sepihak.

Itu sadis sekali.

Lalu detik kemudian ponsel mondy kembali berkedip.

Itu pesan dari mamanya yang memberitahukan di rumah sakit mana Raya di rawat.

Mondy kemudian bergegas. Ia mengambil barang barangnya.

.

Jet pribadi yang membawa mondy ke Jakarta perlahan turun.  Penerbangan yang cukup memakan waktu tak membuat mondy mengurungkan niatnya untuk melihat keadaan raya.

Sebuah mobil sudah di siapkan untuk Mondy.

"Ma mondy sudah di Jakarta" mondy mengabari sang mama.

Mondy menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi mobil.

Sebenarnya ia merasa bersalah. Apalagi tadi mamanya berkata bahwa kondisi Raya menurun karena terlalu strees. Astaga, ini pasti karena pertengkaran mereka. Mondy mengusap wajahnya kasar.

Maafkan aku Raya.

.

Ia tiba di rumah sakit. Mondy melangkah cepat. Bahkan bisa di katakan berlari. Ia khawatir pada kondisi Raya. Rayanya dan anaknya.

Mondy tidak mengabari Raya tentang kepulangannya. Lagipula ini bisa juga jadi kejutan untuk Raya sekaligus permintaan maaf dari mondy. Dan juga Mamanya juga pasti sudah memberitahu Raya kan?

Tepat di depan pintu kamar raya mondy berdiri. Tanpa pikir panjang, pria berponi itu membuka pintu kamar raya.

Deg!

Dunia Mondy seolah berhenti. Mondy melihat Raya. Dia memang tengah terbaring di atas brankar tempat tidur.

Tetapi yang Mondy sesalkan adalah pria yang duduk di kursi sembari memegang mangkuk dan sendok .

Dia tengah menyuapi Raya.

"Mondy?" Panggil Raya senang.

Di ikuti sang pria yang ikut menoleh menatap Mondy.

Leon!

Kenapa harus ada Leon di saat begini?

Tangan Mondy mengenal. Wajahnya mengeras. Mereka terlihat serasi.

Entah kenapa disini Mondy merasa sebagai si tokoh jahat.
Mondy yang menyebabkan semuanya. Raya jadi sakit karena ulahnya. Sementara leon? Dia mirip seorang tokoh protagonis yang menolong Raya dan selalu ada di samping Raya.

"Oh kamu sudah datang Mon?! Mama ingat harus melakukan ap-"

Mama mondy yang baru datang dan hendak melakukan janjinya menarik telinga Mondy pun berhenti berucap.

Ia melihat ada keanehan disana. Keanehan yang menyebabkan sang putra berdiri mematung.

Dan ternyata...

"Tante..." Sapa Leon sembari tersenyum penuh hormat.

Dengan kikuk Mama mondy membalas anggukan Leon.

"Mon kamu-"

"Mondy laper ma. Mondy ke kantin dulu" potong Mondy yang langsung bergerak dan melangkah keluar kamar rawat raya. Tanpa memperdulikan panggilan mamanya yang menggema.

Memangnya siapa dirinya?

Dia hanya tokoh antagonis yang tak berguna.

.
Bersambung.

Aku Cinta Kamu  (ramonstory)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang