4.

459 38 0
                                    

Brummm..


Mobil Jeno melaju cepat setelah menurunkanku didepan rumah.

Entah, dadaku rasanya sesak. Biasanya aku tak seperti ini. Apa yang terjadi?


"Darimana?" Refleks aku membalik badan dan aku menjumpai dongsaengku sedang menunggu didekat pintu.

"Kau sudah pulang? Naik apa?" Tanyaku seraya berjalan masuk.

"Aku? Doyoung oppa menjemputku." Ucap Lami santai.

"Sebelum dia pertandingan?"

"Aku tidak tau dia ada pertandingan. Kapan?" Lami tampak heran.

"Dasar Doyoung. Lupakan saja." Aku segera melarikan diri masuk ke kamar.

..

Sebelum aku turun, Jeno sempat melambaikan tangannya, tentu saja sambil tersenyum. Bodohnya aku hanya bilang terimakasih, tidak lainnya. Seharusnya aku ikut melambaikan tangan kepada orang itu. Tapi tanganku tak kuasa bahkan untuk mengangkatnya saja terasa berat.

Huh.. andaikan saja hari itu tidak terjadi, aku dan Jeno pasti bercanda selama perjalanan tadi. Mengapa aku tidak bisa bersikap biasa saja?? Ayolah Yoonbyul.. kau pasti bisa.

Aku hanya perlu memikirkan cara untuk mendekati Jaehyun-ssi. Tinggal 1 bulan lagi untuk menuju hari kelulusan, dan itulah hari dimana aku harus mengungkapkan perasaanku.

Jaehyun-ssi... i'm coming..

.
.

School.


"Annyeonghaseyo.." Sapaan ssaem-nim dibalas serentak oleh seluruh isi kelas.

"Sekali lagi saya harus memberi tau kalian. Bisakah kalian bersikap sopan dihadapan guru guru lain?Tolong dengarkan mereka ketika menjelaskan!"

Kami semua merunduk.

Hal ini sudah kuduga daritadi, bahkan beberapa temanku sudah hafal bagaimana cara ssaem itu berbicara. Ia akan datang pagi pagi sebelum jam masuk dan memulai ocehannya. Secara langsung ia mengatakan kalau kami ini anak yang kurang ajar terhadap guru. Tapi nyatanya tidak semua begitu.

"Terpaksa saya atur tempat duduk kalian."

"MWOO??!"

Seluruh murid saling saut menyaut tak terima dengan keputusan yang diambil guruku barusan.

Sebenarnya kursi kelas kami bukan tipe yang berbagi, yang dimaksud ssaem-nim adalah letak dimana masing masing dari kami duduk.

..

Setelah ditentukan, aku sedikit... tidak. Aku sangat kecewa dengan keputusan guruku.

Bagaimana tidak. Posisiku sangatlah sial, dikelilingi oleh orang orang menyebalkan dalam hidupku.

Didepanku adalah Arihara. Murid pindahan Jepang yang... ugh. Kuakui dia sangat cantik, tapi.. haruskah dia tebar pesona ke para namja disini? Itu salah satu hal yang kubenci darinya. Sebenarnya masih banyak lagi, tapi aku malas mengatakannya.

Sedangkan disamping kananku adalah Jeno. Mengapa dunia ini sempit, eoh?

Jujur aku tak begitu urusan dengan Yena. Yah.. dia berada di jarak yang cukup jauh dariku. Yang paling kusesali adalah..

kursiku berada ditengah kelas, bukan dekat jendela. Bagaimana aku bisa mengecek lapangan saat jam pelajaran jika begini? Haruskah aku kabur? Ish.

"Woa.. Jeno-ya! Kau disitu?" Bisakah orang didepanku ini sedikit mengecilkan suaranya??!

Aku tak urusan dengan tanggapan Jeno. Aku malas melihatnya.

"Perhatian!" Suara menggelegar ssaem-nim membuat kelas hening seketika.

"Sebentar lagi akan ada festival di sekolah kita. Saya minta ada dari kalian yang bertugas untuk membuat beberapa bunga buatan untuk dekorasi." Matanya melihat satu per satu murid.
"Jeno, Yoonbyul. Kalian saya tugasi. Kebetulan kalian piket hari ini. Mau tidak mau kalian harus pulang lebih telat, ne?"

"SIRHEO!" Tanpa sadar aku menggebrak meja sambil berdiri, tentu saja sekarang seluruh mata tertuju padaku.

"HARUS!" Ssaem itu ikut berteriak. Seketika nyaliku menciut saat itu juga.
Aigoo eotteohke?!

-6.00 PM-

Hari terburuk kedua setelah kemarin adalah hari ini.

Ini sungguh gila. Berdua dengan Jeno didalam kelas, saling membelakangi, tanpa bersuara sedikitpun.

Apa yang salah dari Jeno hari ini? Bahkan ia sama sekali tidak mengajakku bicara, padahal kejadian di mobil kemarin masih terpampang jelas dipikiranku.

Brak

Jeno keluar kelas tiba tiba. Aku heran, padahal tasnya masih disini, kalau tidak pulang.. mau apa dia?
Ya! Mengapa kupikirkan sih?

Aku sempat cemas, kupikir ia akan menyerangku lagi.

"Ini untukmu. Cuacanya dingin, minumlah." Sebuah minuman kaleng hangat diletakkannya dan ia segera duduk.

"Mana milikmu?" Tanyaku.

"Itu tinggal satu."

Benarkah?

Tanpa pikir panjang aku segera meminumnya setengah bagian.

"Nih minum. Tapi jangan kena mulut, ya!" Aku menyodorkan minuman itu kedepan wajahnya.

Bukannya hati hati, dengan bodohnya ia menyiramkan minuman itu kemulutnya.

Melihat hal konyol itu, spontan aku mengeluarkan sebuah kain yang sengaja kusiapkan di saku ku.

Tak segan segan aku membersihkan mulutnya yang penuh dengan noda coklat dari susu kaleng itu.

.
..

GILA! APA YANG KULAKUKAN!



"Bodoh! Mengapa harus minum seperti itu?!"

"Kau bilang jangan kena mulut, kan?" Ucapnya polos dengan raut wajah yang polos juga.

"Neo neomu paboya."

"Kau peduli padaku, ya?" Kumat.

"Palli! Kerjakan saja supaya aku bisa cepat pulang!"

..

Jam terasa sungguh cepat. Sudah beberapa jam tanganku mengerjakan kerajinan ini dan kini jari jariku sangat pegal.

Hah.. lagi lagi.. si Doyoung masih saja ada pertandingan. Haruskah aku menunggu lagi?

"Kau belum dijemput ya?" Dia tampaknya bisa membaca pikiranku.

"Hm."

"Ini sudah malam, yeoja sepertimu bahaya jika sendirian disini. Aku akan mengantarmu."

"Lagi?" Aku menatapnya.

Ia mengangguk mantap.

"Dengan mobilmu?" Tanyaku.

"Aku.. hari ini ingin naik bus. Tidak apa kan?"

"Kalau begitu aku bisa pulang sendiri."

Grep.

Lagi lagi ia menyandera tasku. Ia sungguh keras kepala.

"Bersamaku."

Deg.

Mengapa tiba tiba jantungku berdetak sangat kuat?? Eomma.. tolong aku..






-tbc.

My Little First Kiss • JenoLeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang