Mimpi (Part 1)

142 4 0
                                    

"Nis? Bangun, Nis..."
Samar-samar suara itu masuk ke telinga Nisa. Setengah sadar tapi matanya enggan terbuka. Kepalanya masih pusing. Badannya seperti habis mengangkat beban berat. Pegal rasanya.
"Hmm..." Nisa cuma bergumam, dengan segenap tenaganya.
"Kamu kenapa?" Dina, teman seasrama Nisa. Dia kebetulan lewat depan kamarnya melihat Nisa tidur dengan gaya tak karuan. Jilbab dan kaus kakinya masih terpasang. Tasnya diletakkan di atas kepala, lebih tepatnya kepalanya sengaja ditindih dengan tas. Dina antara tidak tega atau tidak nyaman melihatnya.
"Eh .. ehm.. iya Din, sorry aku capek banget."
"Iya, Nis mending ganti baju tidur dulu biar lebih nyaman."
"Ya..Ehm" Nisa hanya membetulkan posisi tidurnya. Migrain kali ini lebih parah dari biasanya. Dina enggan menyuruhnya dua kali. Sebelum dia beranjak pergi, Nisa mengacungkan jempolnya sebagai isyarat bahwa dia baik-baik saja, agar Dina tak perlu terlalu khawatir.
Rrrrrr...rrrrr...
Hape Nisa bergetar. Sebuah telepon masuk. Nisa mengabaikannya.
Rrrrrr ... Rrrrrr... Kali ini hapenya bergetar lebih lama.
"Iya?"
"Nis? Nisa? Tau gag tadi aku habis mimpiin kamu?" Suara diseberang sana terdengar riang.
"Hah? Haidar?"
"Iya, Nis. Kamu kenapa?"
"Ehm.. ya.. maaf, Dar aku lagi pusing."
"Oh.. yaudah kalau begitu, cepat sembuh ya Nis..." Nisa terbayang-bayang ekspresi wajah Haidar dengan nada bicara seperti itu. Seolah dia ingin bilang, gag usah khawatir. Tapi saat ini kepalanya seperti ditusuk-tusuk jarum. Untuk bicara saja berat rasanya. Dia hanya bisa bergumam. Setelah telpon itu, Nisa kembali terlelap hingga malam. Dia terbangun begitu saja.
Nisa terburu-buru mengganti semua pakaiannya dengan busana yang lebih santai. Pukul 11 malam. Nisa melewatkan dua waktu shalat sekaligus. Dia bergegas mengambil wudhu dan melaksanakan shalat Isya. Selepas sholat Nisa menulis di atas secarik kertas. Tulisannya: jangan lupa besok qadha shalat ashar+ Maghrib! Dia menempel kertas itu di papan tulis tepat di samping ranjangnya. Nisa sadar kalau dirinya pelupa. Sehingga dia harus sering mencatat hal-hal detail agar lebih teratur.
Nisa kembali merebahkan badannya. Setelah sikat gigi dan sedikit bersih-bersih dia merasa lebih nyaman meskipun tubuhnya masih terasa demam. Tangannya meraih handphone. Tiga pesan masuk.

Haidar [14:47] Nis sibuk ya? Koq gag diangkat?
Haidar [14:58] sorry ya Nis. Tadi aku cuma mau bilang kalau semalem aku mimpiin kamu. Biar gak lupa aku sampe nulis mimpinya d kertas lho! Habisnya aku senang banget Nis :D d mimpi kamu ada d tempat aku. Bareng aku!
Haidar [20:04] Nis, r you all right?

Nisa tersenyum sambil tersipu membaca pesan dari Haidar. Anak ini kurang kerjaan ya? Nisa geleng-geleng sambil mengetik pesan balasan untuk Haidar.

Nisa [23:34] Dar, sorry bgt. Baru tersadar jam segini. Kamu ini ada2 aja. Haha. Ku kira ada apa. Syukurlah kalau kita bisa ketemu. Walau cuma lewat mimpi :D

Delivered!
Notifikasi muncul di layar Nokia 1100 punya Nisa. Di saat blackberry sedang merajalela, Nisa bersyukur bisa punya handphone yang dia beli dengan uangnya sendiri. Yang penting bisa untuk komunikasi terutama dengan orang rumah. Susah juga kalau harus merengek-rengek untuk dibelikan handphone baru, Nisa sadar kalau orang tuanya tidak hanya membiayai dirinya, tapi juga adik-adiknya.
Nisa kembali membaca pesan dari Haidar. Lagi-lagi dia menebak-nebak ekspresi Haidar saat mengetik SMS ini. Nisa tersenyum.
Rrrrrr..rrrrrr...
Telpon masuk. Dari Haidar! Nisa berseru dalam hati.
"Dar? Koq belum tidur"
"Hehe iya gak papa. Tadi ada murid habis menghafal. Trus aku liat kamu baru aja sms, jadi langsung aku telpon aja. Nggak apa-apa kan?"
"Iya gak papa. Oiya, tadi waktu nelpon katanya mau cerita?"
"Oh ... Sebentar ya, aku ambil headset dulu. Bisa lama kayaknya ini" dari suaranya saja bisa ditebak kalau Haidar sedang tersenyum.
"Ok pak guru"
Nisa menunggu sambil memperhatikan isi kamarnya. Deretan buku, vas bunga kosong, bahkan tumpukan pakaian kotor di sudut kamarnya nampak bergerak keluar dari tempatnya dengan kaki dan tangan yang kurus kecil seperti lidi dan mata besar seperti di kartun-kartun kesukaannya.  Mereka menari-nari kegirangan, sama girangnya dengan Nisa yang menanti cerita dari Haidar.
Ah Nisa... Imajinasimu terlalu tinggi. Dia memuji dirinya sendiri.
"Nisa? Belum tidur kan?"
"Eh, belum donk."
"Jadi tadi aku mimpiin kamu. Tadinya aku mau langsung nelpon buat cerita. karena takut gag kamu angkat, aku nyatet mimpiku biar gak lupa. Eh malah lupa nelpon kamu pagi itu"
"Trus trus?"
"Nah ini dia nih catatan ku" Haidar membuka lipatan kertas itu. Ia berdehem kecil, menarik nafas dalam-dalam.
"Ih, lebay amat!" Nisa menyela.
"Ahaha! Catatan mimpi Haidar bertemu Nisa: 14 Maret 2013"
"Wuih ada judulnya segala!"
"Iya donk. Must be Perfect!"
"Oke lanjutin!"
"Siap bu! Nah, pertama kali muncul adalah rumah tanteku sekarang alias panti tempat aku mengajar. Dalam mimpi aku lagi ngajarin anak-anak kosa kata bahasa Arab. Tiba-tiba tanteku alias ibu pengasuh nyamperin aku marah-marah nanyain tentang kamu. Aku udah agak lupa sih, nanyanya tentang apa. Yang jelas aku waktu itu ngebelain kamu, dan sempat agak emosi juga karena tanteku marah marah tentang kamu. Akhirnya aku disuruh nyari kamu." Haidar berhenti.
" Trus aku ketemu Ndak? "
" Iya ketemu donk. Kamu aku panggil panggil. Trus nyahut. Eh, rupanya kamu lagi nyuci. Tau gag Di mana?
" Ndak. Emang di mana? Pasti ngece ya? " Nisa penasaran.
" Idih, suudzhon banget ibu yang satu ini. Gag boleh! "
" Hahaha. Lah terus? "
" ya Iya... kamu nyuci nya di rumah tempat aku tinggal. " Haidar terdiam entah kenapa suaranya agak lirih saat mengucapkan kalimat terakhir. Membuat Nisa jadi kikuk. Pikirannya mendadak penuh dengan teori-teori tafsir perkataan terakhir yang diucapkan Haidar.
" maksudnya aku jadi pembantu mu gitu?" Nisa tertawa mencoba tetap santai.
" Eh bukan gitu... Gimana ya? Hahaha.  Kayanya bukan deh. Tapi... "
" Tapi apa? "
" Nggak jadi deh, hehehe. Anyway, udah dulu ya. Udah larut nih. "
" Iya kamu seharian juga banyak kegiatan kan? "
Haidar hanya nyengir.
" Oiya Nis. Kalau kamu mimpiin aku, ceritain juga ya mimpimu. "
" Hehe siap."
Haidar menutup telepon nya dengan salam.
Malam itu Nisa enggan tidur cepat. Dia mengambil buku diarynya. Mencoba mengingat setiap detail kejadian hingga luapan perasaannya hari itu dan menulisnya.
Haidar...
Aah sepertinya tulisan ini tidak sampai selesai. Aku keburu ngantuk.
Tulisan terakhir Nisa nampak berantakan. Ngantuk tiba-tiba menyerang. Seperti nya Bisa mimpi indah malam ini.

PULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang