Tiga minggu sudah Jadyn menjalani bed rest dan terapi otak setiap harinya. Tiga minggu itu pula Chale tak sekalipun beranjak dari sisi Jadyn. Sebelum berangkat ke kantor ia menghampiri Jadyn bahkan setiap pulang kerja ia rela menginap di rumah sakit demi menjaga gadisnya. Barulah ia pulang dini hari jika Jadyn sudah tertidur. Seperti saat ini, Chale sudah siap siaga ikut mengemasi barang-barang Jadyn karena ia sudah diperbolehkan pulang hari ini. Tapi tetap tidak melupakan chek up setiap minggunya.
"Aku sudah menyiapkan mobil dan bodyguard untuk mengantar kalian pulang ke apartemen dan membantu membawa barang-barang Jadyn." kata Chale terlebih pada Smith dan Breve.
"Tidak perlu, kami-"
"Jangan menolak! Bukankah mobil kalian berada di bengkel?" Chale menyela tolakan Breve.
"Benar, mungkin besok lusa akan selesai. Hanya butuh sedikit service. Jadi kami akan memesan taksi nanti." sahut Smith yang sibuk mengangkat tas pakaian puterinya.
"Tidak ada taksi! Untuk masalah mobil kalian, besok pagi kupastikan sudah terparkir di lobi apartemen." ujar Chale sambil mengupas jeruk untuk Jadyn.
"Chale.."
"No comment, Jadyn. Cukup diam dan turuti kemauanku. Okay?" sela Chale ketika tahu Jadyn akan protes atas perkataannya.
"Baiklah. Aku tau kau orangnya sangat tidak suka ditolak dan dibantah." Smith menimpali seraya mendekat kearah Chale dan Jadyn.
"Kau tau itu. Kecuali Jadyn. Aku akan memberi sedikit toleransi kepada anakmu ini jika ia menolak." ucap Chale seraya tersenyum menatap Jadyn yang juga tersenyum padanya. Chale mengarahkan tangannya menyuapi Jadyn buah orange itu.
"Hahaha! Beruntunglah anakku bisa menaklukkanmu, Chale. Dari setiap berita yang kudengar tentangmu, kau itu orangnya dingin tapi yang kulihat sekarang sangat bertolak belakang." Smith berkata seraya terkekeh.
"Aku akan mencair jika ada matahari di dekatku." jawabnya melirik Jadyn yang sudah salah tingkah. Smith dan Breve tidak bodoh untuk mengartikan ucapan Chale.
"Kita sudahi perbincangan ini." kata Smith. Kemudian menatap Jadyn yang masih sibuk mengunyah jeruk. "Little girl, apa kau membutuhkan kursi roda untuk berjalan ke lobi? Aku akan mengambilnya." tanya Smith.
"Tidak, Dad. Aku bisa berjalan sendiri." tolak Jadyn.
"Atau kau mau kugendong?" timpal Chale. Jadyn menggeleng keras.
"Tidak, tidak! Terima kasih." tolak Jadyn. Jika itu sampai terjadi, mungkin seluruh siaran TV akan kembali ramai memberitakan tentang kedekatannya dengan pebisnis sukses di hadapannya ini. Dan Jadyn sudah tidak ingin lagi terlibat skandal seperti dulu.
"Kita menunggu dulu. Dokter akan segera kemari memeriksa kondisi Jadyn dan melepas perban di kepalanya." Breve berucap setelah ia usai dari ruang Dokter.
"Kalian bisa kembali duluan. Aku yang akan menemani Jadyn disini dan sekalian mengantarnya." kata Chale yang bersandar pada tembok.
"Kau yakin? Apakah pagi ini kau tidak ke kantor?" Smith bertanya ragu.
"Semuanya bisa diatur. Jangan mengkhawatirkan pekerjaanku, Tuan Cooper. Perhatikan kesehatanmu juga." jawab Chale santai.
Smith tersenyum. "Ya sudah. Aku titipkan Jadyn padamu ya? Tolong jaga dia."
"Tanpa kau suruh sudah pasti aku akan menjaganya." balas Chale.
Akhirnya Smith mempercayakan puterinya pada Chale. Ia tahu laki-laki itu benar-benar mencintai anaknya, setulus hati. Terlihat dari bagaiamana Chale sering menemani Jadyn dan memperhatikannya layaknya seorang suami yang mendampingi isterinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretary Tease Like a Wine - Robert Series [COMPLETED]
Storie d'amoreMature content 21+‼️⚠️ Privat acak! Follow sebelum baca. "Tubuhmu begitu mempengaruhiku, kau selalu terlihat menggoda, like a wine." "Jangan tatap aku seperti itu, jangan melihatku bagaikan jalang yang siap kau terkam." "Seharusnya aku tidak pernah...