Prolog

19 2 0
                                    

Namaku Aesther Zefanya, orang-orang sering memanggilku Est. Bukan seorang yang istimewa, aku hanya gadis yang sedang hanyut dalam aliran air kehidupan. Takdir memang suatu yang rumit untuk diterima. Keberuntungan yang layak untuk disyukuri dan kegagalan yang mau tidak mau harus diterima. Itulah takdir yang harus manusia jalani.

Aku percaya bahwa orang cerdas tanpa harus berjuang mati-matian pun akan tetap pada posisi tertinggi. Dan sebiasa-biasanya orang berjuang untuk belajar akan berada diposisi kedua dari orang cerdas tadi. Tolong jangan langsung membenci pernyataanku tadi karena aku belum tuntas mengatakan ideologiku. Selain tentang hukum orang cerdas dan biasa, aku juga sangat meyakini setiap orang memiliki kemampuannya masing-masing. Kalau seorang gagal dalam pendidikannya jangan pandang sebelah mata orang tersebut karena percayalah dia memiliki sisi unggul dibidang lain yang mungkin belum kamu ketahui. Itulah yang ku sebut takdir dan hidup mengalir versiku.

Jangan anggap aku bodoh karena aku hanya diterima di sekolah yang biasa saja, kalian belum tahu apa keunggulanku bukan? Ya, karena aku pun belum tahu apa keunggulan yang bisa dibanggakan dari diriku. Meskipun aku tak memiliki ambisi untuk menjadi yang terbaik atau terhebat namun aku tetap memiliki naluri manusia yang penasaran akan jati diri dan kemampuannya.

Aku tidak pernah menjadikan orang lain saingan dan juga aku yakin tidak ada satupun orang yang mau menjadikanku saingannya. Keyakinan itu bertahan hingga aku berada di lingkungan baruku ini. Lingkungan yang berbeda 180 derajat dari lingkunganku sebelumnya. Bak jatuh dari surga turun ke bumi. Seperti itulah yang dapat ku gambarkan dari lingkungan lama dan lingkungan baruku. Lingkungan lamaku berisikan orang-orang cuek dan serba berada. Pertemanan berdasarkan gaya hidup yang serba mewah dan glamour. Bisa kalian bayangkan bukan? Lalu bagaimana lingkungan baruku? Bayangkan saja kebalikannya.

Perbedaan yang kontras inilah yang kini membuatku merasa telah dijadikan saingan oleh beberapa pihak. Tapi tenang saja aku masih diriku yang dulu. Tidak mau ambil pusing dan tidak over-ambisius seperti anak sebayaku. Biarkan masa remajaku ini mengalir seperti air dan hanyutkan aku dalam proses pencarian jati diriku sebenarnya. 

Dear Rival (you make me better)Where stories live. Discover now