Part2 ( Keyakinan Kim Seok Jin )

21 2 0
                                    


 Kim Seok Jin, atau yang kita sapa sebagai Jin. Hari ini Jin nampak murung didepan bunga Smeraldo. Dia kini terlihat seakan menangis, menangis di tengah masa lalu yang amat berat untuk ia tinggalkan. Dengan mata yang berkaca-kaca dia menatap langit dengan mata jernih matanya dia seakan menyampaikan sesuatu pada seseorang yang jauh disana. Jin terpatri dalam sebuah kenangan masalalu. Yah, masalalu yang menengelamkannya hingga sekarang. "Hannary  liatlah bunga ini, aku meridukanmu." lirih Jin dengan air mata yang sudah membasahi pipi nya.

Jin mengingat kata demi kata, apa apa yang pernah ia ucapkan pada Hannary. Gadis nya yang kini entah kemana.

"Oppa! Lihatlah aku membawakan sesuatu untukmu." Begitu ungkapan yang pernah Hannary lontarkan padanya. Jin tertunduk diam saat mengingat kata itu. Ia terpaku menatap bunga yang ada di genggaman nya daat ini.

"Apa ini, bunga? Apa kau memberikan aku ini?" Jin bertanya sembari mencium aroma bunga smeraldo.

Jin yang terus mengingat kenangan manis itu dengan senyum penuh air mata yang mengalir dari pelupuk matanya.

Jin menaikan bunga yang ada di genggamannya mengarahkan nya ke atas lagit. "Bunga apakah ini? Mawarkah?" tanya Jin sembari tersenyum hangat.

"Ih bukn mawar! Ini bungw smeraldo, ini adalah bunga keyakinan. tunggu aku ambilkan sesuatu," balas Hannary pergi dan kembali membawa sebuah lentera yang berisi pasir.

"Apa yang kamu bawa kali ini, sayangku?" tanya Jin bertanya sambil menghampiri gadis mungil itu dengan senyuman manisnya.

"Oppa, aku bawa lentara," katanya mengamgkat lentera penuh bangga.

Jin hanya tersenyum dan memeluk gadianya oenuh cinta. "Memanv buat apa lentera ini?"
"Oppa, coba oppa tancapkan bunga itu ke sini." pintanya sambil nyedorkan lentera itu ke arah Jin.

Jin menatap gadisnya bingung, "disini? Nanti mati dong."

"Nggak bakal. Oppa! Apa Oppa percaya, jika bunga ini bisa bertahan di dalam sini walau hanya mengandalkan pasir?" ujar Hannary meyakinkan jika katanya ini benar.

Dengan perkataan konyol Hannary tentu saja membuat Jin terkekeh mendengar hal semacam itu. Hannary kesal ia mengerucutkan bibirnya saat kekasihnya tidak percaya akan perkataanya.

Jin semakin terbahak di buatnya ketena melihat wajah itu nampak begitu menggemaskan.

"Apa kamu waras? Mana ada setangakai bunga mampu hidup di dalam lentera dan mengandalkan sebuah pasir? Pakai tanah saja bekum tentu hidup tanpa adanya udara. Kamu tuh ada-ada ajah," tangkas Jin dengan lirikan penuh tawa mengejek.

Hannary mengambil bunga yang ada di tangan Jin dengan kasar. "Sini bunganya," katanya dengan kasar. Ia pun menancapkan bunga itu dan menutup lentera itu rapat rapat.

"Oppa, percayalah. Bunga ini akan hidup. Dan yakinlah, jika bunga ini akan abadi," cicitnya sambil menggenggam tangan Jin. Jin menaikan kedua alisnya dengan kekehan kecil yang keluar dari mulutnya.

"Ihh jangan ketawa! Aku serius, ini adalah bunga kesayanganku. Aku percaya, Jin oppa akan menjaga ini untuk ku dan aku yakin, oppa akan merawatnya untuk ku," lanjutnya berceloteh dengan suara kecil menggemaskan.

Jin pun menepuk ujung kepala Hannary. "Hmm... baiklah karena ini perintah dari kekasihku, lentera besarta bunga ini, akan aku jaga baik-baik," balas Jin.

"Oh iya satu lagi. Oppa harus percaya dan punya keyakinan kalau bunga ini akan terus mekar dan hidup selamanya, oke," katanya dengan senyuman gemas mencubit pipi kekasihnha ini.

Jin mengelus ujung kepala Hannary dengan penuh kelembutan. Tubuhnya ia peluk erat seakan rasa sayang ini meluap tidak tertahan.

"Oppa!" panggil Hannary gugup.

"Iya?" balas Jin menoleh. Hannari metap lirih mata kekasihnha.

"Oppa, ada hal yang harus Oppa tau, bunga ini akan terus hidup jika Oppa memiliki keyakinan. Jika bunga itu mati, itu tandanya tidak ada lagi keyakinan dalam hati oppa pada bunga itu.  "Oppa, aku mohon jaga bunga itu untuk ku, yah," tuturnya dengan sungguh-sungguh.

"Iya, aku yakin dan percaya bunga ini tidak akan mati atau hilang, selama kamu masih bersamaku keyakinan itu akan terus ada." balas Jin memeluk gadisnya dengan erat. Jin mencium kening kekasihnya dan berkata. "SARANGHAE."

Sretttt!!

Ingatan itu menembus dan terus mengoyak batin seorang Kim Seok Jin. Bunga sakura kini bertebaran menandakan musim semi telah datang, dan di musim inilah keyakinan itu hilang.

"Oppa, jaga bunga ini untuk ku, aku pergi yah, SARANGHAE!" ungkapnya tegas.

Itu adalah kata terahir yang Jin dengar, dan itu juga merupakan  senyum terahir yang Jin lihat.

Saat dia menghilang dari muka bumi. Badai di dalam hati  tiba-tiba muncul, menghantam keyakinan itu dengan kematian Hannary. Jin merasa hidupnya tidak berguna lagi! Hannary mati tepat dihadapan nya.

"Kenapa? Kenapa dia sembunyikan itu padaku!" teriak Jin yang masih terpatri di dalam masa lalunya.

Penyesalan itu terus menghantui pimirannya. Hiduonya seakan mati di detik itu juga.

"Hyung!" panggil Jungkook menepuk bahu Jin yang dari tadi terdiam penuh airmata.

Jin membuka matanya dan tersadar dari ingatan masalalunya. "Apa kamu sakit Hyung?" tanya Jungkook khawatir melihat wajah Jin terlihat pucat.

Jin hanya menggeleng dengan air mata dan nafas sesak tidak beraturan. "Ada apa Jungkook-ah?" tanya Jin lemas.

"Jhope-shi," Jungkook menyebut nama Jhope karena itu yang mambuat dia datang menemui Jin.

"Ada apa lagi dengan Jhope?" potong Jin yang langsung  menyergap pembicaraan yang belum kelar. Jinpun segera berlari kedalam tanpa mendengar penjelaskan dari Jungkook.

"Jhope!" panggil Jin dengan keras. "Namjoon-na, Jhope mana?" tanya Jin.

"Dia tidur bersama Jimin di kamarnya, kenapa?" balas Namjoon terheran.

"Jungkook!!!" Jin berteriak dengan sangat keras membuat Jungkook lari menghampiri Jin yang berteriak memanggil namanya. 

"Ada apa?" tanya Jungkook polos.

"Kenapa kau membuatku khawatir akan kondisi Jhope hah!" bentak Jin.

Jungkook pun menunduk tidak berani menatap mata yang kini melihatnya dengan tajam. "Maaf, sebenarnya aku ingin menjelaskan sesuatu, tapi Hyung malah lari tanpa mendengarkan perkataan ku." Balanya mengunci bibirnya.

Jin terdiam. Ebusan napas kesalnya tercurah mambuat Jungkook menunduk diam. "Hyung! bisakah aku mendapatkan perhatian seperti itu?" tutur Jungkook menatap Jin.

Jin langsung terdiam, dia sadar selama i i ia tidak pernah memperhatikan adik bungsunya ini. Bahkan ia terus membentak dan memarahi Jungkook karena hal Kecil. "Mianhae, Jungkook-ah. Mulai dari sekarang aku akan lebih memperhatikanmu."

Aku minta maaf  Jungkook-ie...

FAKE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang