Chapter two
"Bagaimana keadaannya paman?"tanya putri pertama mewakili keempat adiknya kepada tabib istana atau biasa mereka panggil paman Rai, setelah Rai keluar dari kamar raja
"Keadaan yang mulia raja sudah membaik tuan putri" jawab Rai "sekarang ia sedang tidur" lanjutnya.
"Syukurlah" ujar kelima putri bersamaan
"Kalau begitu saya permisi. Saya ingin meracik obat untuk yang mulia raja" pamit Rai "iya silahkan, terimakasih paman" ujar putri kelima sambil memberikan senyum manisnya, Rai hanya membalas dengan anggukan lalu pergi.
Putri bersaudra memasuki kamar sang raja, lalu mereka duduk disofa yang ada pada ruangan itu, putri termuda memilih duduk disebelah raja atau lebih tepat ayahnya. Suasana didalam ruangan itu hening, tidak ada yang memulai pembicaraan, semua sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
Putri termuda merasakan adanya gerakan dari sang ayah, ia langsung melihatnya dan benar saja, ayahnya bangun, "PAPA" teriaknya lalu memeluknya, mendengar adiknya berteriak, sontak keempat kakaknya melihat kearah adiknya itu, "HA?" Lalu keempat kakaknya melakukan hal yang sama. Mereka berpelukan dengan perasaan bahagia. Mereka terus berpose seperti itu sampai suara ketukan pintu mengagetkan mereka, lalu putri ketiga melepaskan pelukan dan membukakan pintu.
"Maaf mengganggu putri Riani, saya ingin memberikan obat ini untuk yang mulia raja" ujar orang yang mengetuk pintu yang tak lain dan tak bukan adalah Rai, Riani atau putri ketiga hanya membalas dengan anggukan lalu mempersilahkan Rai masuk.
"Maaf mengganggu. Hm? Yang mulia sudah sadar?" Tanya Rai pada raja, raja mengangguk sebagai balasan
"maaf, permisi tuan putri, saya ingin memeriksa yang mulia raja" ucap Rai pada putri kedua dan kelima yang masih memeluk raja, putri kedua melepaskan pelukannya dari sang ayah, sementara putri kelima masih memeluk raja.
"Rani, sudah bepelukannya. Paman Rai harus memeriksa keadaan papa" ujar putri pertama dengan lembut kepada Rani atau putri kelima, Rani seolah-olah tidak mendengarnya, ia malah makin mengeratkan pelukannya, Rai hanya bisa tersenyum melihatnya kelakuan putri termuda yang memang sangat dekat dengan ayahnya.
"Ra-" Ucapan putri pertama terpotong karna Riani bicara.
"Rani, lepaskan pelukanmu pada papa! " ujar Riani tegas yang malah terdengar seperti perintah. Setelah mendengar perkataan kakaknya itu, Rani langsung melepaskan pelukannya. Raja yang melihatnya kelakuan putri bungsunya hanya bisa tersenyum. Setelah Rani melepaskan pelukannya, Rai langsung memeriksa keadaan raja.
"Bagaimana keadaannya paman? " tanya putri keempat setelah Rai selesai memeriksa sang raja.
"Yang mulia raja sudah jauh lebih baik, tapi dia tetap harus banyak istirahat dan meminum obat agar cepat sehat" jawab Rai.
"Hamph" gumam putri pertama sambil tersenyum.
"Mm, tuan putri, ini obat untuk yang mulia raja. " ucap Rai sambil menyodorkan sebuah tempat berisi obat.
Putri pertama tersenyum " iya paman, terimakasih" putri tersenyum lagi.
"Iya, kalau begitu saya permisi dulu" ucap Rai pamit.
Putri hanya tersenyum dan mengangguk sebagai balasan, lalu Rai pergi.
"Pa, sebaiknya papa minum obat lalu istirahat. " ucap putri pertama, sambil berjalan mendekati ranjang sang ayah dan adik-adiknya.
"Fanny, kau ini bawel sekali. Papa mu baru sadar, belum lama membuka matanya, tapi kau malah menyuruh menutup matanya kembali" ujar raja kapada Fanny atau putri pertama dengan nada malas yang dibuat-buat. Memang benar sih, papanya itu baru siuman dari pingsannya selama 5 hari, tapi ia juga harus istirahat seperti yang dikatakan Rai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic In Darkness
FantasyPara putri harus melindungi sisa-sisa kerajaannya yang akan di kuasai oleh kegelapan. Dengan mencari makhluk legenda dan mempelajari ilmu sihir dari para penyihir legendaris dari benuanya. Disisi lain mereka harus menemani dan melindungi sang raja f...