"Seris lo serius?" tanya gadis yang berkuncir kuda tersebut.
"Iya gue serius Jeta, lo berdua harus ikut gue ke acara pameran itu, bokap nyokap gue besok harus ke Spanyol buat ngurusin bisnisnya, jadi kan sayang dua tiket itu kalau dibuang, makannya gue ajak lo berdua, mau ya, plisss!" Pinta Seris.
"Gue sih pasti mau, tapi si Ales tu, mau gak lo ikut?" tanya Jeta.
"Gimana ya, besok gue ada acara sih?" sahut Ales.
"Lo setiap ada hari libur dikit kayaknya pergi mulu, kalau gak, pasti ada acara, emang penting banget acaranya Les?" Jeta mengambil batagor Seris karena dari tadi Seris hanya sibuk dengan batagornya.
"Kampret lo, main asal comat-comot aja" ketus Seris.
Dan Jeta hanya nyengir bak model iklan pasta gigi. Ales yang melihat perdebatan kedua sahabatnya itu hanya geleng-geleng kepala.
"Gue juga gak tau sih, mungkin karena gue orang penting kali ya, jadi setiap hari libur, gue selalu aja ada acara, atau gak pergi-pergi!" sahut Ales.
"Penting endas mu" ketus Jeta.
"Ngomong ama toke, sok penting banget kayaknya" timpal Seris.
"Santai dong sis, ngegas banget kayak knalpot kapal?" Ales menyeruput es yang ia beli tadi di kantin.
"Iyain aja say, biar cepet" sahut Jeta dan Seris berbarengan.
"Gimana, Jadi ikut gak? Jarang-jarang loh kita bertiga ngumpul" Ucap Seris.
"Bener banget tuh, kita jarang ngumpul-ngumpul loh Les?" timpal Jeta.
Ales membuang napasnya pelan-pelan sebelum menjawabnya "Yaudah gue ikut, tapi gue gak bisa berangkat bareng lo berdua, jadi gue nanti nyusul, nanti lo kasih tiket sama alamatnya aja Ris?" pinta Ales.
"Ok, kebetulan gue bawa kok tiketnya sekarang, nih" Seris menyerahkan selembar tiket ke Ales untuk bisa masuk keacara pameran tersebut "Nanti alamatnya gue kasih tau di line!"
"Thanks Ris" Ales mengambil selembar tiket yang diberikan Seris.
🌚🌚🌚🌚
Bandul kalung yang berbentuk setengah hati itu menari-nari kekanan dan kekiri, itu karena ada seseorang yang menggoyangkan kalung tersebut.
"Kapan sepotong hati ini bisa lengkap lagi, kapan potongan hati ini bisa nyatu lagi?"
"Kapan lo disini? Gue pengin kita bisa sama-sama lagi kayak dulu, ketawa bareng, curhat bareng, pokoknya segalanya tentang lo gue kangen"
Tetes demi tetes air mata pun turun begitu deras, ia benar-benar menyesal mengingat kejadian itu, kejadian yang seharusnya menimpa dirinya, bukan orang yang ia sayangi.
"KENAPA LO, KENAPA BUKAN GUE AJA SIH!" teriak seorang gadis.
Ceklek
"Bisa diem gak sih? Dengan lo teriak-teriak kayak gitu, keadaan gak bakal balik lagi kayak dulu, ini semua tu karena lo, lo penyebab ini semua, pembawa sial" bentak seorang cowok yang tak lain adalah kakanya sendiri.
"Gue minta maaf bang Tama, gue tau gue penyebabnya, tapi tolong jangan sebut kata-kata pembawa sial!" sahut gadis itu.
"Sekali pembawa sial, tetep aja lo pembawa sial Ales, LO. PEMBAWA. SIAL" ketus Tama.
Tangisan Ales semakin menjadi, ia benar-benar tak habis pikir dengan perkataan kakaknya itu, Ales butuh penenang dan pelukan sang bunda, tapi kedua orang tuanya sedang pergi keluar kota, dan hanya ada Tama dirumah ini.
Bruk
Tama menutup pintu kamar Ales secara kasar, Ales yang melihatnya hanya bersabar, empat tahun setelah kejadian itu, sikap Tama kepada Ales benar-benar berubah.
Tama dulu sangat menyayangi sekali Ales dan dia. Tapi setelah kejadian itu, Tama benar-benar berubah, ia menjadi tidak perduli kepada Ales, selalu membentak, mencaci, dan selalu mengeluarkan kata-kata yang tak seharusnya ia katakan. Terkadang jika ada teman Tama yang datang kerumah dan menanyakan Ales siapa, Tama bilang jika Ales itu pembawa sial. Teman-teman Tama pun terkejut jika jawaban dari Tama seperti itu.
Ales sudah kebal akan perlakuan kakaknya itu. Tapi Ales masih memikirkannya sampai sekarang, apakah dirinya benar-benar pembawa sial, sampai-sampai jika ada masalah dirumah, Tama selalu menunjuk itu salah Ales, karena dia pembawa sial. Kedua orang tuanya pun sudah kehabisan akal, bagaimana caranya mereka mengembalikkan Tama yang dulu.
"Gue emang pembawa sial, sekali sial akan tetap sial dimata bang Tama, gue penyebabnya, GUE PEMBAWA SIAL, argh" Ales mengacak-acak rambutnya frustrasi.
"Lo emang teman terbaik gue disaat kedaan gue kayak gini" Ales bergegas mengambil silet yang terletak diatas meja riasnya.
"Thanks" guman Ales, dan darah segar pun mengalir begitu saja.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
Hai, selamat datang di dunia cerita asirse, semoga kalian suka sama cerita ini, jangan lupa tinggalkan jejak yaa.
Salam makhluk hangat😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Asirse
Teen FictionMulut ini tak bisa bercakap. Namun hati bisa merangkai kata menjadi kalimat, yang hanya bisa didengar oleh sang perangkai. Mulut ini tak bisa bercakap. Namun alunan melody bisa mewakili rasa sang penikmat. Maaf, jika selama ini, hanyalah pertunjuk...