19. Hujan dan Tangisannya

9.5K 955 60
                                    

"Maka, biarkanlah mereka tertawa sedikit dan menangis yang banyak, sebagai belasan terhadap apa yang selalu mereka perbuat."
(Q.S At-Taubah 9: Ayat 82)

Sungguh akan sangat indah jika bertemu sang Kekasih. Sosok yang dirindukan dan dieluh-eluhkan. Perasaan bahagia yang akan menghinggapnya menjadi hal yang akan selalu diingat. Kekasih, sosok yang dulu pernah mengharapkan cinta atau Mawaddah pada dirinya. Kekasih yang mengharapkan ketentraman atau sakinah agar mereka dapat diberikan rahmah dari Allah SWT.

Ia adalah surga bagi Asfa, sosok yang menjadi media penghubung dirinya dengan Allah. Indah dipandang mata dan sangat sejuk melihatnya. Ia tak bisa dipaksa untuk melupakannya, tatapan teduh itu sangat mirip dengan sosok yang dulu pernah ada. Nazmal, lelaki itu hadir kembali. Entah sebagai sosok pengganti atau sosok yang mungkin hanya bisa menjadi harapannya.

Sungguh, ketika mendengar kata itu terucap hanya pedang yang menancap di ulu hatinya saat ini. Lelaki itu mengatakan bahwa dirinya bukan Nazmal yang selalu ada di mimpinya. Sangat jelas terdengar,  ia adalah Zain.

Asfa mengeratkan pelukan Rumi, ia hanya bisa mengepalkan tangannya sambil menangis dengan pilu. Setelah lelaki itu pergi, Rumi dan Irfan yang sebelumnya terkejut dengan Zain yang datang ke kamar Asfa. Kemudian, saat Zain pergi sontak Rumi langsung datang ke kamar Asfa.

Memang, tak bisa disangka-sangka lelaki Madinah itu bisa sangat mirip dengan Nazmal. Sangat tidak mungkin dan ini  sangat membingungkan mereka. Entah apa yang terjadi, Irfan sebenarnya sangat ingin bertanya banyak pada Zain, namun ia sementara tertahan oleh Guntur. Adiknya itu berjanji akan berbicara tentang lelaki yang mungkin sudah diketahui oleh mereka sendiri, konspirasi apa lagi sebenarnya?

Guntur, Anel, dan Rania entah sejak kapan tidak ada di sini. Mereka tidak memberikan kesempatan untuk memberitahu semuanya pada Irfan dan Rumi. Sungguh menjadi beban baru bagi mereka tentang masalah ini. Mereka kebingungan dengan semua ini, Asfa, Zain, dan Nafisya.

Irfan menatap Asfa yang terlihat menyedihkan dengan memeluk istrinya erat. Melihat semua ini ia sangat tidak tega pada Asfa, ia merasa selama ini telah melalaikan amanat yang Nazmal beri padanya. Apa jadinya jika lelaki itu Nazmal? Lelaki itu pasti menanyakan amanat apa yang sudah Irfan lakukan. Mengetahui Asfa saat ini sangat butuh perlindungan dari seorang lelaki. Sosok suami yang seharusnya menjadi imamnya saat ini juga sosok ayah yang mendidik dan mengayomi Nafisya sejak kecil.

Namun, belum ada kata ikhlas bagi Irfan untuk menjadikan Asfa istri keduanya. Ia belum siap membagi hatinya pada wanita lain, dan ia pun tak sanggup menggauli mantan istri sahabatnya sendiri. Memang terlihat egois, tapi cinta tak bisa dipaksakan seperti itu, kan? 

Irfan duduk di sebelah Rumi, ia menatap Asfa dengan memilukan. Sedangkan Asfa, ia tak bisa merasakan apa-apa. Ia menangis sekuat-kuatnya mengeluarkan kesedihannya selama ini. Tangannya terus bergetar dengan nafas yang terasa sesak. Ia menangis, perih.

"Rum, mas Nazmal, Rum," ucapnya merasa tertohok dengan kedatangan Zain di kamarnya.

Rumi memejamkan matanya, ia terus memeluk Asfa dengan erat. "Astaghfirullahaladziim, ya Allah."

"Dia siapa, Rum!!!!" Asfa menaikkan suaranya, ia membuat Nafisya terkejut dan ikut menangis.

Asfa semakin membesarkan tangisannya saat mendengar Nafisya menangis. Ia merasa perih saat anaknya tadi ada di pangkuan lelaki yang mirip dengan ayahnya sendiri. Asfa menyakiti perasaan anaknya sendiri, ia gagal menjadi ibu yang baik. Entah kenapa saat Asfa menangis Nafisya sering kali ikut menangis, seperti Nafisya bisa merasakan apa yang dialami ibunya. Perih memang, ia langsung melepaskan pelukan Rumi dan meraih Nafisya yang menangis. Ia langsung meredakan tangisannya dan lebih mendahului untuk menenangkan anaknya.

Izinkan Aku Memilikimu 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang