11. Terpaksa!

2.2K 107 0
                                    

"Elah bil. Sak ae kali jalannya buru-buru banget!" cerocos Vita sembari mensejajarkan langkahnya dengan Bilqis.

"Lo aja yang lelet!" timbal Bilqis ketus.

"Eh.. Eh. Bil! stop, Bil." tahan Vita seraya dengan meletakkan tangannya tepat didepan Bilqis.

Bilqis menaikan alisnya bingung "Kenape, nyai?"

"Hngg..gak jadi lah. Udah lupa gue." jelas Vita cengengesan.

"Si bego!" kesal Bilqis yang kini sudah berjalan meninggalkan Vita yang masih setia dengan wajah melongonya.

"Eh tunggu! Yaelah bidadari ditinggal lagi." protes Vita seraya merengut sebal.

Setelah sedikit mengalami pedebatan yang sedikit sengit akibat cerocosan--unfaedah--yang dilontarkan oleh Vita, akhirnya keduanya pun tiba didepan pintu toilet.

Bila kalian membayangkan toilet yang bau sejuta zat dan kotor dengan tisuee dimana-mana, maka dapat saya sampaikan bahwa kalian salah. Karena disekolah ini ada jadwal piket dalam membersihkan toilet, dan barang siapa yang tidak menjalankan kewajiban membersihkan toilet atau ketahuan membolos, maka harus siap sedia herhadapan dengan Ibu Jubaed yang tersohor kegarangannya seantero sekolah.

Namun hal tersebut tidak mempan untuk Bilqis and the gang, mereka tentu akan dengan senang hati membolos dan beruntunglah mereka karena diberi kesempatan untuk membuat Ibu Jubaed naik darah. Mereka berharap bu Jubaed segera stroke agar tidak ada lagi peratutaran semacam itu. Hmm.. Astaghfirullah, jahat sekali.

Baru saja dua langkah memasuki ruang toilet, mata Bilqis sudah disambut dengan tatapan sinis dari Maureen dan kawan-kawan, yang kebetulan sedang berias dikaca toilet.

"Hai, Musuh!" sapa Maureen dengan angkuh.

Bilqis hanya memutar bola matanya jengah. Drama batin Bilqis.

"Eh Reen, tu bibir apa cabe yang barusan diulek? Menor amat dah." celetuk Vita asal namun pas.

Maureen yang merasa dirinya dicemooh seketika langsung mendorong bahu Vita dengan kasar "Minta dirobek ya tu mulut!"

"Woy! Jangan main kasar dong!" geram Bilqis seraya meraih tubuh Vita yang terbentur pintu toilet.

"Lo, gak papa, Vit?" tanya Bilqis pada Vita, ia hanya mengangguk seraya meringis mengusap-usap lengannya.

"Mangkanya, tu mulut kawan lo suruh dikursusin dulu. Kurang ajar tau gak!" desis Maureen tak mau kalah.

Bilqis menatap tajam kearah Maureen "Sebelum ngomongin orang, ngaca dulu, Mba! Tu mulut lo emang udah dikursusin? Belumkan?!"

"Berani banget ya lo! udah gak betah sekolah disini rupanya!" balas Maureen  dengan senyum merendahkan.

"Apa?! Lo mau ngeluarin gue dari sekolah! Eh woy! Gue bayar ya sekolah disini, memang bokap lo pendonatur disekolah ini. Tapi bukan berarti dia yang punya hak atas sekolah!" bentak Bilqis tak terima dengan ancaman klise Maureen .

"Udah-udah, Bil. Gak guna ngeladenin toa soak kaya dia, mending cabut. Ketimbang ketularan gila." ajak Vita seraya menarik paksa tangan Bilqis.

Vita takut apabila adu mulut tersebut terus berlanjut maka akan terjadi acara adu jambak-menjambak juga, dan itu sangat tidak baik untuk mereka berdua, memang Bilqis yang berkelahi namun itu juga karena membelanya.

"Woy takut lo ya. Huh! Dasar belagu lo debu jalanan!" umpat Maureen dengan kencang.

"Lo ngapain sih Vit tarik-tarik gue? Gue belum puas kalo belum nyeplakin telapak tangan gue kemuka cabe-cabean itu." kesal Bilqis ketika sudah lumayan jauh dari area toilet.

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang