5.

381 31 0
                                    

-7.35 AM-

"Yeri.. makan!" Teriak eomma yang sedang menyiapkan sarapan untuk anak anaknya ini.

Sebelum aku dipanggil, aku segera keluar dari kamar dan duduk tepat didepan eomma.

"Dimana Doyoung?" Tanyaku seraya melihat kekanan dan kekiri mencari orang itu.

"Ya! Panggil kakakmu dengan benar! Panggil dia oppa." Celetuk appa yang ternyata mendengar ucapanku.

"Arra."

Mataku tertuju pada kakak perempuanku yang baru saja keluar dengan rambut super berantakan. Pantas saja, dia baru pulang camp kemarin tengah malam. Kondisinya sangat parah, katanya.

Tak lama Doyoung... ah.. Doyoung oppa datang dengan seragamnya yang rapi. Dia salah satu anak teladan disekolahnya, tapi tidak bagiku.

"Kau ada pertandingan lagi?" Tanyaku.

Ia langsung duduk disebelahku sambil melihatku heran.

"Oh ya, dengan siapa kau pulang?"

"Aku.. naik bis." Ucapku.

"Aku tanya dengan siapa bukan dengan apa, bodoh."

"Dengan temanku!" Ketusku.

"Namja?"

"Kenapa kau ingin sekali tau, eoh? Bukan urusanmu."

Ia terdiam sambil sedikit tertawa.

"Oppa! Antarkan aku ke sekolah agak pagi, ne? Aku ada acara." Ucap Lami yang entah sejak kapan datang. Yang pasti dia langsung memeluk Doyoung dari belakang.
"Arraseo!" Jawabnya seraya mengelus rambut dongsaengku itu.

Dasar tidak adil. Aku ini juga dongsaengnya, dan ia hanya memperlakukan Lami dengan baik. Ish.

Melihat jam yang bergerak sangat cepat, aku langsung terburu buru untuk menghabiskan sarapan. Setelah itu kami berangkat ke sekolah.

Karena sekolahku dan Lami berbeda, jadi Doyoung harus mengantar Lami dulu. Sebenarnya aku merasa senang bisa mengantar dongsaengku yang masih duduk di kelas 8 itu. Tapi gara gara perlakuan oppa yang tak adil, aku jadi malas dengannya.

.
.

Brumm

Kakiku sudah otomatis menuju ruang aula setiap datang ke sekolah.

Ps: jika tidak terlambat.

Ruang aula sangat sepi. Alasannya adalah karena tempat itu merupakan sebuah ruangan tak terpakai namun kondisinya masih sangat bagus. Jadi aku menggunakannya untuk menyendiri.

Seringkali aku menyetel musik dan menari secara spontan. Untung saja disini masih dilengkapi dengan kaca besar, jadi aku bisa memantau setiap gerakanku.

Jujur saja, cita citaku itu sangat berat. Menjadi seorang idol dibawah naungan agensi terbesar di Korea dan dikenali hingga ke pelosok dunia. Tapi harapanku telah luntur setelah eomma berkata bahwa tidak berguna menjadi seperti itu. Jadi aku berlatih diam diam dan menghafalkan beberapa gerakan disini.

Tidak bolehkah aku mempunyai mimpi seperti itu?

Aku suka menyanyi, aku sangat menyukai menari, bahkan aku bisa beracting.

Tapi.

Aku menyembunyikan itu semua dari teman teman. Bahkan Yena dan Jaemin sekalipun.

My Little First Kiss • JenoLeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang