[PROLOG]👑 STAY WITH YOU

59 23 44
                                    

Suasana disiang hari tampak sangat panas. Banyak orang yang lebih memlilih berdiam diri dikelas daripada keluar dan merasakan panasnya sinar matahari.

Beda dengan Gevan dan ketiga temannya yang sedari tadi sibuk mengoper-ngoper bola basket.

"Udahan yuk, capek gue!" Ajak Randi dengan wajah memelasnya. Namun dijawab gelengan oleh teman-temannya.

"Kayak gini aja udah capek lemah lo." Cibir Gevan dan membuat Randi mengerucutkan bibirnya.

Mereka melanjutkan lagi bermain basketnya. Banyak pasang mata para kaum hawa yang memilih untuk duduk ditribun hanya sekedar melihat wajah tampan Gevan saat bermain basket dengan keringat yang bercucuran diwajahnya.

Sesekali Gevan mengusap keringat pada wajahnya dengan seragam putih miliknya.

Sasa sedari tadi memaksa Chelsea untuk melihat Gevan dan ketiga temannya. Chelsea sangat menolak, toh untuk apa? Melihat mereka tidak mendapatkan keuntungan.

Chelsea menolak namun Sasa menarik Chelsea dengan paksa, bahkan hingga diseret-seret.

"Badan gue sakit anjir." Chelsea mencoba melepaskan tarikan Sasa namun hasilnya nol, sepertinya seluruh tenaganya dikerahkan.

"Ikut, gue jamin gak akan nyesel."

Disinilah Chelsea dan Sasa sekarang, berada di tribun penonton paling depan. Sudah menarik-narik dan sekarang memaksa Chelsea untuk duduk paling depan.

"Balik aja deh gue." Chelsea mencoba bangkit tapi Sasa menahannya dan membuat Chelsea kembali duduk.

"Gevan ganteng banget."

"Ahh gak kuku gak nana."

"Berasa mimpi gue liat Gevan kayak gini."

Chelsea yang berada disamping Sasa hanya bisa pasrah dengan kelakuan dan teriakan sahabatnya yang satu ini, seperti tidak tahu malu.

"Alay deh, udah ah gue mau ke kelas."

"Gak. Sebentar doang kok. Lagian lu ke kelas aja mau ngapain. Guru-guru kan pada rapat."

Ya memang sekarang guru-guru sedang rapat jadi pantas saja Gevan dan ketiga temannya bisa bermain basket seperti sekarang.

"Kenapa gak ngajak Baby aja sih Sa?"

Sasa yang tadinya berteriak kini diam. "Em, gue sukanya sama lo."

"Lah kenapa? Kan Baby sahabat kita juga?"

Raut wajah Sasa berubah sedih. "Lo gak mau banget temenin gue ya? Yaudahdeh kita ke kelas aja."

"Nggak bukannya gitu. Cuman gue ngerasa lo kayak gak suka gitu aja sama dia."

"Gak kok gue biasa aja." Sasa kembali menatap Gevan dan ketiga temannya yang sedang bermain basket. Tak ada raut bahagia seperti tadi. Ada apakah ini?

Lima belas menit menemani Sasa dan membuat Chelsea bosan. Chelsea menghela napasnya sedari tadi. Sasa mengalihkan pandangannya diwajah Chelsea. Sasa tersenyum.

"Ayok kita ke kelas!" Ajak Sasa bersemangat.

"Serius Sa? Kalo lo masih mau lanjut aja. Gue gak kenapa-napa kok."

Sasa tahu jika Chelsea sedang berbohong dan Sasa bangkit lalu mengajak Chelsea untuk kembali ke kelas.

Baru saja selangkah, bola basket yang di lempar Gevan mengenai hidung Chelsea.

"Aww!" Chelsea memegangi hidungnya yang terasa sakit. Saat dilepas telapak tangannya terdapat darah.

"Chel, hidung lu berdarah!" Ucap Sasa khawatir. Chelsea memastikan apakah hidungnya beneran berdarah apa tidak. Saat Chelsea memegangi hidungnya lagi dan ternyata benar hidungnya beradarah.

"Woi Gevan tanggung jawab temen gue berdarah karna lo!" Teriak Sasa dan membuat ketiga teman Gevan terkejut.

Lain halnya dengan Gevan yang hanya berdecak kesal.

"Ck, alay banget sih. Udah tau anak mamih ngapain make acara so-soan nonton kita main basket!" Seru Gevan dan membuat Chelsea dan Sasa terkejut. Sebenarnya bukan hanya mereka tetapi ketiga teman Gevan sama terkejutnya.

"Lo jahat banget sih." Arfan menggeleng tidak percaya.

"Itu juga salah lo, gak seharusnya lo malah ngomong gitu ke dia." Timpal Revan.

Gevan hanya diam tidak bergeming dan masih dalam posisi berdirinya. Sedetik kemudain Gevan berjalan kearah tribun tempat Chelsea dan Sasa.

"Chel, Gevan kesini. Dia mau nolongin lo!" Sasa berbisik namun sambil berteriak sedangkan Chelsea hanya diam dengan kepala menadahkan ke atas agar darahnya tidak keluar terus terusan.

"Mulianya teman gue." Randi tersenyum kagum.

Semua orang sudah siap-siap untuk melihat momen romantis dengan Gevan yang akan mengobati lukanya. Namun pada kenyataanya ekspetasi tidak pernah sesuai dengan realita.

Gevan melewati Chelsea dan Sasa. Gevan malah berjalan mengambil bola dan membuat semua yang berada disitu melototkan matanya tidak percaya.

Gevan bukan menolongi Chelsea dan malah mengambil bola basket. Chelsea merasa tanduk di kepalanya sudah keluar. Kadar kemarahannya memuncak setelah Gevan selesai mengambil bola dan tetap melewati Gevan.

"Eh anjing!" Panggil Chelsea dan bangkit dari duduknya.

Ketiga teman Gevan lagi-lagi melongo tidak percaya. Gevan yang tadinya berjalan menuju ketiga temannya terhenti dan membalikan badannya.

Gevan mengerutkan keningnya.

"Lo ngomong ke gue?" Gevan menunjuk dirinya.

"Ya gue manggi lo. Anjing!" Kata terakhir ditekankan oleh Chelsea sengaja.

Chelsea mendekatkan dirinya kepada Gevan. Jarak mereka tinggal tiga langkah.

"Lo-- lo gila?"

"Cuman lo orang yang paling gak tau diri dan gak punya rasa bersalah!"

"Dan lo orang pertama yang paling gila yang baru gue temuin!"

Tatapan keduanya menajam. Hawa disekitarnya lebih memanas. Chelsea memutar bola matanya. Setelah itu.

Brukk.

STAY WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang