Keesokan harinya,
INHSRavino yang penasaran tentang apa yang dibicarakan oleh Rian dan kak Liam kemarin, Akhirnya menceritakannya kepada Ocha dan Eyra kemarin malam.
Mereka telah menyusun rencana sedemikian rupa agar dapat mendengar kisah masa lalu Ahra dan Rian.
Kelas Rian
"Eh bro, sorry nih gue ada acara"ucap Vino pada Rian yang sejujurnya itu adalah bagian dari rencananya.
"Acara apa? Jangan sok sibuk deh"sahut Rian.
"Lah emang yang bisa sibuk cuma elo doang!"timpal Vino.
"Ya kalo gue sibuk mah wajar, guekan ketua osis"ujar Rian.
"Elo lupa apa gimana? Guekan sekarang jadi pratama di sekolah ini"terang Vino.
"Sejak kapan? Kok gue gak tau sih,"tanya Rian.
"Makanya kalo disuruh pramukaan itu berangkat"ucap Vino.
"Gue pergi dulu yah"lanjut Vino dan meninggalkan Rian.
"Eh Vin, terus gue pulang sama siapa?"teriak Rian namun tidak diperdulikan oleh Vino.
"Ya udahlah, gue pulang sendiri aja"batin Rian.
Depan kelas Ahra
Ocha dan Eyra sedang mempersiapkan rencana mereka.
"Pulang yuk"ajakku pada mereka berdua.
"Hm, sebenernya gue sama Eyra ada janji"ujar Ocha.
"Iya Ra, maaf yah"lanjut Eyra.
"Janji apa?"tanyaku penasaran
"Janji...."
"Apa sih? ngomong aja kali"ucapku yang makin penasaran.
"Hmm...."
"Cha kita jadi gak nih"ucap Vino yang tiba-tiba muncul.
"Kalian ada janji sama Vino?"tanyaku pada kedua sahabatku.
"Iya"jawab mereka.
"Bilang dong. Kalo gitu gue langsung ke kelasnya Kak Liam"ucapku.
"Bukannya Kak Liam ada kelas tambahan"sahut Eyra.
"Ya udah deh, gue pulang sendiri aja. Bye"ucapku sambil melambaikan tangan lalu pergi.
Sebenarnya Kak Liam adalah orang yang akan memberikan informasi kepada mereka bertiga.
Kemarin malam Vino telah mengirimkan pesan kepada Kak Liam agar menemuinya di ruang pramuka sepulang sekolah.
Parkiran
Suasana parkiran sangat ramai. Siswa bercanda gurau sambil menunggu jemputan. Maklumlah sekolah kami adalah sekolah elit di Indonesia. Semua murid dilarang membawa kendaraan sendiri, kecuali jika sudah berusia 17 tahun ke atas. Jadi setiap murid yang belum berusia 17 tahun hanya memiliki pilihan diantar jemput atau naik kendaraan umum. Saat aku sedang berjalan menuju mobil jemputanku, tiba-tiba ada yang menabrakku. Brukk,,, Aku paling benci terhadap siswa sekolah ini karena mereka tidak memiliki rasa bersalah sama sekali. Aku jatuh seperti inipun dia yang menabrakku tidak menolongku sama sekali.
"Aish"ucapku dengan kesal, karena efek saat aku terjatuh aku sulit untuk bangun.
"Lo nggak papa?"tanyanya sambil membantuku berdiri. Aku seperti kenal dengan suara itu. Aku yang belum berdiri sepenuhnya malah nengok kearah orang tersebut. Setelah melihatnya aku reflek mendorongnya yang sedang menopang tubuhku. Alhasil aku sendiri yang terjatuh karena dorongan itu.
"Aw,,"gerutuku karena jatuh untuk yang kedua kalinya.
"Eh mana yang sakit?"tanyanya kembali dan langsung mendekat kearahku. Aku tidak memperdulikannya. Aku hanya memegang pinggangku yang terasa nyeri.
"Sakiy yah? Sini gue bantu"ujarnya lalu menarik tanganku ke pundaknya dan memegang pinggangku seperti anak PMR menuntun orang yang sedang pusing atau sakit. Tapi dengan segera aku menjauhkan tubuhnya dari tubuhku.
"Jangan sentuh gue!"
"Kenapa?"
"Gue bilang, jangan sentuh gue!"
"Ran gue mau nolong elo!"
"Gue nggak butuh pertolongan lo!"
"Hei Ran, elo kenapa sih?"
"Jangan panggil gue Rani! Nama gue bukan Rani! Gue benci Rani dan semua tentangnya!"Ucapku dengan berteriak, yang sontak membuat orang yang ada di sini menatap kearahku. Supirku yang menyadari hal itupun langsung lari kearahku.
"Non gak papa? Sini bapak bantu"
Akupun mengiyakannya. Tapi lagi-lagi Rian, dia mencoba menbantuku untuk kesekian kalinya yang langsung pendapat tolakan dari tubuhku. Diapun membiarkan aku pergi tanpa bantuan darinya.
"Gue minta maaf Ran, lo pasti benci banget ke gue"Hanya itu kata yang keluar dari mulut Rian saat mobilku pergi menjauh.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe Happy Ending
Teen FictionHati yang terus tersakiti oleh cinta masa lalu, akankah takdir indah datang kepadanya?