Welcome to my life. Dimana hal
mengejutkan akan banyak terjadi
seiring waktu.
-Gevan Albiano
Gevan dan ketiga temannya sedang rooftop dengan wajah yang masam dan juga memerah. Bagian kanan wajah Gevan mulai membiru. Semua ini karena gadis yang bahkan tidak dikenal oleh Gevan.
"Muka lo sampe biru gitu." Ledek Revan.
"Cewek tenaganya kayak cowok." Tambah Randi dengan kekehannya.
"Siapasih tuh cewek?" Tanya Gevan kesal sembari memegang pipi kanannya yang terasa sangat sakir.
"Chelsea, masa lo gak kenal?" Jawab Arfan sembari meniknati angin rooftop.
Liat aja apa yang bakal gue lakuin! Batin Gevan menyunggingkan senyumnya.
Brukk.
Gevan tersungkur karena tidak siap menerima tonjokan dari Chelsea. Inilah apa yang akan Chelsea lakukan jika amarahnya sudah diujung tanduk.
Kita tidak akan pernah menduga amarahnya orang baik.
Setelah menonjok Gaven, Chelsea pergi masih dengan kedua tangannya yang mengepal diikuti Sasa yang masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan Gevan.
"Kenap gak dimatiin aja sih, tanggung padahal." Ucap Randi kecewa dan mendapatkan tatapan tajam dari Arfan dan Revan. "Maaf, maaf."
Geven memegangi pipinya yang terasa sakit bahkan amarah Gaven hampir memuncak. Gaven merasa harga dirinya jatuh karena terkalahkan oleh seorang wanita.
Gaven memutuskan untuk pergi ke rooftop dan diikuti oleh ketiga temannya yang masih dengan mulut tertutup rapat.
Chelsea memutuskan untuk pergi ke kamar mandi dan mengurung diri didalam bilik kamar mandi sambil membersihkan darah pada hidungnya yang sudah berhenti dengan ditemani oleh Sasa.
"Chel keluar yuk. Gak takut didalem sendiri."
Chelsea membuka pintu bilik kamar mandi dan keluar.
"Bilang aja lo takut."
"Hehe tau aja lo ah." Chelsea menajamkan tatapan matanya kepada Sasa. Untung sahabat jika bukan sudah pasti akan Chelsea mutilasi.
"Kantin yuk, gue laper." Ajak Sasa dan mendapat anggukan dari Chelsea.
"Yaudah ayok."
🦁🦁🦁
"Chel, Chel." Baby berlari mengejar Chelsea yang baru saja sampai dikantin bersama Sasa.
Kondisi kantin sangat ramai. Sepertinya mereka lebih memilih nongkrong di kantin daripada di kelas.
Ada satu tempat yang belum terisi. Chelsea segera berlari untuk menempati tempat itu.
Saat tangannya sudah menggapai meja kantin, tiba-tiba ada satu tangan juga yang ikut menggapai meja kantin. Chelsea terkejut hingga tidak sadar tangannya sudah melepaskan meja itu.
"Yes, gue yang dapet." Ucap seseorang girang.
Chelsea tersadar lagi didunianya. Tangan Gevan dan suara Gevan.
"Apa-apaan lo! Gue deluan yang megang ini meja!" Sahut Chelsea tidak terima.
"Kalo kalah ya ngaku aja!" Gevan jadi semakin geram.
"Banyak saksinya ya, intinya ini tempat gue!"
"Oh ya? Coba kita cek," Gevan tersenyum lalu berteriak."TADI KALIAN LIATKAN KALO GUA DELUAN YANG MEGANG NI MEJA?" Ucap Gevan disertai senyum manisnya dan membuat siapapun yang melihatnya akan jatuh hati, namun beda dengan Chelsea yang malah jadi semakin tidak suka.
Para kaum hawa mengangguk serntak dan membuat Gevan melebarkan senyumnya.
"Ya Allah Gevan ganteng banget."
"Ahh Gevan nikah yuk sama gue!"
"Aku cayang Gevan!" Celetuk alay para kaum hawa dan membuat Chelsea memaki.
"Ganteng dari mananya sih. Muka mirip pantan panci kayak gitu juga!" Teriak Chelsea dan membuat senyum yang terukir diwajah Gevan pudar seketika. Lagi-lagi Chelsea merendahkan Gevan dan Gevan paling tidak suka.
"NGACA WOY! MUKA KAYAK COMBERAN AJA LU BANGGA!!"
"SOK CANTIK LO!"
"BADAN PENDEK AJA LU BANGGA!"
"GUA KASIH KETEK MIMI PERI DULU NIH NYET!!!" Para fans Gevan malah memaki Chelsea dan membuat Chelsea menjadi malu.
"Gue emang cantik sirik aja lo pada!" Chelsea bergumam kecil namun bisa terdengat oleh Gevan.
Gevan mendekatkan dirinya kepada Chelsea. Hanya satu jengkal jarak diantara mereka. Bahkan Chelsea bisa merasakan napas dan wangi tubuh Gevan.
Gevan mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Chelsea yang memang lebih pendek darinya. Gevan menatap bola mata coklat milik Chelsea lalu beralih menatap wajah Chelsea.
Cantik. Batin Gevan.
Lalu Gevan tersenyum dan membuat jantung Chelsea berdegup dengan kencang. Tiba-tiba saja pasokan udara seperti berkurang. Chelsea butuh napas buatan bang Sehun.
Gevan tersenyum miring. Gevan menarik tubuh Chelsea kedalam dekapannya.
Tentu saja itu membuat semua yang berada disitu melongo tidak percaya. Bahkan kedua teman Chelsea dan juga ketiga teman Gevan sangat tidak percaya. Ini bukan mimpikan? Bahkan saking tidak percayanya Randi sempat menampar pipi Arfan.
Plakk
Randi menampar pipi Arfan. "Sakit goblok!" Arfan meringis kesakitan."Sakit, berarti ini nyata." Randi berbisik kepada ketiga temannya.
"Lah yang di pukul gue, ngapa lu yang malah ngomong sakit ya!?" Tanya Arfan tidak terima. Merasa terganggu Randi dan Revan berucap bersamaan.
"Bacot!"
Lain halnya dengan Gevan dan Chelsea. Gevan masih memeluk Chelsea, bahkan Gevan bisa merasakan degupan jantung milik Chelsea.
"Lo suka gue?" Tanya Gevan berbisik tepat ditelinga Chelsea dan membuat Chelsea merinding disekujur tubuhnya.
"Gue suka sama iblis kayak lo? Kayaknya gak mungkin!"
"Tapi gue bisa bikin itu terjadi." Setelah itu Gevan melepaskan pelukannya dan pergi meninggalkan Chelsea yang masih diam mematung.
Gevan berjalan menuju ketiga temannya. "Ayo balik!" Ketiga teman Gevan malah menatap Gevan dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.
Gevan memukul kepala ketiga temannya itu dan membuat mereka tersadar. "Sakit bego!" Rengek Revan.
"Dari tadi udah bel pulang? Yakin masih mau liatin adegan romantis?" Gevan terkekeh dan menatap Chelsea lalu mengedipkan sebelah matanya.
Tiba-tiba saja Chelsea tersadar dan menarik dua temannya itu menuju kelas untuk pulang.
Dapet foto bang Gevan nih❤
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY WITH YOU
Teen FictionChelsea mendekatkan dirinya kepada Gevan. Jarak mereka tinggal tiga langkah. "Lo-- lo gila?" "Cuman lo orang yang paling gak tau diri dan gak punya rasa bersalah!" "Dan lo orang pertama yang paling gila yang pertama gue temuin" Tatapan keduanya...