Jika dunia ditinggali pemburu yang tidak kasat mata, tidak ada tempat untuk bersembunyi.
Aku punya kehidupan yang normal sebelum kotaku diserang dan kami pindah ke desa. Delapan puluh orang mati di suatu malam. Bagi manusia, kematian itu tetap menjadi misteri. Tapi aku tahu apa yang sebenarnya telah terjadi.
***
Aku duduk di teras sebuah toko roti. Menikmati semangkuk cream soup dengan beberapa potong roti kering sambil memandang kesibukan penduduk.
“Putri Claire!” pekik seseorang dari belakangku dan ia langsung duduk di kursi di depanku.
“Tidak usah berteriak,” jawabku datar.
“Maafkan aku, Putri. Aku hanya senang aku akhirnya menemukanmu.”
“Untuk apa kau mencariku hingga memanggilku Putri? Sudah kubilang panggil saja Claire!”
“Baiklah Claire,” jawab Joshua sambil memutar bola matanya lalu ia kembali serius. “Hari ini kita berulang tahun yang ketujuh belas.”
“Aku lupa,” ucapku kaget.
“Tak punya kalender?” ejek Joshua.
“Aku minta maaf. Aku benar-benar lupa.”
“Oke Claire. Tapi berjanjilah kau akan selalu bersamaku.”
“Kau bukan pengawalku.”
“Ya, karena aku pelindungmu.”
“Josh, sudah kukatakan berulang kali kalau kau tidak perlu mempertaruhkan nyawamu demi melindungiku.”
“Claire, sudah kukatakan berulang kali kalau itu takdirku.”
“Hanya karena aku memiliki darah Caeruleo dan kau adalah keturunan Salvator bukan berarti aku bisa menerima nyawamu.”
Aku tahu apa yang ada dipikirannya. Saat mereka yang mengincarku tahu keberadaanku, aku ada dalam bahaya. Dan kalau aku mati, Joshua juga akan mati.
“Aku tidak mungkin membiarkanmu sendiri. Kau pasti terbunuh.”
“Jika kau melindungiku, kita berdua bisa terbunuh,” sentakku
Kami sama-sama terdiam. Aku lebih memilih mati bersama daripada orang yang menyelamatkanku mati. Joshua adalah temanku sejak kecil. Setidaknya sejak kami mengetahui takdir kami.
Dunia dihuni oleh mahluk tak kasat mata. Dan salah satunya adalah Nocte Daemonium. Mereka tinggal di dunia yang berbeda tapi ada gerbang Limitare—pintu pembatas dunia mereka dengan bumi—yang akan terbuka sepanjang malam. Manusia biasa tidak bisa melihatnya. Tapi manusia dengan darah Caeruleo dan keturunan Salvator bisa melihatnya, setidaknya setelah berumur 17 tahun.
Nocte Daemonium adalah iblis pemburu jiwa Angeli. Perang besar pernah terjadi karena iblis menginginkan keabadian dan mereka harus menutup Limitare dengan membunuh Angeli untuk mewujudkannya. Para Angeli kalah dan tak ada yang tersisa dari dunia mereka. Tapi para Angeli masih memiliki penerus. Mereka tinggal di bumi sebelum perang berlangsung, keturunan mereka disebut darah Caeruleo. Darah murni yang memiliki kekuatan Angeli meski sayangnya hanya bisa digunakan di dunia mereka yang kini telah hancur. Dan para Angeli yang selamat dari perang, menyelamatkan diri ke bumi disebut keturunan Salvator. Mereka tidak lagi memiliki kekuatan. Para Angeli yang selamat dari perang jumlahnya sangat sedikit dan keberuntunganlah yang membuat mereka bisa sampai ke bumi dalam keadaan hidup. Mereka hanya mewariskan takdir. Keturunan Salvator ditakdirkan untuk melindungi Darah Caeruleo yang lahir di hari yang sama dengannya.
Batas Limitare adalah seribu jiwa darah Caeruleo dan Limitare akan tertutup selamanya.
“Setidaknya kita bisa menghindari mereka,” ucapku.