Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam. Minghao harus kembali ke rumah orang tuanya karena esok hari harus menghadiri acara perusahaan menemani sang ayah, tentu saja diantar oleh Jun. Mingyu dan Seungcheol pulang bersama karena kebetulan mereka satu arah, sejak tadi Jeonghan memang sudah meminta izin untuk menginap dan menemani Wonwoo di apartemen. Maka tinggallah mereka berdua. Selesai membereskan apartemen dan membersihkan diri, mereka berbaring di ranjang Wonwoo.
"Woo-ya, itu apa?" Jeonghan menunjuk ke arah bungkusan cokelat persegi panjang berukuran sekitar 90x60 sentimeter yang teronggok di dekat meja belajar Wonwoo.
"Hah? Aku juga baru melihatnya." Wonwoo bangun dari ranjangnya dan mencoba untuk mengambil bungkusan itu, ia meraba sedikit dan yakin bahwa itu adalah kanvas. Pikirannya mengingat bisikan Mingyu di belakang panggung bahwa hadiahnya ada di apartemen, mungkin ini adalah hadiah darinya.
Wonwoo mulai membuka, Jeonghan yang duduk di sampingnya bergerak dengan tidak sabar menunggu bungkusan itu terbuka sepenuhnya. Sebuah lukisan laut dan langit malam yang gelap terpampang di hadapan Wonwoo dan Jeonghan. Mereka berdua termangu, betapa sepi lukisan itu. Jeonghan menatap Wonwoo penuh tanya dan Wonwoo hanya menggeleng ringan tanda tak mengerti. Wonwoo beranjak ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya untuk berganti celana tidur, Jeonghan ikut berdiri hendak mencari sakelar lampu untuk dimatikan. Setelah lampu padam ia berbalik hendak kembali ke ranjang tetapi lukisan yang telah digantung Wonwoo di dinding atas meja belajarnya membuat kaget.
"Astaga!" Jeonghan memekik sambil menutup mulutnya. Bersamaan dengan itu Wonwoo keluar dari kamar mandi dan terkejut melihat sekelilingnya sangat gelap.
"Hannie-ya, aku sungguh takut gelap!" Wonwoo teriak dengan suara bergetar.
"Kau harus melihatnya Woo, harus. Kemarilah." Jeonghan meraih tangan Wonwoo untuk mendekat ke arah meja belajarnya.
"Astaga, indah sekali." Lukisan pemberian Mingyu ternyata kini bertabur bintang, langit malam yang kosong itu kini semarak dengan berbagai rasi bintang yang dilukis dengan cat glow in the dark. Wonwoo terpaku melihat lukisan seindah itu, jika saja Mingyu ada di hadapannya sekarang maka entah pelukan jenis apa yang akan diberikan pada lelaki tinggi itu. Matanya berkaca, bibirnya tak henti mengulas senyum, bahkan Jeonghan bisa melihat jika pipi seputih susu itu bersemu merah muda meski dalam keremangan kamar Wonwoo yang lampunya padam.
Lampu kamar Wonwoo kembali dinyalakan oleh Jeonghan, ia melihat kartu ucapan yang terikat dengan pita biru muda di salah satu sudut kanvas itu. Sedangkan Wonwoo telah melangkah mendekati lukisannya, ia meraba dengan tangannya, membayangkan bagaimana wajah serius Mingyu ketika sedang melukis. Jeonghan berjalan menghampirinya, menarik dengan lembut pita biru muda yang mengikat sebuah kartu ucapan itu dan langsung menyodorkannya pada Wonwoo.
🌟
🌟Without dark, will never be light
Without dark, we'd never see the stars
Be the light in the dark
Be the stars in the night
Don't be afraid, Sweetie
-KMG-🌟
🌟"Kau menyukainya?" Jeonghan bertanya pada Wonwoo yang masih terhanyut dengan lukisan indah di depan mata rubahnya.
"Siapa yang tidak suka, ini indah bukan?" Wonwoo menjawab dengan mata yang masih menatap lekat ke arah lukisan itu.
"Bukan lukisannya, maksudku. Mingyu. Kau menyukai Mingyu?" Jeonghan memperjelas pertanyaannya hingga Wonwoo menoleh padanya.
Jeonghan pikir Wonwoo akan menoleh dengan tatapan murka karena ia telah menanyakan hal sensitif kepada pria manis itu. Tapi nyatanya yang Jeonghan dapatkan malah tatapan memelas Wonwoo yang hampir berkaca-kaca. Gerakan tiba-tiba tak terduga diberikan Wonwoo kepada Jeonghan, ia memeluk Jeonghan dengan sangat erat dan menenggelamkan wajahnya pada bahu sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andante [Meanie] ✓
ФанфикAndante [ahn-dahn-tey; an-dan-tee; Italian ahn-dahn-te] adv. at a moderately slow tempo °[Wonwoo; Minghao; Junhui; Mingyu at same age]